Tuesday, October 27, 2009

Aspirin: Things you should be aware of


Aspirin: Things you should be aware of

Nama obat aspirin (salicylates) pasti sudah akrab sekali di telinga kita semua. Khasiatnya yang bervariasi dari sekedar analgesik penghilang rasa sakit, antipiretik penurun demam sampai efek antiplatelet pencegah pembekuan darah menyebabkan penggunaan aspirin sangat luas dan umum. Aspirin bahkan dijual bebas di apotek atau toko obat sehingga mudah didapatkan masyarakat. Tapi, semua obat selain punya khasiat baik juga punya efek samping. Yuk, kita lihat apa saja yang terutama perlu diwaspadai dalam mengkonsumsi aspirin.

* Penggunaan aspirin pada anak anak

Penggunaan aspirin, maupun obat lain yang mengandung aspirin, sebagai obat penurun demam pada anak anak tidak diperbolehkan karena dapat memicu timbulnya “Reye’s syndrome”.

Reye’s syndrome merupakan penyakit yang dapat menyerang siapa saja, pada usia berarapun, tetapi biasanya lebih sering dan fatal pada anak anak. Biasanya Reye’s syndrome terjadi setelah didahului adanya penyakit lain karena infeksi virus, misalnya flu dan cacar air, sehingga disebut juga “two-phase illness”. Gejala penyakit ini cukup banyak dan bervariasi (karena itu diistilahkan “syndrome”) antara lain: muntah berulang ulang, badan lemas, gelisah sampai kejang kejang, juga hilangnya kesadaran. Tubuh yang terutama terkena dampaknya adalah otak dan hati. Dapat terjadi peningkatan tekanan intrakranial, peradangan pada otak serta penumpukan lemak pada hati, dan pada anak anak efek kerusakan yang ditimbulkan di otak ini bisa permanen meskipun sudah sembuh.

Sebenarnya penyebab pasti dari Reye’s syndrome belum diketahui, tetapi dari berbagai hasil penelitian diketahui adanya kaitan antara penggunaan aspirin sebagai obat penurun demam pada anak anak yang sedang terkena infeksi virus (flu, cacar air, radang tenggorokan, dsb) dengan timbulnya Reye’s syndrome ini.

Berikut tabel yang menunjukkan hubungan antara kasus terjadinya Reye’s syndrome yang dilaporkan dan konsumsi aspirin (N. Engl. J. Med.1999; 340 (18): 1377–82)

Karena itu, berhati hatilah memberikan obat penurun panas pada anak anak terutama jika membeli obat tersebut secara bebas tanpa resep dokter. Perhatikan betul isi dari kandungan obat yang akan dikonsumsi. Jangan lupa mendidik anak anak juga untuk biasa membaca isi kandungan obat. Anak anak remaja usia sekolah sering tanpa memberi tahu orang tua, membeli dan mengkonsumsi sendiri obat penghilang rasa sakit tanpa tahu kandungan obat yang dikonsumsinya. Ini fatal, karena bukan tidak mungkin bahaya Reye’s syndrome mengintai tanpa disadari.

* Penggunaan aspirin untuk pencegahan serangan jantung atau stroke

Selain berfungsi sebagai analgesik, aspirin juga mempunyai fungsi antiplatelet. Disini, aspirin dapat mencegah terbentuknya bekuan darah (blood clot) dari aggregasi platelet. Blood clot yang terbentuk beresiko menyumbat pembuluh darah, terutama pada pasien pasien yang mengalami penyempitan pembuluh darah. Penyempitan pembuluh darah bisa terjadi karena dinding pembuluh darah yang menebal akibat penimbunan lemak seperti kolesterol. Penyumbatan pembuluh darah akan menyebabkan terjadinya ischemia (kekurangan oksigen) pada organ yang terkena dampak langsung penyumbatan aliran darah tersebut. Inilah yang menjadi pemicu terjadinya serangan jantung (heart attack) atau stroke.

Karena fungsi antiplatetelet itulah, aspirin umum diberikan sebagai tindak pencegahan pada pasien pasien yang memiliki resiko terkena serangan jantung atau stroke (primary prevention) maupun yang sudah pernah terkena serangan jantung atau stroke, supaya tidak terkena lagi (secondary prevention). Dosis aspirin yang diberikan untuk pencegahan jangka panjang umumnya berkisar antara 75–150 mg per hari, disini efek maksimal aspirin baru akan tercapai setelah beberapa hari. Pada kasus dimana diduga terjadi serangan jantung, dapat diberikan dosis yang lebih besar, 160-325 mg, disini efek maksimal aspirin dapat dicapai dalam 30 menit.

Ada studi yang menyatakan aspirin yang di hisap (chewed aspirin) atau yang berbentuk soluble (soluble aspirin), lebih cepat daya kerjanya daripada yang berbentuk tablet minum (whole aspirin). Hasil study ini tentu diharapkan bisa berguna untuk pertolongan pertama pada orang yang diduga mengalami serangan jantung. Dibawah ini tabel dari hasil studi tersebut, efek antiplatelet pada soluble dan chewed aspirin, sudah tercapai rata rata dalam 7.5 menit.

Meskipun aspirin sudah jelas kegunaannya untuk membantu mencegah serangan jantung atau stroke, bukan berarti pemakaian aspirin sembarangan, bebas tanpa sepengatahuan dokter. Ada beberapa kondisi, dimana kita harus mewaspadai penggunaan aspirin terkait dengan fungsinya sebagai antiplatelet/anti pembekuan darah dan juga efek samping aspirin, antara lain:

- penggunaan aspirin pada pasien stroke yang bukan disebabkan oleh sumbatan pembekuan darah. Pada stroke yang disebabkan karena pecahnya pembuluh darah, justru sebaliknya pemberian aspirin bisa membuat perdarahan makin hebat dan berakibat fatal.

- penggunaan aspirin atau obat lain yang mengandung aspirin harus dihindari, jika pasien akan menjalani operasi, karena bukan tidak mungkin akan menghambat proses pembekuan darah pasca operasi. Pada jenis operasi apapun, komunikasikan dengan jelas obat apa yang sedang diminum saat itu. Pada operasi katarak misalnya, jangan lupa komunikasikan dengan dokter mata yang menangani jika kebetulan pasien sedang meminum obat obatan dari dokter jantung, siapa tahu aspirin ada diantara obat yang diminum.

- efek samping aspirin (seperti juga obat analgesik lainnya), dapat menimbulkan luka pada lambung dan usus, kadang sampai menyebabkan perdarahan gastrointestinal. Perdarahan inipun kadang bisa tanpa disertai rasa sakit pada perut, jadi waspadai, jika tinja berwarna hitam, badan lemas atau pusing jika berdiri, segera pastikan cek ke RS terdekat. Efek samping ini biasanya terjadi pada pemakaian aspirin dengan dosis tinggi, jadi selama masih dalam dosis minimal (75-150 mg per hari) biasanya jarang efek samping ini terjadi. Tetapi, tetap kita harus waspada karena efek jangka panjang pemakaian aspirin pun masih belum jelas. Selama tidak ada indikasi jelas, jangan sembarangan meminum aspirin dengan hanya alasan untuk mengencerkan darah. Bukan darah yang encer, tapi bahaya perdarahan yang menanti.

- hati hati pemakaian aspirin pada orang dengan alergi aspirin. Salah salah, bukan rasa sakit yang hilang, malah tiba tiba asma kambuh, hidung berair, gatal gatal, bibir dan mata bengkak sebagai reaksi alergi dari aspirin.

Semoga artikel di atas bisa menambah pengetahuan kita tentang aspirin, salah satu obat yang sering kita pakai dalam kehidupan sehari hari. Beberapa nama obat yang berisi aspirin (acetylsalicylic acid): aspilets, thrombo aspilets, ascardia, bodrexin, minigrip, inzana, contrexyn, poldan mig, dan lain sebagainya yang tidak bisa saya ingat. Intinya, jangan lupa, selalu biasakan membaca label obat terlebih dahulu untuk mengetahui kandungannya.

Salam sehat,

Kathryn-Tokyo

References:

- http://www.medicinenet.com/reye_syndrome/article.htm

- Belay ED, Bresse JS, Holman RC, et al. Reye’s syndrome in the United States from 1981 through 1997. N. Engl. J. Med. 1999; 340 (18): 1377–82

- American Heart Association: http://www.americanheart.org/presenter.jhtml?identifier=4456

- http://www.medicinenet.com/aspirin_and_antiplatelet_medications/article.htm

- Schwertner HA, McGlasson D, Christopher M, et al. Effects of different aspirin formulations on platetelet aggregation times and on plasma salicylate concentrations. Thrombosis Research 2006; 118: 529-534










Saturday, October 3, 2009

Cervical Spine Surgery

Dedicated to my dear father-in-law :)
I always pray for you, get well soon!

Cervical Spine Surgery

Cervical spine surgery merupakan tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki masalah yang terjadi di tulang belakang/vertebrate bagian leher jika treatment non surgery sudah tidak efektif lagi. Masalah yang paling sering antara lain: hernia di antara ruas tulang leher (herniated intervertebral disc) dan penyempitan ruas tulang leher (spinal stenosis) yang selain disebabkan oleh hernia sendiri, juga bisa disebabkan oleh tumor di tulang belakang, arthritis, atau penyakit tertentu yang menyerang ruas tulang belakang.

Ada 7 ruas tulang leher/cervical (lihat gambar), dan lokasi yang paling sering menjadi tempat terjadinya hernia adalah ruas cervical antara C5-C6 dan C6-C7. Selain itu bisa juga di C7-T1

Gejala yang timbul jika penyempitan terjadi di ruas cervical C5-C6:

- ‘weakness’ di daerah otot biseps (lengan atas bagian depan) dan pergelangan tangan

- rasa sakit, bisa disertai baal atau kesemutan yang menjalar ke arah ibu jari

Gejala yang timbul jika penyempitan terjadi di ruas cervical C6-C7:

- ‘weakness’ di daerah otot triseps (lengan atas bagian belakang). bahu dan jari jari tangan

- rasa sakit, bisa disertai baal atau kesemutan yang menjalar ke arah jari tengah

Gejala yang timbul jika penyempitan terjadi di ruas cervical C7-T1:

- ‘weakness’ dari leher, bahu belakang yang menjalar turun ke lengan

- bisa menyebabkan ‘weakness’ saat menggenggam (hand grip)

- rasa sakit, bisa disertai baal atau kesemutan yang menjalar ke arah jari kelingking

Untuk lebih jelas, bisa lihat link video berikut:

http://www.spine-health.com/video/cervical-radiculopathy-interactive-video

Cervical spine surgery merupakan tindakan operasi untuk mengatasi masalah di atas.

Berdasarkan dari posisi mana operasi akan dilakukan untuk mencapai cervical spine yang bermasalah, ada 2 tehnik yang diapakai:

1. Anterior approach

Tehnik ini umum digunakan karena tidak banyak menyebabkan kerusakan pada susunan normal otot, akses jalan ke tulang cervical juga mudah dicapai dan luka yang ditimbulkan juga hanya sedikit. Masalah yang bisa timbul biasanya setelah operasi, pasien mengalami radang tenggorokan dan rasa tidak nyaman saat menelan karena tindakan operasi yang dilakukan pada area tersebut.

2. Posterior approach

Tehnik ini biasanya dipertimbangkan jika hernia sebagian besar terjadi ke arah lateral dari spinal cord. Kelemahannya lapang pandang pada tehnik ini terbatas, selain itu tehnik ini sulit dan cukup banyak pembuluh darah di area yang dituju sehingga resiko perdarahan meningkat. Kemudian karena sebagian besar isi disc tetap tertinggal di tempatnya, ada kemungkinan terjadi hernia kembali di masa mendatang.

Anterior dan posterior approach:

Setelah itu urutan prosedur yang umum dilakukan:

1. Pemotongan disc (Discectomy)

Dimulai dari pemotongan kulit/incisi sekitar 2-4 cm pada kulit leher sebelah kanan atau kiri. Dengan bantuan x-ray, dokter akan memastikan ruas cervical yang dituju, melakukan pemotongan jaringan fibrous yang mengelilingi disc dan akan melakukan removal dari isi badan disc.

2. Penyambungan tulang spinal (Spinal fusion surgery)

Disini dilakukan ‘bone graft’ untuk mempertahankan space/ruang yang cukup antar ruas tulang belakang setelah dilakukan discectomy. Selain itu, penyambungan tulang ini juga akan mengurangi gerakan dari tulang cervical sehingga bisa mengurangi rasa sakit sekaligus mencegah terjadinya deformitas (kelainan bentuk tulang belakang) berupa kifosis (struktur tulang belakang melengkung ke depan).

Tulang yang dipakai untuk melakukan penyambungan ini dapat berasal dari tubuh pasien sendiri, dikenal dengan nama autograft bone atau dapat berasal dari bank tulang atau dari donor lain dikenal dengan nama allograft bone.

Pada autograft bone, jaringan tulang yang dipakai adalah tulang pinggul (hip). Tehnik ini sudah menjadi ’gold-standard’ yang dipakai sejak tahun 1950-an dan terjadi penyambungan dengan baik pada sekitar 90-95% pasien. Kekurangan pada tehnik ini yaitu mesti dilakukan incisi lagi untuk mengambil jaringan tulang pinggul tersebut. Saat itu bisa terjadi komplikasi seperti, infeksi, perdarahan, gangguan pada saraf daerah panggul, dan fraktur/retak tulang panggul. Tidak jarang, pasien lebih merasakan sakit pada tempat asal pengambilan tulang tersebut daripada leher tempat operasi utamanya.

Pada allograft, dipakai tulang dari donor. Karena di tulang tidak ada sel hidup yang bisa membangkitkan imunitas tubuh, jarang terjadi reaksi penolakan terhadap donor tulang tesebut. Kelemahan tehnik ini, sering terjadi kegagalan penyambungan tulang dan lebih lambat sembuh dibandingkan autograft bone. Selain itu meski resikonya kecil, tetap ada kemungkinan transmisi penyebaran infeksi dari donor seperti HIV atau hepatitis.

Selain menggunakan tulang seperti dibahas di atas, dikembangkan juga altenatif lain sebagai pengganti tulang dikenal sebagai Bone graft substitute materials. Beberapa contoh material bone graft substitutes bisa lihat pada tabel dibawah ini:

Class

Description

Examples

Allograft based

Allograft bone, used alone or in combination with other materials

Allogro, OrthoBlast, Opteform, Grafton

Factor based

Natural and recombinant growth factors, used alone or in combination with other materials

TGF-beta, PDGF, FGF, BMP

Cell based

Cells used to generate new tissue alone or seeded onto a support matrix

Mesenchymal stem cells

Ceramic based

Includes calcium phosphate, calcium sulfate, and bioglass, used alone or in combination

Osteograf, Norian SRS, ProOsteon, Osteoset

Polymer based

Both degradable and nondegradable polymers, used alone or in combination with other materials

Cortoss, OPLA, Immix


Bone graft substitutes material secara garis besar bisa diklasifikasikan menjadi:

- Demineralized bone matrix (DBM)

Berupa ekstrak protein dari tulang yang berguna untuk menstimulasi pembentukan tulang. Tersedia dalam bentuk chips, gel, powder dsb. Tetapi pemakaian DBM ini harus bersama dengan pemakaian tulang (bone graft) karena ia tidak cukup kuat untuk sendiri menstimulasi penyambungan tulang baru.

- Synthetic bone graft extenders

Contohnya adalah ceramics, calcium phosphate atau material lainnya yang menyerupai isi tulang. Mereka juga digunakan bersama dengan tulang (bone graft) untuk membantu pertumbuhan tulang dan mempermudah penyambungan tulang. Resiko infeksi juga biasanya rendah dibandingkan menggunakan allograft tulang murni dari donor.

- Bone morphogenetic protein (BMP)

Protein ini dapat menstimulasi pertumbuhan tulang, menarik material protein lain yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang ke tulang belakang yang sedang membutuhkan. Menariknya, disini tidak diperlukan tambahan bantuan dari tulang pasien sendiri atau dari donor.

Kutipan tujuan dari pemakaian BMP ini:

The primary goals of using BMP in spinal fusions are:

- To create a spinal fusion as well as or better than using the patient’s own bone.

- To eliminate the need for harvesting the patient's bone from his or her hip, thus avoiding the potential side effects and complications of the bone harvesting procedure.

Spinal fusion surgery video:

http://www.spine-health.com/video/spine-fusion-surgery-video


Salam sehat,

Kathryn-Tokyo


References:

Medline plus: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/002971.htm

Spine health: http://www.spine-health.com/conditions/herniated-disc/cervical-herniated-disc-symptoms-and-treatment

http://www.spine-health.com/treatment/spinal-fusion/bone-graft-substitutes

e-medicine: http://emedicine.medscape.com/article/1230616-overview