Sunday, January 25, 2009

Q & A (January 2009)

SUBJECT: Alergi dingin?

Alergi sebenarnya overreaksi dari system kekebalan tubuh seseorang, dimana justru pada sebagian besar orang lain tidak. Seseorang yang mudah mengalami alergi dikenal juga dengan isitlah atopi, sedangkan bahan penyebab alergi dikenal dengan istilah allergen.
Allergen banyak sekali dan bermacam macam, antara lain: obat, makanan (zat warna yang terkandungnya, protein dll), gigitan serangga, inhalan (serbuk sari bunga/pollen, debu dll), bahkan juga suhu. Dari cerita R, sepertinya penyebab alergi bukan hanya suhu dingin (cold urticaria) karena selama tinggal di Indonesia juga sudah mengalami urticaria tersebut. Pengobatan terbaik untuk alergi adalah menghindari allergen penyebabnya, dan untuk itu kita perlu memastikan allergen tersebut.
Salah satu cara memastikan cold urticaria dengan ice-cube test (dokter ahli alergi di sana pasti juga mengerti). Satu hal yang perlu diperhatikan, cold urticaria is not a winter allergy. Jika memang R hipersensitif terhadap suhu dingin (bukan hanya udara), bahkan di summer sekalipun jika terpapar suhu dingin (di ruangan ber-AC yang dingin atau bahkan makan es krim) bisa saja memicu urticaria tersebut. Kebetulan saja, pada winter urticaria tersebut semakin mudah terjadi.

Memang sulit 100% menghindari allergen, dan disaat inilah kita butuh obat obatan golongan antihistamine. Generasi pertama antihistamine yang terkenal yaitu CTM, dengan efek sampingnya yang juga terkenal yaitu ngantuk (“sedating” antihistamines). Sedangkan generasi yang lebih baru dikatakan tidak lagi menyebabkan ngantuk (“non-sedating” antihistamines). Selain antihistamine, golongan obat lain yang digunakan yaitu kortikosteroid. Silahkan consult ke dokter terlebih dahulu sebelum menggunakan obat obat golongan ini. Selain itu, bisa juga consult ke dokter untuk kemungkinan melakukan immunotherapy. Di sini, dilakukan desensitization atau hyposensitization dimana tubuh kita diberikan allergen yang menyebabkan alergi, dengan dosis yang ditingkatkan sedikit demi sedikit (harus dalam pantauan dokter) sehingga akhirnya lama lama batas toleransi tubuh kita naik dan akhirnya kita bisa terpapar allergen tanpa mengalami gejala alergi atau hanya sedikit gejala alergi yang timbul.

SUBJECT: Perokok pasif?

Perokok pasif adalah orang orang yang tidak merokok tapi menghirup asap rokok yang dihasilkan dari perokok aktif. Asap yang dihasilkan disini dikenal dengan istilah secondhand smoke (SHS) atau environmental tobacco smoke (ETS) dan merupakan asap gabungan dari 2 jenis hasil pembakaran tobacco:
1. sidestream smoke (asap yang berasal langsung dari rokok yang dibakar)
2. mainstream smoke (asap yang dikeluarkan oleh si perokok)

Passive smoking jelas menjadi masalah karena menyebabkan problem kesehatan yang sama dengan perokok aktif. Para perokok pasif juga menghirup zat zat karsinogen (zat zat yang beresiko menyebabkan kanker). Menurut American Cancer Society, tembakau mengandung lebih dari 4,000 zat kimia, dimana lebih dari 60 di antaranya telah diketahui atau diduga sebagai zat penyebab kanker. Tidak hanya beresiko menderita kanker paru, anak anak yang menghirup asap rokok tersebut juga beresiko menderita radang paru paru seperti pneumonia dan bronchitis. Selain itu, ibu hamil juga beresiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
Sebagai informasi tambahan, kanker paru masih menduduki peringkat pertama penyebab kanker di pria.

Tempat kerja, tempat tempat umum dan rumah adalah lokasi yang paling memungkinkan kita ter-ekspose asap rokok tersebut. Di tempat kerja, perlu sekali adanya perlindungan tenaga kerja terhadap asap rokok tersebut (occupational health), begitupula di tempat tempat umum, terutama yang sering dikunjungi oleh anak anak.. Alangkah baiknya jika di Indonesia, restoran restoran bisa membagi dua ruangannya untuk yang merokok dan tidak merokok, seperti yang saya alami di Jepang ini. Sedangkan rumah tempat dimana kita menghabiskan sebagian besar waktu kita, sebaiknya bebas sama sekali dari asap rokok. Tidak ada batas aman untuk perokok pasif, dan sementara ini juga tidak ada cara lain untuk menanggulangi masalah perokok pasif kecuali sedapat mungkin menghindari asap rokok tersebut. “Mencegah lebih baik daripada mengobati” pepatah lama yang sering kita dengar dan perlu kita praktekan dalam mencegah penyakit. Menjalani gaya hidup sehat, seperti tidak merokok, olah raga teratur, dan menjaga keseimbangan menu makanan sehari hari sangat penting.

SUBJECT: Hb rendah, beda kista dan endometriosis?

Untuk menaikkan HB, selain suplemen yang diberikan bisa juga dibantu dengan mengkonsumsi liver, yang kaya akan zat besi.
Tentang kopi, sebenarnya bukan kopinya yang perlu anda perhatikan, tapi kandungan di dalamnya yakni kafein yang selain di kopi, juga bisa terdapat di coklat dan soft drinks. Nah, ada penelitian yang menyatakan kalau kafein ini sepertinya bisa dikaitkan dengan naiknya level hormone estrogen di dalam tubuh yang berakibat bisa memperparah endometriosis. Meski belum pasti, saya rasa lebih bijaksana kalau membatasi konsumsi kafein tersebut, atau kalau bisa menghindarinya. Mungkin ada rekan sejawat atau rekan lain yang bisa memberi informasi lebih detil, silahkan.

Endometriosis adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan kondisi dimana ada jaringan rahim yang seharusnya berada di rahim, ternyata tumbuh di luar rahim. Bisa tumbuh di manapun di luar rahim, tetapi yang paling sering di ovarium.
Gejala endometriosis antara lain: nyeri hebat saat menstruasi, darah haid yang banyak dan waktu menstruasi yang panjang, nyeri di dearah punggung bagian belakang. Tapi ada juga wanita dengan endometriosis yang tidak mempunyai gejala apapun. Sulit mempunyai anak bisa juga menjadi tanda tanda awal endometriosis tersebut.

Kista adalah pertumbuhan abnormal dari jaringan tubuh, menyerupai kantung dan umumnya berisi cairan. Kista juga bisa tumbuh di mana saja (kista yang tumbuh di kulit, umumnya bisa dikenali dengan mudah) dengan ukuran yang juga bervariasi.

Jadi sebenarnya, endometriosis dan kista adalah dua hal yang berbeda. Tetapi, ada kista yang disebabkan karena adanya endometriosis, atau sekaligus terjadi bersamaan sehingga dikenal istilah kista endometrium. Dan mungkin ini yang terjadi pada kasus anda.

Penanganan endometriosis selain dengan obat obatan penghilang rasa sakit (saat sakit menyerang) juga dengan operasi. Untuk mengetahui tipe operasi apa yang terbaik untuk anda (apakah cukup pengangkatan endometriosisnya saja, atau perlu pengangkatan rahim, sterilisasi dsb), sebaiknya konsultasi lebih lanjut dengan dokter SPOG anda. Beliau pasti tahu yang terbaik untuk anda.

SUBJECT: Herpes Labialis pada orang tua?

Herpes labialis disebabkan oleh virus Herpes Simplex, sehingga dikenal juga dengan istilah Oral Herpes Simplex. Infeksi ini biasanya menyerang bibir dan daerah sekitar mulut.
Gejalanya antara lain: luka di daerah bibir, ada blister (vesikel) berisi nanah, ada demam ringan dan biasanya didahului dengan rasa sakit atau gatal. Kadang juga ada pembengkakan kelenjar limfe di leher.
Herpes labialis ini menular melalui kontak langsung (berciuman) tapi juga bisa melalui gelas (minum bareng misalnya) atau pemakaian barang2 bersama dengan penderita. Menular jika saat melakukan kontak, terdapat virus aktif di penderita herpes (saat infeksi jelas terlihat). Tapi tidak tertutup kemungkinan virus juga bias menular meski saat itu penyakit sedang tidak aktif.
Diagnosa Herpes dipastikan dengan melihat langsung bentuk lukanya.

Kalau dari cerita L, besar kemungkinan sang ibu bukan menderita herpes labialis. Karena lokasi timbulnya herpes jarang di lidah (jarang di dalam rongga mulut). Seandainya kambuh, herpes juga biasanya selalu timbul lagi di tempat yang sama, tidak berpindah pindah lokasi. Selain itu, herpes yang sering kambuh disebabkan oleh virus herpes simplex golongan I yang justru biasanya menyerang anak anak dan dewasa muda, bukan orang tua.
Herpes sering salah diagnosa dengan apthous ulcer yang berbentuk seperti sariawan di dalam rongga mulut. Ini juga sering rekurens (kambuh) sehingga dikenal istilah Recurrent Aphtous Stomatitis (RAS) dan si RAS ini sebagian besar menyerang wanita daripada pria.
Untuk lebih jelasnya, coba lihat wikipedia ini:
http://en.wikipedia.org/wiki/Apthous_ulcer

Bisa bandingkan dengan herpes labialis:
http://en.wikipedia.org/wiki/Herpes_simplex (lihat di bagian orofacial infection).

Kalau ingin tahu lebih banyak tentang Herpes Labialis:
http://www.nlm.nih.gov/MEDLINEPLUS/ency/article/000606.htm

SUBJECT: Istri tidak enak badan dan lebih sensitif saat hamil muda?

Pada awal kehamilan terjadi perubahan hormone dalam tubuh si ibu hamil. Salah satunya adalah peningkatan hormone progesterone yang menyebabkan rasa lelah, malas dan mengantuk. Begitula dengan adanya peningkatan mendadak hormone estrogen yang bisa menyebabkan pengosongan lambung menjadi lambat dibanding biasanya dan berakibat ibu hamil merasa mual disertai rasa ingin muntah. Ini dikenal dengan istilah “morning sickness”. Menurut saya, rasa lelah, mual yang dialami oleh istri Bapak masih dalam batas wajar dan tidak perlu minum obat apapun untuk menekan mualnya. Seiring dengan usia kehamilan yang bertambah, gejala gejala tersebut juga akan berkurang.
Yang patut diwaspadai, jika mual dan muntah yang dialami berat dan berkepanjangan, tidak bisa menerima masukan apapun dalam tubuhnya sehingga si ibu hamil terancam resiko dehidrasi dan bahkan bisa sampai kehilangan kesadaran. Nah, pada kondisi ini sebaiknya segera bawa istri Bapak ke RS terdekat untuk mendapatkan pertolongan secepatnya.

Untuk mengurangi mual muntah, bisa dicoba dengan mengurangi makanan makanan yang banyak mengandung lemak, garam tapi rendah nutrisi. Hindari makan berat, ganti dengan cemilan cemilan ringan yang sehat seperti crackers, yogurt, buah buahan seperti apel juga baik. Minuman hangat dengan jahe (ginger tea) atau wedang jahe juga dikatakan bisa membantu mengurangi mual muntah pada ibu hamil.
Yang jelas, jangan minum obat obatan atau suplemen tanpa berkonsultasi dulu dengan dokter.

Selain itu, ibu hamil juga menjadi lebih sensitif terhadap bau bauan (parfum dsb) dan rasa. Tidak heran istri bapak jadi lebih tidak suka terhadap rasa obat atau makanan yang ditelannya. Saya tidak bisa menjawab pertanyaan Bapak, adakah obat yang tidak berasa pahit. Karena sebenarnya soal rasa itupun tergantung pada individu masing masing lagi. Pada sebagian orang mungkin berasa pahit, pada orang lain malah berasa biasa saja.

Saya harap dengan mengetahui perubahan yang memang wajar terjadi selama kehamilan, akan lebih memudahkan istri Bapak mengerti kondisinya dan lebih bisa menikmati kehamilannya.

SUBJECT: Vaksin hepatitis B dan adanya thimerosal pada vaksin?

Vaksin hepatitis B dimaksudkan sebagai tindakan pencegahan terhadap infeksi virus hepatitis B. Vaksin hepatitis B ini sudah termasuk dalam daftar imunisasi wajib untuk anak anak. Sedangkan bagi orang dewasa, dianjurkan untuk menerima vaksin hepatitis B tersebut, apalagi bila mempunya resiko tinggi seperti bekerja di RS atau di tempat tempat yang rawan dengan penularan hepatitis B.

Vaksin hepatitis B bukan berarti PASTI mencegah kanker hati, tetapi dengan vaksin hepatitis B setidaknya kita telah mengurangi kemungkinan terjadinya kanker hati yang dilatarbelakangi oleh hepatitis B tersebut. Kanker hati sendiri adalah penyakit yang kompleks, kebetulan salah satu penyebabnya adalah hepatitis B. Penyebab lain misalnya hepatitis C juga bisa beresiko menimbulkan penyakit hati kronik dan bisa berakhir dengan kanker hati. Sampai saat ini hepatitis C belum ada vaksinnya, sehingga cara terbaik yang bisa kita lakukan adalah menghindari penularan virus hepatitis tersebut.
Sedangkan untuk kanker (apapun jenisnya), pepatah lama masih berlaku: mencegah lebih baik daripada mengobati. Pola hidup sehat penting untuk kita terapkan dalam kehidupan sehari hari.

Thimerosal sebagai pengawet vaksin sudah digunakan sejak tahun 1930-an, dengan kata lain kita semua yang sudah divaksin sudah menggunakan thimerosal tersebut. Pernyataan bahwa vaksin yang mengandung thimerosal bisa menyebabkan autis belum terbukti dan sudah mendapat perhatian dari organisasi kesehatan. Meski masih menjadi perdebatan, untuk amannya vaksin vaksin yang ada sekarang sudah bebas dari thimerosal (bahkan sejak tahun 2001 di Amerika). Jadi saya rasa ibu bisa berkonsultasi dengan dokter anak ibu tentang vaksin bebas thimerosal tersebut.
Untuk keterangan tambahan lebih lengkap silahkan lihat link berikut:
Science daily: http://www.sciencedaily.com/releases/2008/01/080107181551.htm
U.S. Centers for Disease Control and Prevention (CDC, Departemen Kesehatan Amerika): http://www.cdc.gov/vaccinesafety/concerns/thimerosal.htm
Vaccine information: http://www.vaccineinformation.org/thimerosal.asp

Sebagai tambahan menyangkut kasus ini, vaksin MMR juga diributkan bisa menyebabkan autis, dipicu karena adanya paper yang menyebutkan tentang hubungan dari vaksin MMR dan autis. Tapi, paper ini sudah ditarik dan pengarang dari paper tersebut juga sudah mengakui bahwa kesimpulan yang mereka ambil dalam journal tersebut salah.
http://www.vaccinesafety.edu/Lancet-MMR-03-2004.htm

Jika ingin mengetahui lebih lanjut tentang berita ini bisa lihat:
Institute for Vaccine Safety (Johns Hopkins): http://www.vaccinesafety.edu/cc-mmr.htm

Women's Nightmare: Breast Cancer

Women’s Nightmare: Breast Cancer

Kanker payudara adalah kanker yang berasal dari jaringan sel sel yang terdapat di payudara. Berdasarkan lokasinya, kanker ini umumnya berasal dari sel sel yang terdapat di kelenjar yang memproduksi susu (lobular cancer) atau dari sel sel yang terdapat di saluran yang berfungsi mengangkut produksi susu tersebut ke puting susu (ductal cancer).






(Sumber ilustrasi: American Cancer Society, Detailed Guide: Breast Cancer)


Selanjutnya, kombinasi analisis berdasarkan ukuran tumor, apakah sudah menyebar atau belum, invasive atau tidak dan sebagainya, akan menentukan stadium tumor tersebut. Ini yang akrab di kita dengan istilah stadium 1, 2, 3 dan seterusnya. Semakin tinggi stadiumnya, semakin sulit kanker tersebut ditangani yang berakibat semakin buruk prognosisnya. Karena itu deteksi dini sangatlah penting dalam penanganan kanker, dan untuk memudahkan deteksi dini tersebut penting juga bagi kita mengetahui apa saja faktor resiko terjadinya kanker payudara.

Faktor Resiko Kanker Payudara
Segala macam faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menderita kanker dikenal sebagai faktor resiko kanker. Perlu diperhatikan, mempunyai faktor resiko bukan berarti pasti mendapat kanker; sebaliknya yang tidak sama sekali mempunyai faktor resiko juga bukan berarti pasti bebas dari kanker. Tetapi dengan mengetahui faktor faktor resiko yang ada, setidaknya kita bisa lebih mawas diri, lebih berhati hati dan deteksi dini pun lebih mudah dilakukan.

Berikut faktor faktor resiko kanker payudara:
Faktor resiko yang tidak dapat diubah
1. Gender
Tentu saja wanita lebih mudah menderita kanker payudara. Tapi bukan berarti kanker payudara tidak menyerang pria. Pria juga mempunyai jaringan kelenjar payudara, hanya saja saat pubertas (karena pengaruh hormone testosterone) kelenjar tersebut akan mengecil atau hilang. Sebaliknya wanita (karena pengaruh hormone estrogen dan progesterone) akan semakin berkembang. Pembesaran jaringan payudara pada pria umumnya dikenal dengan istilah gynecomastia, dan merupakan salah satu faktor resiko terjadinya kanker payudara pada pria.

2. Aging
Risiko terkena kanker payudara meningkat seiring dengan bertambahnya umur terutama setelah melewati usia 50 tahun, kecuali ada faktor mutasi genetik seperti yang saya tulis di nomor selanjutnya.

3. Genetic Risk Factors
Sebenarnya cukup banyak mutasi genetik yang dikaitkan dengan resiko terjadinya kanker payudara, tetapi mutasi yang paling sering ditemukan berhubungan dengan kanker payudara yakni mutasi pada gen BRCA.
Sesuai dengan nama yang diberikan untuk gen ini, wanita yang memiliki mutasi genetik gen BRCA1 (breast cancer1) atau BRCA2 (breast cancer2) beresiko hingga 80% untuk menderita kanker payudara selama masa hidupnya (data: American Cancer Society) Selain itu, mereka juga biasanya menderita kanker payudara pada usia yang lebih muda (rata rata sebelum usia 50 tahun) dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki kelainan mutasi gen tersebut. Selain kanker payudara, mutasi genetik dari gen ini juga dikaitkan dengan resiko terjadinya kanker ovarium dan kanker usus besar.

Berikut adalah kutipan yang saya ambil dari website U.S. National Cancer Institute (Cancer Topics: BRCA)
A woman's lifetime chance of developing breast and/or ovarian cancer is greatly increased if she inherits an altered BRCA1 or BRCA2 gene. Women with an inherited alteration in one of these genes have an increased risk of developing these cancers at a young age (before menopause), and often have multiple close family members with the disease. These women may also have an increased chance of developing colon cancer.

4. Family History of Breast Cancer and Personal History of Breast Cancer
Resiko menderita kanker payudara meningkat di wanita yang memiliki keluarga dekat (blood relatives) yang menderita kanker payudara. Selain itu, wanita yang sebelumnya sudah pernah menderita kanker di salah satu sisi payudaranya, beresiko kembali terserang kanker di payudara entah di sisi lainnya atau di bagian lain pada payudara yang sama.

5. Menstrual Periods
Wanita yang mendapat haid pada usia muda, sebelum 12 tahun atau menopause pada usia lanjut, di atas 55 tahun juga memiliki kecenderungan beresiko menderita kanker payudara. Diperkirakan ini terjadi karena tubuh lebih lama terpapar hormone estrogen dan progesterone.

Faktor resiko yang dapat diubah atau dikontrol
1. Not Having Children, or Having Them Later in Life
Wanita yang tidak mempunyai anak atau mempunyai anak pertama pada usia sesudah usia 30 tahun beresiko sedikit lebih tinggi untuk menderita kanker payudara di kemudian hari.

2. Birth Control Pills (Oral Contraceptive) or Hormone Replacement Therapy (HRT)
Resiko ini kembali dikaitkan dengan terekspose-nya tubuh dengan isi kontrasepsi pil, yakni hormon estrogen dan progesterone. Begitupula dengan pemakaian HRT post menopause yang sering dipakai untuk membantu mengatasi gejala gejala postmenopausal.

3. Being Overweight or Obese
Sebelum menopause, estrogen banyak diproduksi oleh ovarium dan hanya sebagian kecil berasal dari lemak. Setelah menopause, ovarium tidak lagi memproduksi estrogen dan lemak yang menjadi sumber estrogen saat itu, sehingga mempunyai lemak berlebih bisa meningkatan kadar estrogen dan akhirnya meningkatkan resiko terkena kanker payudara.

4. Alcohol
Meskipun mekanisme biologis hubungan antara konsumsi alkohol dengan kanker payudara belum dapat dijelaskan secara pasti, penelitian menunjukkan kalau resiko kanker payudara meningkat pada wanita yang mengkonsumsi alkohol dibandingkan yang tidak. Selain itu konsumsi alkohol juga dikenal sebagai salah satu faktor resiko pada kanker mulut, kerongkongan dan kanker hati.

5. Physical Activity
Olahraga rutin dan teratur bisa membantu mempertahankan berat badan ideal yang akhirnya membantu juga menurunkan resiko terkena kanker payudara.

Sebenarnya masih ada faktor faktor resiko lain yang dikatakan terlibat dalam terjadinya kanker payudara ini, tapi terlalu sulit untuk dijabarkan di sini karena selain ada yang belum pasti (masih penelitian) ada juga yang sifatnya individual. Setidaknya saya berharap faktor faktor resiko yang saya tulis di atas, sudah bisa membuat kita mengambil langkah langkah preventif untuk proteksi diri kita sendiri.

Deteksi Dini
Deteksi dini dan tindakan preventif sangat penting dalam menentukan keberhasilan penanganan kanker.
Berikut ini beberapa cara deteksi dini kanker payudara:

1. Breast self-examination
Pemeriksaan payudara sendiri (SaDaRi) penting dilakukan untuk mengenali payudara sendiri, sehingga bila ada perubahan perubahan yang dirasakan bisa segera diperiksa lebih lanjut ke dokter. Wanita di usia 20 dan 30 tahun-an sebaiknya melakukan SaDaRi secara teratur setidaknya 1 bulan sekali. Silahkan membaca lebih lanjut tentang bagaimana melakukan pemeriksaan sendiri tersebut disini: http://www.cancer.org/docroot/CRI/content/

2. Mammogram
Menginjak usia 40 tahun, sebaiknya rutin melakukan screening mammogram setiap tahun. Screening mammogram dimaksudkan untuk mendeteksi adanya kelainan pada jaringan payudara yang asymptomatic (tidak menunjukkan gejala klinis). Tidak perlu terlalu khawatir tentang sinar x yang digunakan dalam mammogram, karena dosis yang digunakan sangat kecil dan berada dalam batas aman. Bahkan jika mammogram ini dilakukan rutin sejak usia 40 tahun sampai 90 tahun, total dosisnya pun masih jauh jauh lebih kecil dibandingkan dengan dosis yang harus diterima jika pasien harus menjalani radioterapi untuk pengobatan kanker payudara.

3. Genetic Testing for BRCA Gene Mutations
Seperti yang sudah saya tulis di atas, mutasi gen ini dikaitkan erat dengan terjadinya kanker payudara apalagi jika ada anggota keluarga dekat yang juga menderita atau pernah menderita kanker payudara. Pada wanita wanita yang memiliki faktor resiko tersebut bisa melakukan genetic testing yang dilakukan dengan mengambil sample darah pasien untuk diperiksa di laboratorium. Meski mudah, tes ini tidak sembarangan bisa dilakukan karena hasilnya (terutama jika hasilnya positif) bisa mempengaruhi kehidupan psikologis pasien. Tidak bisa dihindari, hasil positif tes akan membuat pasien menjalani hidup dengan ketidakpastian dan ketakutan akan menderita kanker di kemudian hari. Dilema, karena di satu sisi pasien akan bisa lebih berhati hati menjaga gaya hidupnya, lebih teratur cek kesehatan, sehingga pengobatan bisa sedini mungkin dilakukan, tapi di lain pihak pasien juga merasa depresi dan cemas. Perlu berpikir masak masak dan perlu pendampingan psikologis juga sebelum dan sesudah genetic testing ini.

Di artikel ini saya cantumkan lagi data yang sudah pernah keluar di artikel sebelumnya tentang angka kejadian dan kematian di negara maju dan di negara berkembang, untuk wanita.



(Global Cancer Statistic, 2002, A Cancer Journal for Clinicians)
Meski angka kejadian (incidence) kanker payudara masih menduduki peringkat pertama, tapi dengan deteksi dini, angka kematian (mortality) pada kanker payudara bisa ditekan.

Sama seperti pada artikel sebelumnya, pesan terakhir saya hanya satu: Mencegah lebih baik daripada mengobati” Uang bisa membeli dokter, tapi tidak kesehatan.


Salam sehat,
Kathryn-Tokyo


Sumber:
- American Cancer Society (ACS) Cancer Reference Information: http://www.cancer.org/docroot/CRI/CRI_0.asp
- U.S. National Institutes of Health (National Cancer Institute): http://www.cancer.gov/
- Global Cancer Statistic, 2002, A Cancer Journal for Clinicians
- Department of Health and Human Services, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) : http://www.cdc.gov/cancer/breast/basic_info/

Great Moral Dilemma: The Use of Embryonic Stem Cell



Great Moral Dilemma: The Use of Embryonic Stem Cell

Beberapa hari lalu saya menghadiri seminar tentang moral etik penggunaan embryonic stem cell. Di artikel ini saya tidak bermaksud membenarkan, menolak ataupun memperpanjang polemik tentang penggunaan stem cell tersebut, hanya mencoba membahas dua sisi dari penggunaan embryonic stem cell secara medis. Semoga bermanfaat untuk menambah pengetahuan kita.

What is human embryonic stem cell?
Sel disebut memiliki karakteristik stem cell (stemness) jika memiliki: kemampuan untuk me-regenerasi dirinya sendiri (self renewal), dan memiliki potensi untuk berdiferensiasi menjadi sel sel lain yang mempunyai fungsi lebih khusus (totipotent atau pluripotent).
Embryonic stem cell merupakan stem cell yang berasal dari sel embryo sisa hasil pembuahan di laboratorium (In Vitro Fertilization/IVF), dimana inner cell mass (ICM) dari embryo berusia 4-6 hari diambil dan dikembangbiakkan di laboratorium.

Embryonic stem cell ini memiliki potensi yang sangat besar karena mereka bisa berkembang menjadi sel atau organ tubuh apapun. Tapi satu yang perlu diperhatikan, sampai saat ini hasil biakan di laboratorium tersebut tidak bisa menjadi manusia, selain karena embryo tersebut sudah tidak lengkap (hanya diambil inner cell mass-nya) juga karena tidak pernah diimplant kembali ke dalam rahim dimana pertumbuhan embryo menjadi manusia membutuhkan interaksi kompleks lingkungan yang mendukung dan sampai saat ini hanya bisa disediakan oleh rahim ibu. Tujuan dari penggunaan embryos disini murni untuk pengobatan (therapeutic cloning).

Sebenarnya selain dari embryo, stem cell juga bisa ditemukan di plasenta terutama sebagai sumber dari blood stem cell yang bisa berguna untuk mengobati penyakit penyaki kelainan darah termasuk kanker (leukemia) tetapi sayang jumlahnya terbatas sehingga tranplantasi hanya bisa dilakukan untuk anak anak.

Salah satu keberhasilan penggunaan stem cell dari plasenta ini dipresentasikan melalui kisah nyata tentang Molly Nash, gadis kecil dari Colorado yang dilahirkan dengan penyakit genetik kelainan darah (Fanconi’s anemia) dimana sebagian besar penderitanya meninggal karena leukemia sebelum mencapai usia dewasa. Satu satunya pengobatan yang bisa dilakukan melalui transplantasi sumsum tulang belakang dari donor yang sehat dengan genetik yang cocok dengan penderita. Sayangnya, Molly adalah anak tunggal dan kedua orang tuanya adalah pembawa (carrier) dari penyakit tersebut sehingga mereka pun takut untuk kembali mempunyai anak bila kelak harus menderita penyakit itu lagi. Akhirnya orang tua Molly menggunakan sistem pembuahan di laboratorium (IVF) dan melakukan preimplantation genetic diagnosis (PGD), 24 buah embryo dibuat di laboratorium dan akhirnya setelah melalui screening, ditemukan satu satunya embryo yang bebas dari penyakit. Embryo ini ditanamkan kembali ke ibunya Molly dan akhirnya lahirlah adik laki laki Molly yang sehat. Stem cell dari plasenta si adik diambil dan di transplantasi ke Molly. Saat cerita itu dipublikasikan di buku yang saya baca (2006) Molly sudah berusia 11 tahun, sehat dan sudah terbebas dari penyakitnya.
(http://www.stemcelldilemma.com/mollynash.html)

The Future of Medicine
Keberhasilan transplantasi stem cell seperti kisah Molly di atas membuat para ahli dan juga pasien pasien yang menderita penyakit yang selama ini sulit disembuhkan berharap banyak dari riset embryonic stem cell. Apalagi hasil riset laboratorium terhadap stem cell selama ini memberikan hasil yang cukup menjanjikan. Beberapa terapi yang diharapkan bisa memanfaatkan potensi stem cell antara lain:
1. menangani pasien pasien dengan kegagalan fungsi organ tubuh seperti jantung, paru paru atau liver. Salah satu riset dari biotechnology company, Advance Cell Technologies, menemukan bahwa tranplantasi stem cell di jantung tikus yang rusak bisa memperbaiki jaringan rusak sebanyak hampir 40% hanya dalam waktu 1 bulan. Tidak hanya itu, sel transplant tersebut juga membentuk jaringan baru dengan sistem perdarahan arteri dan kapiler yang baru.


2. menangani pasien pasien dengan kerusakan saraf, misalnya pada kecelakan yang mencederai saraf belakang sehingga pasien lumpuh (seperti yang dialami oleh alm. Christopher Reeve, actor pemeran Superman), atau pada penyakit Parkinson (diderita oleh mantan petinju, Muhammad Ali serta alm. Paus Yohanes Paulus II) dan Alzheimer (diderita oleh mantan presiden Amerika, alm. Ronald Reagan) Neuroscientists dari Universitas California-Irvine (UCI) yang mengembangbiakkan sel sel saraf dari embryonic stem cell, menemukan bahwa transplantasi dari sel sel saraf tersebut ke tikus yang mengalami kesulitan berjalan karena kerusakan saraf tulang belakang, ternyata bisa membuat tikus tersebut kembali berjalan normal hanya dalam waktu 2 bulan setelah terapi.


3. menangani pasien dengan penyakit autoimun, penyakit yang diturunkan secara genetik seperti juvenile diabetes dsb. Juga menangani pasien dengan kelainan darah, seperti kasus Molly di atas.

Protect the embryo
Terlepas dari keberhasilan pengobatan yang menjanjikan dari stem cell tersebut, penggunaan embryo sebagai sumber riset, menjadi perdebatan sendiri yang seperti tidak ada penyelesaiannya. Perdebatan ini terutama mengarah pada moral status si embryo, apakah hanya dianggap sebagai objek, sebagai manusia atau “sesuatu” di antara keduanya.

Golongan yang berpendapat bahwa embryo tidak boleh digunakan dalam riset sama sekali antara lain beralasan sebagai berikut:
- embryo adalah juga adalah manusia, anggota hidup dari species Homo sapiens yang sedang berada pada stage awal pertumbuhannya. (Robert P.George - political scientist; Alfonso Gomez Lobo - philosopher)
- embryo adalah rekan kita sendiri yang kebetulan sedang berada pada posisi lemah dan tidak menguntungkan (Gilbert Meilander - Lutheran theologian and the member of the president’s council)
- penggunaan embryo dalam riset juga merupakan tindak kekerasan terhadap kehidupan manusia (Orthodox Christian, Methodist churches)
- kehidupan sudah dimulai sejak ovum dibuahi, manusia baru dengan kehidupan baru dan sudah sepantasnya hak hidup sebagai manusia harus dihargai (Vatican, Catholic church).


Selain dari sisi agama, issue penggunaan embryonic stem cell ini pun melibatkan perdebatan politik yang tidak kalah serunya. Dalam konfrensi pers April 2001, presiden Bush secara tegas mendukung hukum yang melarang percobaan apapun yang melibatkan penggunaan embryonic stem cell ini. Sementara itu di lain pihak, anggota senat yang mendukung riset stem cell menyatakan bahwa; “stem cell research isn’t just a matter of faith, it’s a fact of science” (Bill Frist, Senate Republican leader). Bahkan, senator John Kerry yang Katolik sempat mengatakan jika ia terpilih ia akan menghapus larangan dan justru membantu dana untuk riset stem cell tersebut, “Patients and their families should no longer be denied the hope that this new research brings”.

Use the embryo
Masih segar dalam ingatan, bagaimana Nancy Reagan yang begitu mencintai suaminya frustasi menghadapi ketidakjelasan sikap dari gedung putih terhadap riset stem cell ini hingga akhirnya sang suami, Ronald Reagan meninggal setelah pertarungan panjang dengan penyakit Alzheimer yang dideritanya tanpa sempat mencoba transplantasi stem cell tersebut.
Tidak heran golongan yang mendukung penggunaan embryo ini kebanyakan adalah scientist, dokter, pasien pasien dan juga keluarganya yang ikut merasakan penderitaan akibat penyakit yang diderita.

Salah satu alasan yang dikemukakan golongan ini, adalah kita harus menaruh respek terhadap pasien yang sedang tidak berdaya sakit di atas respek terhadap embryo. Mengapa kita harus membiarkan pasien (yang jelas jelas adalah manusia) yang sedang membutuhkan pertolongan hanya untuk melindungi embryo yang bahkan jika kembali di implantasi ke dalam rahim masih belum pasti bisa sukses dilahirkan sebagai manusia (James Petersen – Professor of ethics and theology). Ia mengatakan lebih lanjut: “We should not kill people to benefit others, but we should also not let people die to protect human tissue such as sperm or ova, even though such gametes have great potential”.

Perdebatan ini memang masih terus berlanjut entah sampai kapan, tapi ada satu pandangan bagus yang diungkapkan oleh Gaymon Bennet, seorang Lutheran theologians, “We must realize we won’t always have a perfect match of scientific and ethical truth”.

Salam sehat,
Kathryn-Tokyo

Sumber:

- Image: NCBI
- STEM CELL NOW – Christopher Thomas Scott (Executive Director, Stem Cells in Society Program, Stanford University)
- Bioethics Lecture: The Use of Stem Cell in Regenerative Medicine – Professor Hideyuki Okano (Neuroscientist, Keio University School of Medicine)

The Frightening Diagnosis: Cancer

Cancer/kanker berasal dari bahasa latin yang berarti crab (kepiting). Nama ini diberikan karena bentuk permukaan hasil pemotongan dari kanker (macroscopic appearance of cancer) dimana pembuluh darah seperti tertarik ke berbagai sisi kanker, menyerupai kaki dari kepiting. Kisah penamaan cancer sejak zaman Hippocrates ini juga bisa dibaca lebih lanjut di wikipedia (http://en.wikipedia.org/wiki/Cancer)

Meskipun kanker sudah dikenal sejak zaman dahulu, bukan berarti penyakit ini sudah bisa diatasi dengan baik. Bahkan saat ini kanker boleh dibilang menjadi salah satu penyakit utama yang ditakuti dan berdasarkan data dari National Center for Health Disease (2005), kanker menjadi penyebab kematian nomor 2 di United States.
Parahnya, angka kejadian kanker tidak menurun jika dibandingkan dengan penyakit lain seperti terlihat pada tabel di bawah ini



sumber: Fig.1.1 from The Molecular Biology of Cancer, 2006 (Data from Center for Disease Control)

Penyebab Kanker
Berbagai macam penyebab kanker (dikenal dengan istilah karsinogen) sudah diteliti, tapi intinya kanker disebabkan karena adanya alterasi/perubahan secara genetik (atau epigenetik)pada sel sel tubuh. Genetik disini tidak berarti semua kanker penyakit keturunan, karena perubahan genetik ini bisa juga terjadi secara sporadic atau dikenal sebagai mutasi somatik (somatic mutation). Tapi memang, di keluarga dengan riwayat kanker otomatis harus lebih berhati hati karena kemungkinan resiko terjadinya kanker lebih besar, disini dikenal istilah germ-line mutation yang diturunkan dari orang tua ke anak anaknya. Kalau ada KoKiers yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang hal ini, bisa mencari tahu di internet tentang Knudson Hypothesis (The “Two Hit” Hypothesis).

Ada beberapa mutasi genetik yang sudah diteliti dan dianggap berkaitan dengan terjadinya suatu kanker, seperti mutasi gen BRCA1 dan BRCA2 yang dikaitkan dengan meningkatnya risiko terkena kanker payudara. Untuk wanita wanita yang memiliki resiko tinggi terkena kanker payudara, biasanya dianjurkan untuk mengikuti genetic testing terhadap gen BRCA tersebut.
Selain gen BRCA, gen terkenal lainnya yang dikaitkan dengan kanker adalah p53, salah satu gen yang digolongkan sebagai gen pencegah tumor (tumor suppressor gene). Mutasi gen tersebut dikaitkan dengan timbulnya berbagai macam jenis kanker seperti kanker payudara, kanker tulang (osteosarkoma), kanker otak, atau kanker usus besar pada usia yang relatif muda (dikenal dengan nama sindrom Li-Fraumeni). Bahkan dikatakan kalau inaktivasi dari p53 ditemukan di lebih dari separuh jenis kanker pada manusia. Begitu pentingnya fungsi gen ini dalam mekanisme pertahanan anti kanker tubuh sehingga p53 dikenal dengan sebutan sebagai “the guardian of the genome” atau “the guardian angel gene”.

Angka Kejadian dan Angka Kematian Kanker
Berikut ini data (Global Cancer Statistic, 2002, A Cancer Journal for Clinicians) tentang angka kejadian dan kematian di negara maju dan di negara berkembang, pria dan wanita.




Dari tabel tersebut juga secara tidak langsung bisa dilihat harapan hidup seorang penderita kanker, contohnya: angka kejadian kanker pancreas yang hampir seimbang dengan angka kematian, dengan kata lain menunjukkan kalau seseorang yang divonis kanker pancreas rendah sekali harapan hidupnya. Sementara itu, kanker paru, masih menduduki posisi pertama kanker yang paling sering ditemukan di pria, sedangkan kanker payudara masih mendominasi di wanita.
Sekedar mengingatkan, merokok adalah faktor resiko utama terjadinya kanker paru, jadi selama anda masih ingin hidup seribu tahun lagi (meminjam kata kata dari Arita-CH, artikel Binatang Jalang), bagi yang merokok …silahkan berhenti merokok.

Penanganan Kanker
Seperti yang sudah kita ketahui, pengobatan kanker sampai saat ini masih sangat belum memuaskan. Keberhasilannya sangat ditentukan dari kondisi masing masing pasien, stadium saat kanker tersebut diketahui, jenis kankernya (ganas, jinak), sudah menyebar atau belum dan lain lain. Selain itu, pengobatan seperti chemotherapy, atau radiotherapy tidak spesifik hanya menyerang sel sel kankernya saja, tapi juga menyerang sel sel normal yang juga kebetulan mempunyai kemampuan membelah diri dengan cepat seperti halnya sel tumor. Contoh paling mudah yaitu folikel rambut atau lapisan gastrointestinal, sehingga akibatnya mudah ditebak, pasien yang sedang menjalani pengobatan kanker mengalami rambut rontok, mual, dan muntah …suatu efek samping yang jelas tidak enak.
Setelah menjalani semua proses pengobatan yang tidak enak tersebut, bukan berarti pasien memperoleh jaminan kanker tidak akan muncul kembali. Bukan kejadian langka kalau setelah beberapa tahun kemudian, kanker dideteksi muncul kembali di tubuh pasien, entah di tempat yang sama atau ternyata metastasis ke tempat lain.

Akhir akhir ini para peneliti sibuk membicarakan tentang adanya kemungkinan sekelompok kecil sub populasi sel di antara sel tumor yang memiliki kemampuan untuk meregenerasi dirinya sendiri (self renewal) sehingga tumor bisa kambuh (relapse) meskipun telah menjalanin pengobatan tuntas. Hal ini dikenal dengan istilah cancer stem cells, dimana sekelompok kecil sel tersebut dikatakan memiliki karakteristik seperti stem cell (have self renewal ability). Berikut ini saya sertakan gambar yang mendeskripsikan teori tentang cancer stem cell tersebut, supaya KoKiers lebih mudah memahami penjelasan di atas. (Gambar diambil dari Nature Insight Review Articles, Raya et al. 2001)





Diharapkan dengan semakin bertambahnya pengetahuan tentang keberadaan sel sel ini dan bertambah majunya pengetahuan molekular biologi, pengobatan kanker kelak bisa lebih efektif, tepat pada sasaran per masing masing pasien (individualized therapy).

Pencegahan Kanker
“Mencegah lebih baik daripada mengobati” pepatah lama yang sering kita dengar dan perlu kita praktekan dalam mencegah kanker. Menjalani gaya hidup sehat, seperti tidak merokok, olah raga teratur, dan menjaga keseimbangan menu makanan sehari hari sangat penting. Selain itu, DETEKSI DINI juga sangatlah penting dalam menentukan keberhasilan pengobatan kanker, semakin cepat kanker diketahui, semakin baik prognosisnya. Pemeriksaan kesehatan secara teratur dan screening test, terutama untuk orang orang yang memiliki resiko tinggi, sebaiknya sedini mungkin dilakukan. Beberapa screening test yang sudah umum dilakukan antara lain: Pap smear (untuk deteksi dini kanker serviks), mammografi (untuk kanker payudara) dan Colonoscopy (untuk deteksi dini kanker colorectal).

Kapan sebaiknya melakukan screening dan kriteria apa saja yang termasuk risiko tinggi mungkin akan saya bahas di kesempatan lain.

Salam sehat,
Kathryn-Tokyo









LUPUS - The Great Imitator Disease


LUPUS: The Great Imitator Disease 

Pertama kali mendengar kata Lupus, di kepala saya langsung keluar sosok tinggi kurus dengan rambut jambul dan permen karet yang dikulum….Lupus Hilman, si ganteng jahil yang banyak temannya. Tapi di artikel ini saya tidak bercerita tentang si Lupus Hilman, melainkan Lupus, The Great Imitator Disease …tidak saling berkaitan sama sekali, kecuali kesamaan nama yang tidak disengaja.

Dulu rasanya penyakit Lupus ini jarang terdengar, tapi belakangan ini saya merasa lebih sering mendengar penyakit tersebut…..mungkin ini juga disebabkan karena kesadaran dokter dan pasien dalam mengenali gejala Lupus semakin baik. Dan ketika akhirnya salah seorang kerabat dekat saya berkonsultasi ke saya dengan segala kebingungannya bahwa ia juga mendapat diagnosa Lupus, saya memutuskan untuk memberi perhatian lebih pada penyakit yang satu ini.

Lupus bukan penyakit baru, bahkan kisah perjalanan penyakit ini bisa dibagi menjadi 3 bagian:
- Periode klasik. Penyakit ini pertama dikenal saat “middle-ages” dengan ditemukannya gejala klinis penyakit ini di kulit dan di periode ini juga istilah Lupus pertama kali di populerkan oleh Dr. Rogerius (seorang ahli bedah Italia). Lupus berasal dari bahasa latin yang berarti serigala (wolf) karena gejala klinis Lupus di kulit muka dikatakan menyerupai gigitan serigala (wolf’s bite). Warna merah pada kulit yang diserang dikenal dengan istilah eritematosus, sehingga secara lengkap disebut Lupus Eritematosus.
- Periode neoklasik. Periode ini ditandai dengan ditemukannya gejala sistemik (menyeluruh) dari Lupus, yang artinya Lupus tidak hanya menyerang kulit, tapi juga menyeluruh ke organ organ tubuh lain dan bisa berakibat fatal. Disini dikenal istilah Sistemik Lupus Eritematosus (SLE)
- Periode modern. Periode ini ditandai dengan ditemukannya sel Lupus Eritematosus (LE Cell) pada tubuh penderita Lupus di tahun 1948. Saat ini tes sel LE tersebut sudah jarang dipakai karena dianggap tidak spesifik lagi untuk mendiagnosa Lupus.

Meskipun perjalanan penyakit Lupus sudah sedemikian lamanya, ternyata bukan hal yang mudah untuk mendiagnosa Lupus, gejala yang ditimbulkan sangat beraneka ragam dan menyerupai penyakit penyakit lain (The Great Imitator) sehingga dokter pun sering tertipu dan tidak menyangka sama sekali kalau yang sedang dihadapi adalah si Lupus ini. Akibatnya bisa ditebak, pasien keliling berbagai dokter dengan beraneka ragam keluhan yang tidak kunjung usai, meminum obat berbagai macam sampai akhirnya tanpa disadari penyakit menjadi parah dan penderita tidak tertolong lagi.

Hampir 90% penderita Lupus adalah wanita dan umumnya timbul (the onset of the disease) bervariasi antara usia 15 hingga 44 tahun. Lupus merupakan penyakit autoimun, dimana sistem kekebalan tubuh pasien salah mengenali sel sel tubuhnya sendiri dan dianggap sebagai benda asing sehingga malah menyerang sel sel sehat dan jaringan tubuh sendiri. Sampai saat ini Lupus belum bisa disembuhkan, tetapi bisa dikendalikan sehingga penderita Lupus (odapus) berada dalam kondisi remisi (kondisi dimana gejala berkurang atau hilang total) dan bisa menjalankan aktivitas sehari hari.

Karena gejalanya yang begitu bervariasi, boleh dibilang tidak ada 2 penderita Lupus yang bahkan mempunyai gejala yang sama. Untuk membantu dokter memudahkan mengenali Lupus, 11 kriteria Lupus telah disusun oleh ARA (American Rheumatism Association). Jika pasien memiliki 4 atau lebih dari kriteria ini, besar kemungkinan pasien tersebut menderita Lupus. 

Berikut kriteria tersebut:
1. Malar rash: rash kemerahan di wajah yang bentuknya menyerupai kupu kupu sehingga dikenal juga dengan sebutan “butterfly rash” 
2. Discoid skin rash: rash bundar (rounded appearance) kemerahan di kulit.
3. Photosensitivity: Skin rash yang timbul karena terkena paparan sinar matahari
4. Mucus membrane ulcers: luka di daerah mulut, hidung atau tenggorokan
5. Arthritis: radang sendi atau lebih popular disebut rematik
6. Pleuritis/pericarditis: radang pada selaput paru paru/jantung sehingga penderita sering merasa sakit dada pada saat bernafas.
7. Kidney abnormalities: kelainan ginjal, bisa dipastikan dengan pemeriksaan urin
8. Brain irritation: bisa ditandai dengan kejang, atau psikosis (istilah psikiatri untuk menggambarkan keadaan “loss of contact with reality”)
9. Blood count abnormalities: kelainan darah, bisa berupa anemia, leucopenia (leukosit kurang dari normal) atau trombositopenia (trombosit kurang dari normal, seperti gejala demam berdarah)
10. Immunologic disorder: kelainan tes imunologik (contohnya anti ds-DNA positif)
11. Antinuclear antibody positif: tes ANA positif. Tes ini digunakan untuk mendeteksi adanya penyakit penyakit autoimun.
Selain 11 kriteria di atas, tergantung dari gejala klinis yang timbul pada pasien bisa ada tes tambahan lain untuk membantu memastikan diagnosa. 

Dilihat dari kriteria tersebut, pasien bisa datang ke dokter kulit dengan keluhan rash, bisa ke dokter penyakit dalam dengan keluhan rematik, jantung atau ginjal, bisa juga datang ke dokter saraf untuk keluhan kejang atau ke hematolog karena anemia. Bisa dibayangkan berbagai macam obat yang harus diminum oleh pasien tanpa tahu biang keladi sebenarnya adalah Lupus.

Penanganan Lupus tergantung dari bagian tubuh yang diserang dan juga tergantung dari parah atau tidaknya kondisi pasien. Sekali lagi, Lupus belum bisa disembuhkan, jadi penanganan Lupus terutama untuk membantu menghilangkan rasa sakit dan inflamasi yang terjadi pada jaringan tubuh yang terserang.
Secara umum, penanganan Lupus dengan:
- Non-inflamasi anti steroid (NSAID), contohnya: aspirin, atau ibuprofen. Obat obat golongan ini biasa digunakan apabila jaringan yang diserang terbatas dan sakitnya juga tidak terlalu hebat.

- Antimalarial medications, contohnya chloroquin, hydroxychloroquine (Plaquenil) juga dapat dipakai untuk membantu mengontrol gejala sistemik Lupus. 

- Corticosteroid, contohnya: prednisone. Obat obat golongan ini diberikan jika Lupus menyerang organ organ dalam. Selain diminum bisa juga diberikan intravena (penderita masuk RS) jika serangan berat dan cenderung fatal. Sayangnya, obat obat golongan ini bisa memberikan efek samping yang cukup serius jika diberikan dalam waktu lama dengan dosis berlebihan. Kerjasama antara pasien dan dokter sangat diperlukan sehingga dosis dapat diatur seminimal mungkin tetapi Lupus masih tetap terkontrol.

- Immunosuppressive agents, contohnya methotrexate. Obat obat golongan ini ditujukan untuk menekan system kekebalan tubuh dan diberikan jika gejala Lupus yang keluar lebih berat. Penggunaan obat ini harus dalam pengawasan dokter karena mempunya efek menekan sistem kekebalan tubuh sehingga pasien juga lebih rentan terhadap berbagai infeksi.

- Selain dengan obat obatan, sesuai dengan gejala masing masing pasien juga sebaiknya mengenali situasi kapan gejala mudah timbul. Misalnya, jika rash Lupus timbul setelah aktivitas di luar ruangan terkena matahari, maka gunakan sunscreen, atur waktu aktivitas supaya tidak terkena langsung sinar matahari, dsb. 

Demikan cerita saya mengenai Lupus. Jika ada yang merasa mempunyai gejala-gejala mengarah ke  Lupus, jangan panik. Penyakit ini bisa ditanggulangi secara maksimal jika ada kerjasama dan komunikasi yang baik antara pasien dan dokter.

Ada kutipan yang saya ambil dari S.L.E. Lupus Foundation:
“Don’t Panic, But Please Don’t Wait”
Unfortunately, many people have lupus for a long time before it's detected. If you think you may have lupus, immediately contact a doctor for an initial diagnosis. If you do have lupus, it needs to be treated and managed very quickly. This is not something to put off!

Salam sehat,
Kathryn-Tokyo.

References: 
https://www.lupus.org/s3fs-public/Doc%20-%20PDF/Ohio/ACR_handout.pdf