Sunday, March 28, 2010

How to overcome health rumors


How to overcome health rumors

Kebetulan akhir akhir ini di KoKi, banyak dimuat artikel berkaitan dengan mitos dan fakta yang berhubungan dengan kesehatan, dari penggunaan arang hitam sebagai sumber penurun kolesterol (http://kolomkita.detik.com/baca/artikel/34/1391/yang_murah_jelek_hitam_...), sup janin untuk awet muda (http://kolomkita.detik.com/baca/artikel/2/1452/sop_janin_mitos_atau_fakta), hingga memakan otak anak kecil yang dipercaya sebagai obat epilepsy (http://kolomkita.detik.com/baca/artikel/2/1469/memakan_otak_anak_demi_kesembuhan_epilepsi_)
Ini semua bukan hal baru, sejak dulu pun selalu ada mitos mitos yang berkaitan dengan kesehatan, yang kadang benar kadang juga tidak masuk akal. Tentu banyak yang pernah mendengar, mitos seperti memakan hati kalong bisa menyembuhkan asma, cula badak atau tangkur buaya bisa menambah gairah seks alias obat kuat dsb. Semua info tersebut sering ditelan bulat bulat tanpa dipikir lagi dan akhirnya ….hasil tidak jelas, tapi binatang binatang langka diburu tanpa ampun hingga punah dan ekosistem lingkungan terganggu. Bahkan mitos sop janin atau memakan otak anak kecil sudah sampai mengalahkan akal sehat dan hati nurani manusia. Tidak hanya mitos mitos seperti ini, berbagai gosip tentang kesehatan juga banyak beredar melalui e-mail, seperti vaksin MMR menyebabkan autis atau cara baru mengatasi kanker “update dari RS. John Hopkins” yang berakhir dengan bantahan resmi dari John Hopkins sendiri yang menyatakan tidak pernah mengeluarkan informasi tersebut. Hal ini sudah pernah saya tulis juga di artikel sebelumnya, silahkan dibaca untuk yang kebetulan belum pernah membacanya

Terus terang, saya bukan orang ahli herbal atau ahli obat obatan alami sehingga tidak berkompeten menjawab semua gosip di atas benar hanya mitos atau sungguh fakta. Tapi saya juga bukan tipikal dokter yang “keukeuh” menyatakan hanya obat dokterlah yang paling bagus, pasti manjur, dsb. itu Jadi, yang ingin saya bahas di artikel ini adalah bagaimana caranya kita memilah semua gosip tersebut untuk setidaknya tahu mana yang masuk akal dan mana yang tidak. Dan prinsip utama cuma satu, pakailah logika kita untuk berpikir. Berikut 3 tips untuk melatih logika ala saya.

1. Cek dan cari sumber berita yang terpercaya (check and re-check your source)
Jangan mudah percaya berita hanya dari sumber sumber tidak jelas. Sedapat mungkin coba cek ke sumber yang terpercaya atau bahkan ke sumbernya langsung. Contoh, info tentang kanker dari John Hopkins itu, berapa banyak dari kita yang cek langsung ke website John Hopkins (http://www.hopkinskimmelcancercenter.org/index.cfm/cID/1684/mpage/item.cfm/itemID/1016) tentang berita tersebut? Saya rasa, rata rata semua dengan mudah percaya dan langsung forward email tersebut ke teman teman atau milis yang diikutinya. Begitupula karena kebetulan ada yang tanya tentang kebenaran kisah arang hitam sebagai penurun kolesterol, (saya kali ini pakai cerita arang tersebut untuk membantu menjelaskan tips saya) saya mencoba mencari tahu langsung dari jurnal yang disebutkan dalam cerita tersebut.
“Arang sebagai pereduksi kolesterol dan penghambat penyakit dilansir oleh British Journal of Nutrition. Sejumlah pasien berkolesterol tinggi yang diberi konsumsi 8 g arang per hari turun 25% dari total kolesterol, 41% kolesterol jahat LDL (low density lipoprotein), serta melipatgandakan rasio HDL/LDL kolesterol. Itu karena arang menyerap penyumbat jantung dan melancarkan peredaran darah koroner”.
Hasil pencarian, betul ada journal tentang arang tersebut pada penderita hiperkolesterolemia, tapi bukan keluaran British Journal of Nutrition. Sepertinya ada kesalahan kutip, yang benar, dari British journal (maksudnya ya seperti American journal, Indonesian journal, Japanese journal dsb. Tapi bukan nama journal yang bersangkutan) bernama Lancet (saya cantumkan di references, silahkan track di pubmed, untuk yang punya akses ke sana).
Dan berikut kutipan abstract dari journal yang hanya 2 lembar tersebut (sepertinya ini bukan full text paper, tapi semacam case report). Saya tidak bisa menemukan keseluruhan full text-nya juga, hanya abstract yang terlihat dari pubmed, mungkin karena sudah terlalu uzur. Penelitian ini tahun 1986 (24 tahun yang lalu). Saya copy paste tanpa menghilangkan satu apapun. Silahkan bandingkan sendiri ya dengan hasil kutipan bahasa Indonesia di atas:
“Seven patients with hypercholesterolaemia were treated for 4 weeks with activated charcoal at a dose of 8 g three times a day. Plasma total cholesterol and LDL-cholesterol decreased by 25% and 41%, respectively, whereas HDL-cholesterol increased by 8%. Side-effects were negligible.”
Kesimpulan sementara, memang betul ada hasil penelitian resmi yang mendukung khasiat arang terhadap penurunan kolesterol. Tapi, sebelum 100% mempercayainya, kita harus masih memakai logika kita untuk berpikir lebih lanjut, sesuai step berikut.

2. Biasakan bertanya kenapa/why? bagaimana/how? kapan boleh dilakukan/when? berlaku untuk siapa saja/whom? dsb. Intinya biasakan bertanya balik, terutama kenapa (always ask, ask, and ask).
Pendidikan di Indonesia nyaris tidak pernah mengharuskan muridnya bertanya balik ke gurunya, kenapa? Semua hapal mati, yang penting cocok dengan catatan yang diberikan guru, dan nilai pasti 10. Apel warnanya merah, titik. Itu yang mesti ditulis di lembar ulangan. Tidak perduli apakah di dunia lain ada apel warna hijau, kuning dsb. Tempe baik untuk kesehatan, titik. Entah tempe yang bagaimana yang baik tidak ada yang bertanya balik. Apakah tempe yang digoreng dengan minyak jelantah pun masih baik, tidak ada yang bertanya balik. Sudah kebiasaan kita menelan semua informasi entah benar, entah gosip, dengan bulat bulat.
Pas anak anak masih kecil, masih rajin sering bertanya ini itu karena rasa ingin tahunya yang besar. Tapi pas masuk sekolah, habis sudah, rata rata (jujur, termasuk saya) jadi robot yang hanya ikut apa kata gurunya. Semoga orang tua dan guru guru sekarang menyadari pentingnya pendidikan bermutu yang bukan sekedar menghapal lagi.
Sama dengan kasus arang di atas, penting bertanya balik, kenapa kok arang bisa menurunkan kolesterol? siapa saja yang boleh mengkonsumsinya? Apakah ada system tubuh lain yang kena pengaruh dari konsumsi arang tersebut? Berapa dosis yang boleh digunakan? Dari situ, saya berusaha mencari lagi artikel ilmiah yang berkaitan dengan artikel tahun 1986 tersebut. Ketemu beberapa, ditulis oleh author dari grup yang sama dan lab yang sama antara tahun 1988 dan 1989. Tapi kali ini saya ambil 2 buah saja yang berkaitan langsung dengan keingintahuan saya di atas (lihat references). Dari artikel tersebut, saya memperoleh penjelasan lebih lanjut tentang penggunaan arang ini (saya copy paste dalam bahasa Inggris aja ya supaya bisa langsung dibaca dalam kalimat aslinya)

- Kenapa bisa menurunkan kolesterol?
“The cholesterol-lowering effect of charcoal is probably due to their binding in the intestines, which leads to increased metabolism of cholesterol and to elevated plasma levels of its precursors”.
Tidak heran, arang yang kita kenal yakni norit, dipakai sebagai obat diare. Karena arang mempunyai efek menyerap/pengikatan zat zat makanan, zat kimia di usus sehingga diare stop. Mereka juga menulis di artikelnya: Activated charcoal and cholestyramine may cause different gastrointestinal side effects. Two patients had constipation when taking charcoal”.
Karena efek ini pulalah, mereka mengingatkan untuk berhati hati karena arang juga menyerap obat obatan lain, sehingga jika kebetulan sedang mengkonsumsi obat lain seperti obat asam urat misalnya, hati hati obat tersebut tidak bekerja karena si arang. The liability of activated charcoal to interfere with the gastrointestinal absorption of other concomitant drugs should, however, be kept in mind”.

- Siapa saja yang boleh mengkonsumsi arang tersebut?
Seperti yang ditulis di atas, hati hati untuk yang sedang mengkonsumsi obat obatan lain. Selain itu, karena sepertinya ada sanggahan di tahun 1987 yang ditulis oleh group lain melalui “Letters to Editor” (lihat references) yang menyatakan tidak ada significant efek dari arang pada pasien dengan hiperkolesterolemia, mereka fair menulis: “It is probable that differences in study design, e.g. in the type of hyperlipidaemia, as well as in the quality, quantity and frequency of administration of activated charcoal are responsible for the apparent discrepancy”. Mereka juga menulis dalam summary, kesimpulan mereka: “In general, the acceptability by the patients and the efficacy of activated charcoal, cholestyramine and their combination were about equal, but there were individual preferences for particular treatments”. Mereka mengakui ada perbedaan individual dan hasil yang dicapai dari penggunaan arang tersebut alias tidak bisa main hantam kromo sama untuk semua orang. Penyebab tingginya kolesterol pada tiap orang bisa berbeda. Ada yang hanya karena kebanyakan makan berlemak, kurang olahraga, ada yang karena kerusakan hati (karena virus misalnya), karena penyakit ginjal dsb.

- Apakah ada system tubuh lain yang terkena efek dari mengkonsumsi arang tersebut?
Saya mencari tahu hal ini karena tubuh manusia bekerja secara kompleks. Sama seperti yang dulu pernah saya bilang, estrogen berlebihan bisa memicu kanker payudara, tapi bukan berarti estrogen harus ditekan habis habisan karena estrogen-lah yang melindungi wanita dari osteoporosis, penyakit jantung koroner dsb. Begitupula kolesterol (juga yang LDL) tidak berarti buruk sehingga harus ditekan habis habisan. Kolesterol merupakan precursor penting pembetukan vitamin D dalam tubuh, dan berbagai hormone steroid dalam tubuh (cortisol, aldosterone, estrogen, progesterone, testosterone). Yang perlu diperhatikan adalah “balance” atau kesetimbangan ratio antara kolesterol dalam tubuh, LDL dan HDL. Ratio ini lebih penting sebagai indikator apakah seseorang beresiko terkena penyumbatan jantung, stroke misalnya, dibandingkan dengan hanya cek total kolesterol. Banyak serangan jantung terjadi pada pasien dengan total kolesterol rendah, tapi ternyata ratio LDL/HDL nya tinggi. Silahkan cek sendiri lebih lanjut ya tentang perbandingan ini, bisa panjang kalau saya tulis semua disini.
Berkaitan hal ini, dalam journal selanjutnya di tahun 1989, mereka menulis: “In our study the daily 24 g doses of activated charcoal, with the surface area of 2000 m2 g-1, could have very effectively impaired the enterohepatic circulation of bile acids. The resulting activation of cholesterol synthesis was seen in the elevated serum level of cholesterol precursors, squalene, lathosterols and desmosterol, known to be related to sterol balance data in different clinical conditions”. Susah untuk menjelaskan maksud kalimatnya secara detil, gampangnya, terapi dengan arang yang menyerap kolesterol (level kolesterol jadi rendah) menyebabkan adanya feedback stimulation sehingga tubuh malah meningkatkan pembentukan precursor sintesis kolesterol. Begitu yang saya tangkap, juga dari summary di abstract mereka: These observations suggest an increased cholesterol synthesis upon treatment with activated charcoal, probably caused by the interference with the enterohepatic circulation of bile acids”.
Apakah kelak nanti feedback stimulation ini akan menyebabkan masalah atau tidak, tidak dijelaskan lebih lanjut.

- Berapa dosis arang yang digunakan?
Menurut mereka: As expected, the cholesterol lowering effect of activated charcoal depended on the dose used. The smallest dose in the present study (4g/d), caused a small but statistically significant reduction in serum total and LDL-cholesterol and an increase in the ratio of serum HDL/LDL cholesterol. Increasing the daily dose from 4 g to 8 g to 16 g and to 32 g always produced a progressively greater effect on serum total and LDL-cholesterol. The effect of the 32 g dose, however, was not much greater than that of 16 g, which seems to indicate that, in most patients, the maximal effect could be attained with a daily dose of charcoal of about 20-30 g”.
*****
Dari 2 tips di atas tersebut, kita bisa belajar bahwa berita yang menyebutkan arang bisa menurunkan kolesterol, sementara ini benar. Tapi, harus hati hati karena efek yang sama tidak berlaku untuk semua orang. Apalagi yang punya penyakit lain atau sedang mengkonsumsi obat lain, perlu waspada efek gabungan yang belum kita tahu. Tidak hanya arang, vitamin atau obat pun cocok2an per individu, ada yang cocok dengan Ponstan, ada yang tidak dsb. Juga jangan lupa, faktor psikologis (sugesti) berperan besar dalam kesembuhan seseorang. Yang percaya kalau air Ponari bisa menyembuhkan, bisa saja benar benar sembuh meski itu hanya air biasa.
Nah, sebenarnya untuk bisa sampai ke kesimpulan akhir yang benar perlu tips yang ke-3 seperti di bawah ini. Tapi, terus terang tips ini susah dan biasanya hanya memang yang berkecimpung atau spesialis di bidang yang bersangkutan yang bertanggung jawab untuk melakukannya.

3. Cari atau ikuti berita terbaru berkaitan dengan masalah yang ada (update your knowledge).
Ilmu terus berputar dan maju, yang dulu benar belum tentu sekarang benar, yang dulu salah belum tentu tetap salah. Buku diktat kuliah kedokteran juga harusnya direvisi, mahasiswa jaman sekarang jangan hanya baca buku keluaran tahun 1970, sudah tidak pas lagi informasinya. Basic ilmu boleh sama, anatomi tubuh manusia ya sama aja dasarnya. Tapi, tehnik operasi misalnya, klasifikasi penyakit, dosis obat, efek samping, cara deteksi dsb semua bisa berubah. Itu pentingnya penelitian, publikasi journal ilmiah, ikut seminar nasional/internasional untuk mengikuti hasil hasil penemuan baru yang dikeluarkan di seluruh dunia.  
Tidak hanya di bidang kedokteran lho, bidang computer, design dll juga berkembang khan. Dulu masih windows XP, sekarang sudah windows 7, dsb. Kalo saya yang memang bukan orang tehnik, dan masih pakai windows XP masih OK aja, tapi bayangkan kalau Prof dosen ilmu komputer misalnya, tidak tahu tentang windows7…nah lho? Belajar, update ilmu, penting supaya kita juga bisa lebih “bernilai” dan bersaing di tengah krisis ekonomi gini. 

OK, balik ke topik semula. Berkaitan dengan kisah si arang ini, saya terus terang bukan ahlinya dan tidak mengikuti perkembangan lanjutan penelitian arang tersebut. Di journal tahun 1989 tersebut mereka menulis untuk mewaspadai adanya efek jangka panjang: In prolonged use possible disturbances in the levels of vitamins should be kept in mind, even though no changes were observed here. Some of our patients have taken charcoal about 10 g daily for more than one year without significant side effects. In any case, the long term safety and effectiveness of activated charcoal should be carefully followed”.
Apakah di tahun tahun berikutnya, atau baru baru ini ada penelitian lanjutan tentang efek samping arang, perubahan dosis yang digunakan dsb saya tidak lagi mengikuti. Mungkin ada di antara pembaca yang memang berkecimpung langsung di masalah ini, silahkan bisa memberi masukan update tambahan. Saat ini, sesuai kapasitas saya, hanya bisa bilang memang penelitian yang menyatakan arang bisa menurunkan kolesterol benar ada. Tapi bagaimana dosis yang tepat, dan apakah ada efek samping jangka pendek atau jangka panjang saya tidak tahu. Saya cuma bisa menyarankan untuk yang mengkonsumsinya, jangan lupa tetap waspadai berbagai hal yang sudah ditulis di atas dan update informasi dari sumber terpercaya.

Saya rasa 2 tips yang pertama sudah cukup untuk membantu kita memfilter berbagai informasi yang masuk yang masih diragukan kebenarannya. Syukur syukur ketemu orang yang berkompeten untuk melanjutkan ke tips no 3 sehingga bisa puas dapat jawabannya.

Jangan lupa selalu komunikasikan dengan dokter jika mengkonsumsi obat atau supplemen luar sebagai tambahan obat dokter. Komunikasi dengan dokter yang mengetahui seluk beluk si penyakit, dan pasien yang tentu lebih mengenal dirinya sendiri dibanding si dokter, bisa menjadi tambahan filter untuk menyaring rumors kesehatan yang diterima. 


Salam sehat,
Kathryn-Tokyo

References:
- Kuusisto P, Vapaatalo H, Manninen V, et al. Effect of activated charcoal on hypercholesterolaemia. Lancet 1986 Aug 16;2(8503):366-7.
- Neuvonen PJ, Kuusisto P, Vapaatalo H, et al. Activated charcoal in the treatment of hypercholesterolaemia:dose-response relationships and comparison with cholestyramine. Eur J Clin Pharmacol 1989,37:225-230.
- Neuvonen PJ, Kuusisto P, Manninen V, et al. The mechanism of the hypochoesterolaemic effect of activated charcoal. Eur J Clin Invest 1989,Jun;19(3):251-4.
- Hoekstra JBL, Erkelens DW. Effect of activated charcoal on hypercholesterolaemia. Lancet 1987 Aug22;2(8556):455.

4 comments:

  1. Dear Kathryn, memang benar tak boleh sembarangan memakan obat yang belum diuji dilab dan test atas tubuh manusia, yang kemungkinan mempunyai side effect lain yang tidak diketahui. Terima kasih atas artikelnya. Kalau di Amerika setiap beli obat di Pharmac selalu ditawarin konsultasi dengan Apotekernya, dijelasin cara makan obat dan side effect yang mungkin terjadi, seperti mual2 atau keringat dingin. Harus segera hentikan obat dan kalau perlu call emergency. O.K Salam hangat selalu dari California. GBU

    ReplyDelete
  2. Pak Gun, thank you ya selalu mampir di sini.
    Iya benar, kalo bukan kita sendiri yang protect diri kita ...ya siapa lagi :)
    Salam hangat juga dari Tokyo!

    ReplyDelete
  3. Makasih informasinya saya memang sedang mencari informasi tentang arang karena memang saya sedang terapi arang untuk kolesterol saya yang LDLnya 196 sedangkan untuk ke dokter saya agak enggan karena pernah alergi dengan obat yg diberikan dokter saat ini saya sedang mencari artikel yang membahas kandungan kimia dari arang yang saya konsumsi sekali lagi terima kasih artikelnya salam saya dari Jakarta Pantiningsih

    ReplyDelete
  4. Dear bu Pantiningsih,

    Terima kasih ya sudah mampir disini. Semoga bisa berguna informasinya. Memang kita mesti membekali diri sendiri dulu dengan informasi yang tepat berkaitan dengan makanan atau obat yang kita konsumsi.

    Salam hangat dari Tokyo!

    ReplyDelete