Tuesday, November 19, 2013

Metabolic Syndrome


Metabolic Syndrome

“Astaga di Jepang orang ternyata gak boleh gemuk! Masak lingkar perut aja ada batas maksimalnya!”, “Gawat orang gemuk di Jepang kena denda!”
Ungkapan ini lumayan sering saya dengar dan kadang dapat pertanyaan tentang hal tersebut. Nah berhubung saya baru saja ikut tes kesehatan tahunan dan memang lingkar perut saya diukur, jadi dapat ide buat nulis soal lingkar perut ini.

Dimulai sejak April 2008 (tahun kerja di Jepang selalu mulai bulan April), dalam tes kesehatan resmi diwajibkan adanya pemeriksaan untuk “metabolic syndrome”. Salah satu ukuran tes yang dipakai adalah ukuran lingkar perut. Nah sekarang kita belajar dulu tentang “metabolic syndrome” ini.  

# Apa sih “metabolic syndrome” itu?
Metabolic syndrome bukan penyakit, tapi suatu syndromes, kumpulan gejala atau faktor resiko yang berpotensi menyebabkan seseorang terkena penyakit jantung, stroke atau diabetes. Dengan kata lain, tes “metabolic syndrome” digunakan sebagai pengawasan dan pencegahan terhadap penyakit penyakit tersebut. Tes ini diharapkan dapat membuat orang lebih waspada, sadar dan melakukan perubahan gaya hidup sebelum terlambat dan nyawa jadi taruhannya.

# Apa saja point yang diukur dalam tes “metabolic syndrome” tersebut?
Di Jepang ada beberapa acuan kriteria yang dipakai, tapi satu sama lain tidak jauh berbeda angkanya. Di sini saya berikan acuan standard yang dipakai di tempat saya bekerja. Seseorang perlu mewaspadai “metabolic syndrome” jika memiliki:
Ukuran lingkar perut: pria di atas 85 cm, dan wanita di atas 90 cm
Diikuti dengan salah satu dari faktor resiko di bawah ini:
1. Kadar gula darah
Puasa: di atas 100 mg/dl, atau kadar HbA1c di atas 5.6%, atau sedang dalam pengobatan diabetes
2. Kadar lemak darah
Trigliserida di atas 150 mg/dl, atau HDL kolesterol di bawah 40mg/dl (pria), di bawah 50mg/dl (wanita)
3. Tekanan darah
Tekanan darah sistolik di atas 130 mmHg, atau diastolik di atas 85 mmgHg, atau sedang dalam pengobatan hipertensi
Jika di antara 3 point di atas, ada 2 yang positif, yang bersangkutan akan diberikan motivasi, pengarahan dan support untuk memperbaiki gaya hidupnya. Penyakit jantung (selain penyakit jantung bawan), stroke atau diabetes dianggap berkaitan dengan pola gaya hidup sehari hari. Di Jepang dikenal dengan istilah “生活習慣病, seikatsu syuukan byou” yang memang secara harafiah diterjemahkan sebagai “lifestyle diseases”.

#Apa saja yang bisa dilakukan untuk mencegah “metabolic syndrome” tersebut?
Jawaban nya mudah, menjalani pola hidup sehat. Tapi saya tahu, menjalankan pola hidup sehat tidak gampang, apalagi di tengah rutinitas dan kseibukan kerja yang tinggi, plus tinggal di tengah kota yang padat, macet dan sering bikin emosi tinggi. Apa boleh buat, stressors selalu ada dalam kehidupan kita, tinggal sekarang tergantung bagaimana kita mengendalikan stressors tersebut. Berikut tips pola hidup sehat:
- Usahakan tidur cukup, sehari 6-7 jam.
- Kurangi pemakaian garam. Dianjurkan sehari di bawah 10g dan kalau bisa di bawah 6g
- Olahraga. Tidak perlu olahraga khusus di gym, cukup jalan atau lari 30 menit setiap hari.
- Tidak merokok
- Makan seimbang, sehat. Intinya apapun yang berlebihan tidak baik, jadi semua secukupnya.
Pastikan cukup konsumsi sayuran, salad, buah.
- Batasi minuman beralkohol. Seminggu minimal 2 hari bebas alkohol. Di Jepang ada istilah “休肝日kyuukanbi”. Kalau secara harafiah diartikan dari kanjinya, hari libur untuk hati (liver). Maksud sebenarnya hari bebas minum minuman beralkohol untuk detoksifikasi, mengurangi beban kerja liver mengolah alkohol. Konsumsi alkohol jangka panjang meningkatkan resiko terjadinya kanker hati.
 
# Di Jepang kalau lewat batas ukuran lingkar perut, apa betul kena denda?
Wah kalau tidak ditanya malah saya tidak tahu, karena di sini biasa saja rasanya. Tidak ada yang panik bicara soal denda. Jadi coba cari cari info soal ini, hasilnya (sementara) TIDAK ada denda untuk orang yang lalai periksa kesehatan atau terkena “metabolic syndrome”. Penalty hanya diberikan ke badan “health insurance society” nya jika dianggap lalai menjalankan tugas mengurusi masalah “metabolic syndrome” tersebut.

Akhir akhir ini rasanya semakin banyak orang usia muda yang terkena penyakit diabetes, jantung atau stroke. Baru saja ada teman yang cerita sepupunya di usia 40 tahunan meninggal mendadak karena serangan jantung. Mungkin sudah waktunya di Indonesia juga dimulai screening “metabolic syndrome” dengan mengukur lingkar perut. Cara yang murah meriah, praktis untuk membantu kita lebih aware terhadap kesehatan dan gaya hidup sehari hari. Siapa tahu nanti bisa dengar juga ungkapan “Gawat …! Ternyata di Indonesia gak boleh gemuk!” hehehe.

Salam sehat,
Kathryn – Tokyo

References:
3. メタボリックシンドローム 特定健康診査について (Keio Univ. Hospital). 

Images:

Friday, October 25, 2013

Health is Wealth

Health is Wealth

Ketika sedang mencari gambar yang pas untuk slide penutup presentasi saya, tidak sengaja saya menemukan gambar yang bertuliskan “It is health that is real wealth” sepotong kutipan dari filsuf terkenal Mahatma Gandhi. Entah kenapa saya pandangi gambar tersebut, baca ulang pelan pelan kutipannya dan tidak ada kata lain selain 1000% setuju (bukan 1000% bohong ya, hehe) dengan kutipan tersebut.

Awal tahun ini ada seorang teman menceritakan anaknya yang di-diagnosa menderita Kawasaki Disease. Kawasaki Disease (KD) ini pertama kali diidentifikasi tahun 1967 oleh dr Jepang, Tomisaku Kawasaki. Penyebabnya hingga sekarang masih tidak jelas dan sering pada anak laki laki terutama di bawah usia 5 tahun. Sering ditemukan pada anak anak keturunan Asia seperti Jepang, Korea, tapi sekarang di seluruh dunia sudah banyak laporan kasus KD termasuk di Amerika, Eropa. Gejalanya demam tinggi berhari hari (lebih dari 5 hari, di atas 38 derajat) yang biasanya tidak responsive dengan pemberian obat penurun panas dan antibiotik. Diikuti gejala lain seperti mata merah, kedua telapak tangan, lidah merah. Terapi KD biasanya dengan infus gamma globulin (IVIG), dan aspirin untuk jangka panjang. Jika KD terlambat ditangani, bisa menyebabkan komplikasi inflamasi dan pelebaran pembuluh darah pada jantung yang beresiko menimbulkan serangan jantung di usia muda. Kebetulan anaknya teman tersebut juga seumuran dengan anak saya, jadi rasanya saya secara emosional ikut mengalami kegalauan yang dirasakan ibunya selama mendampingi si anak. Bayangkan, anak masih kecil harus masuk RS, tes darah, infus berkali kali, echo jantung dan sebagainya. Untunglah berkat pengobatan yang tepat akhirnya penyakitnya bisa respon dengan baik, ikutan lega banget rasanya. Sekedar informasi, di Jakarta juga sudah ada Kawasaki Center (RS Omni International) dan Perkumpulan Orang Tua Penderita Kawasaki Indonesia (POPKI).

Pertengahan tahun, giliran keluarga kami yang mendapat cobaan. Kedua mertua saya sudah berusia lanjut, umur 84 dan 75 tahun, masih sehat dan ingatan juga masih baik. Tahun ini saya juga sempat pulang kampung sebentar untuk merayakan 50 tahun ulang tahun perkawinan mereka. Nah setelah acara tersebut, mungkin kecapekan, kondisi kesehatan mereka menurun. Setelah pesta, mereka ikut kami balik sekaligus berlibur sebentar di tempat kami. Papa mertua entah kenapa beberapa kali jatuh tanpa sebab, puncaknya jatuh di kamar mandi sehingga kepala robek dan kami harus segera membawanya ke RS dengan ambulance. Untung saja tidak ada penurunan kesadaran dan hasil CT scan kepala juga baik, jadi cukup dijahit robeknya dan dirawat di rumah. Tidak lama setelah pulang ke Indonesia, tiba tiba kondisinya turun lagi, lemas, bicara tidak jelas, ada penurunan kesadaran, hingga diputuskan masuk RS. Dilakukan rontgen paru, EKG jantung, sampai CT scan kepala, tidak ditemukan penyebab yang berarti sampai akhirnya dari pemeriksaan darah lengkap, baru ketahuan kadar Natrium (Na) rendah (hyponatremia). Normalnya kadar natrium darah berkisar antara 135-145 mEq/L, sedangkan papa mertua saya hanya 103 mEq/L. Natrium ini senyawa kimia yang penting diperlukan tubuh supaya bisa bekerja dengan baik. Kadar natrium yang rendah, 115-120 mEq/L sudah bisa menyebabkan orang mengalami kejang, koma bahkan berhenti bernapas (respiratory arrest). Jadi tidak heran, papa mertua saya sampai lemas, linglung dan tindakannya jadi tidak terkontrol. Jika tidak cepat ditindaklanjuti, kekurangan kadar natrium bisa menyebabkan sel sel otak membengkak dan rusak. Setelah ketemu penyebab ini, baru diberikan infus Natrium (NaCl), ini pun harus dipantau karena kadar Natrium tidak boleh naik mendadak supaya tidak menginduksi masalah baru di selubung saraf otak. Penyakit kronik, obat obatan (biasanya orang tua sudah banyak minum obat macam macam), metabolisme tubuh yang sudah tidak efektif dsb membuat orang usia lanjut mudah mengalami hyponatremia. Jadi jika ada anggota keluarga yang sudah berusia lanjut dan tiba tiba ngomong kacau tanpa sebab jelas, coba cek kadar Natrium darahnya. Jika cepat tepat ditangani hasilnya baik. 

Selang sebulan setelah papa mertua baik, giliran mama mertua saya yang kondisinya menurun. Tiba tiba kami dikabari kalau mama mertua demam tinggi, sakit kepala, leher kaku. Sudah dibawa ke dokter, sudah minum antibiotik pun tidak ada perubahan. Karena takut kecolongan urusan Natrium lagi, langsung masuk RS. Setelah rontgen, ketemu penyebabnya ternyata ada radang paru (pneumonia). Kali ini kami kelolosan, karena selama ini gejala umum radang paru seperti batuk, pilek, sakit dada tidak ada. Mungkin kecapekan dan kami juga sebelumnya hanya fokus pada papa mertua yang dirawat di RS. Jadi diberikan infus antibiotik karena obat minum tidak efektif lagi. Pada orang usia lanjut, radang paru ini harus diperhatikan dengan baik karena bisa berakibat fatal. Ada tetangga di depan rumah saya, orang Jepang, berusia 88 tahun masih sehat, masih kelilingan naik sepeda sendiri dan bahkan masih rajin berkebun. Saya sering kebagian hasil panennya, dari kentang, wortel, terong, ketimun dsb. Tiba tiba saya dikabari kalau ia masuk RS karena terkena radang paru, kondisinya menurun hingga tidak bisa makan lewat mulut dan terpaksa dipasang tube di lambung untuk memasukkan makanan (gastric feeding tube). Setelah keluar RS dan dirawat di rumah, selang beberapa hari kemudian pas tengah malam tiba tiba kami dikejutkan oleh suara ambulance di depan rumah kami, tetangga kami tersebut dibawa ke RS lagi. Rasanya sudah gak enak, dan betul saja keesokan harinya, kami dikabari kalau beliau sudah meninggal. Sekarang tinggal istrinya sendirian, usia 85 tahun. Setiap ada kesempatan saya berusaha menengoknya, tiap kali bikin masakan yang sepertinya cocok buat orang tua, pasti saya antarkan, biar ikut menikmati cita rasa Indonesia dan tidak kesepian. Berbarengan dengan kejadian mama mertua saya ini, anak saya juga demam tinggi dan ternyata terkena “hand, foot, and mouth disease (HFMD)” atau yang dikenal dengan istilah “flu Singapore”. Untung anaknya tidak rewel, meskipun keluar sariwan banyak di dalam mulutnya tapi masih mau nurut makan minum sedikit sedikit supaya tidak dehidrasi. Saya berikan makanan yang lunak lunak seperti udon (Japanese noodle), puding, bubur. Setelah seminggu, semua berakhir baik. Mama mertua juga keluar dari RS dan anak saya juga sudah normal lagi aktivitasnya.

Bulan Agustus kemarin, tiba tiba saya dikabari untuk membantu melihat kondisi salah satu anggota keluarga saya yang katanya jatuh, dan perlu operasi. Ia baru sampai di Tokyo beberapa bulan sebelumnya, jadi belum fasih bicara bahasa Jepang dan bahkan saya pun belum sempat ketemuan. Ternyata ketika sedang lari bersama temannya, tanpa sengaja menabrak tiang cukup keras hingga kulit kaki sobek dan jari kakinya patah. Dirawat inap beberapa hari di RS untuk immobilisasi dan supaya tulang yang patah bisa di-fiksasi kembali. Setelah itu rawat jalan dan sementara harus membatasi gerakan sehari hari. Orang tuanya yang kebetulan sedang berada di negara lain tentu saja khawatir, terpaksa membatalkan pekerjaan mereka dan segera berusaha datang ke Jepang. Saya bisa membayangkan bagaimana sedihnya, pusingnya orang tua yang anaknya sakit, atau mengalami musibah tapi tidak bisa segera membantu karena tinggal terpisah di negara lain. Tidak hanya kalau anak yang sakit, orang tua sakit pun bikin sedih. Baru saja minggu lalu, teman baik saya di sekolah dulu memberi kabar kalau papanya yang baru ber-usia 63 tahun positif di-diagnosa kanker lambung. Saat ini mereka sedang berusaha mencari opsi pengobatan terbaik, salah satunya ke Jepang yang memang kebetulan biasa menangani kanker lambung karena angka penderitanya cukup tinggi. Saya berharap semoga semua urusan lancar dan nanti bisa ada hasil baik.

Jika kita sendiri sedang sakit, atau ada keluarga, saudara, teman, orang yang kita sayangi sedang sakit apalagi sakit berat, rasanya gak enak, pikiran dan perhatian kita ikut tercurah ke sana. Betul memang, sehat itu segalanya dan tidak bisa dibeli dengan uang. Saya sendiri juga masih belajar mengingatkan diri sendiri untuk disiplin dan berusaha menjaga kesehatan sebaik mungkin.

It is health that is real wealth and not pieces of gold and silver
~ May all of us enjoy the blessing of health.

Salam sehat,
2. http://bluebuddies.com/Smurfs_Black_and_White_Smurf_Pictures-31.htm

Wednesday, January 16, 2013

Influenza Vaccine: Yes or No?



Influenza Vaccine: Yes or No?

Beberapa waktu lalu saya sempat menulis status di facebook kalau saya baru selesai menerima vaksin influenza. Ternyata habis itu muncul banyak pertanyaan tentang perlu atau tidaknya vaksin influenza. Jadi kali ini saya memutuskan menulis artikel tentang masalah ini. Semoga bisa bermanfaat untuk semuanya. 

Sebelum bicara soal vaksin, sekali lagi saya mau merapihkan soal istilah yang dipakai dulu. Di Indonesia (termasuk saya dulu) sering bilang lagi “flu” kalo pas lagi pilek. Pokoknya kalo bersin bersin, hidung meler, tersumbat, batuk, sakit tenggorokan, suara serak dll, ya berarti lagi “flu”. Setelah di Jepang, baru pelan pelan sadar, ada yang salah dengan istilah yang dipakai selama ini. Memakai istilah yang benar penting sebenarnya karena salah istilah sering akhirnya berujung salah kaprah dalam memutuskan tindakan medis, termasuk dalam soal vaksin influenza ini.

Influenza, atau sering disingkat flu, sebenarnya merujuk pada influenza yang disebabkan oleh influenza virus. Sedangkan yang sering biasa kita sebut “flu” itu sebenarnya adalah “common cold”. Orang bule bilang “I have a cold” ; orang Jepang bilang “kaze wo hiiteiru”.
Jadi “a cold” atau “kaze” disini merujuk pada “common cold’ BUKAN flu. Gejalanya sepintas mirip, tapi ada perbedaannya.
Berikut ringkasan perbedaan “common cold” dan “influenza”

COMMON COLD INFLUENZA
penyebab  Lebih dari 200 tipe virus bisa menyebabkan common cold. Penyebab terbanyak:
rhinovirus (30-35%), coronavirus (10-15%), parainfluenza virus, respiratory syncitial virus.
influenza virus A, B dan C (RNA virus)
demam tidak ada, atau demam ringan demam tinggi (38-40 derajat)
gejala utama
hanya menyerang saluran pernafasan: bersin, hidung meler atau tersumbat, batuk berdahak
demam, disertai otot pegal, sendi sakit.
(biasanya jarang bersin dan batuk kering)
radang tenggorokan sering hampir tidak ada
chills (menggigil) ringan berat
kondisi lain yang
menyertai gejala utama
hampir tidak ada
(biasanya sakit kepala saja)
sakit sedang - berat (badan lemas, pegal pegal,
sakit otot, sendi dsb): "affects the entire body"
onset
(timbulnya penyakit)
perlahan lahan  mendadak
(kemarin sehat, tiba tiba esok harinya sakit berat) 
komplikasi
sedikit, hampir tidak ada
radang saluran pernafasan hingga pneumonia
(radang paru paru)
penyebaran sporadik biasanya wabah 


Dilihat dari tabel di atas, gejala “common cold” atau batuk pilek biasanya lebih ringan daripada influenza. Jadi sebenarnya yang sering kita alami adalah “common cold”, bukan influenza. Virus penyebabnya banyak dan mudah mutasi menghasilkan virus baru lainnya. Itu sebabnya kita berulang kali sering kena batuk pilek. Anak kecil apalagi, dalam satu tahun bisa sampai 12 kali kena batuk pilek, dengan kata lain 1 bulan 1 kali mesti berurusan dengan batuk pilek. Saking seringnya, si “common cold” ini menjadi penyakit yang menduduki peringkat pertama alasan orang berobat ke dokter. Karena itu, ibu ibu yang anaknya sering batuk pilek, jangan panik dan cepat cepat memberikan berbagai suplemen yang tidak jelas asal usulnya. Batuk pilek hal biasa, saat itu si anak sedang dilatih membangun imunitas tubuhnya.

Saat ini tidak ada vaksin untuk “common cold”. Sekarang yang tersedia baru vaksin influenza, bukan vaksin common cold. Jadi, seandainya tidak ada salah kaprah istilah, kita sudah bisa tahu kalau ada yang tidak beres jika ada pernyataan: “sebaiknya diberikan vaksin influenza karena sering flu”. Atau, ada keluhan: “padahal sudah vaksin flu, bayar mahal mahal… tetep aja bolak balik kena flu” Lha ya ini “flu” yang mana dulu yang dimaksud?

Influenza virus dibagi menjadi 3 tipe, A, B dan C. Influenza virus tipe A dan B-lah yang biasanya bertanggung jawab menyebabkan wabah flu setiap tahunnya (seasonal influenza), sedangkan tipe C biasanya hanya menyebabkan gejala flu ringan dan jarang menyebabkan wabah. Untuk pandemic influenza yang belakangan ini merebak, tipe A influenza virus yang menjadi penyebab utamanya. Tipe A influenza virus bisa dibagi lagi dalam beberapa strain, tergantung dari kombinasi 2 jenis protein yang terdapat di permukaan si virus, hemagglutinin (H) dan neuraminidase (N). Ada 16 jenis hemagglutinin dan 9 jenis neuraminidase, dan berdasarkan inilah tipe A influenza virus sendiri dibedakan strain-nya. Strain influenza virus tipe A yang saat ini diketahui menyerang manusia adalah H1N1, H1N2 dan H3N2. Strain H1N1 ini pernah menyebabkan pandemik di tahun 1918 yang dikenal dengan “Spanish flu”. Berdasarkan wikipedia, virus ini dikatakan sanggup membunuh hingga 25 juta orang hanya dalam waktu 25 minggu sejak terjadinya wabah (bandingkan dengan virus HIV/AIDS yang juga membunuh 25 juta orang, tapi dalam 25 tahun). Begitu cepatnya virus menyebar dan membunuh sekian banyak orang menyebabkan pandemic ini digambarkan sebagai “the greatest medical holocaust in history”. 

Masih ingat outbreak Mexico flu tahun 2009? Virus influenza ini memiliki strain H1N1, sama seperti kasus pandemic Spanish flu tahun 1918. Gawatnya, virus ini sudah bermutasi sehingga memiliki genetik material dari burung, babi dan sekaligus manusia, sehingga dikenal juga sebagai “swine flu”. Penularan sangat mudah terjadi antar manusia, dengan gejala komplikasi berat hingga menyebabkan kematian. Di Mexico, sekolah sekolah dan tempat tempat umum ditutup sementara untuk mencegah penyebaran lebih lanjut. Karena virus ini memiliki potensi besar menyebabkan pandemic, WHO sempat mengeluarkan larangan untuk tidak berpergian ke Mexico dan daerah daerah tertentu di Amerika. Jepang juga sempat mengeluarkan kebijakan untuk memantau semua pendatang terutama dari daerah daerah yang sudah dilaporkan ada kasusnya. Sejak dari dalam pesawat sudah dicek kondisi kesehatannya, dan jika mencurigakan, langsung dikarantina. Untunglah vaksin influenza terhadap virus baru ini bisa segera dibuat sebelum memakan korban lebih banyak lagi seperti pada tahun 1918.  

Di negara negara dengan empat musim, biasanya kasus influenza meningkat pada musim dingin. Karena itu, vaksin influenza sendiri biasanya diberikan rutin setiap tahun menjelang masuknya musim dingin. Isi vaksin influenza setiap tahun berbeda, biasanya disesuaikan dengan strain virus influenza yang sedang mewabah saat itu. Vaksin influenza untuk tahun 2010-2011, misalnya, berisi strain influenza virus seasonal type A (H3N2), type B (Brisbane-like virus), dan type A (H1N1, pandemic 2009 virus). Untuk tahun 2012-2013, berisi type A (H3N2)-like virus, type B (Wisconsin 2010-like virus), dan type A (H1N1, pandemic 2009 virus). Strain virus influenza tersebut dipilih berdasarkan hasil seleksi dari WHO berkerjasama dengan lembaga lembaga riset influenza yang berlokasi di 5 negara (Atlanta, USA; London, UK; Melbourne, Australia; Tokyo, Japan; dan Beijing, China).
Setiap tahun mereka melakukan seleksi dan update data tentang strain influenza virus yang ditemukan dan menganalisa kemampuan virulensinya atau penyebarannya untuk dijadikan dasar pertimbangan dalam pembuatan vaksin influenza.

Nah, dari latar belakang penjelasan di atas, disesuaikan dengan kondisi kita masing masing, kita bisa mempertimbangkan kira kira perlu atau tidaknya vaksin influenza.
Berikut dari pandangan saya sendiri:
* Untuk yang tinggal di daerah 4 musim, sebaiknya menerima vaksin influenza setiap tahun. Di sini pola penyebaran virus influenza biasanya sudah jelas. Virus influenza biasanya lebih tahan hidup pada udara dingin dan kering sehingga mudah terjadi outbreak wabah influenza saat musim dingin. Tidak hanya anak anak, orang dewasa pun sebaiknya menerimanya. Saat outbreak, tidak pandang bulu, semua kena baik dewasa maupun anak anak. Belakangan banyak kasus kasus mutasi influenza virus yang menyebabkan virus jadi lebih ganas, dan komplikasi lebih fatal. Sulit sekali atau hampir tidak mungkin menghindar dari penularan influenza jika sampai terjadi outbreak. Sementara ini cara termudah dan efektif yang bisa lakukan untuk menghadapi influenza adalah dengan vaksin influenza. Tidak sengaja ketemu link video saat pandemic influenza virus H1N1 tahun 1918, silahkan dilihat untuk sekedar mendapatkan gambaran bahwa influenza bukan penyakit yang bisa diremehkan.

* Untuk orang orang yang sering berpergian ke berbagai negara, juga sebaiknya menerima vaksin influenza, terutama jika hendak berpergian ke daerah yang sedang melewati musim dingin. Transmisi penularan influenza cepat dan mudah sekali. Cukup satu orang dalam pesawat yang terkena virus influenza, sudah bisa bikin menular hampir semua orang yang berada dalam pesawat yang sama. Saat wabah influenza 2009 lalu, airport di Jepang dibuat sibuk dengan pengawasan dan pengamanan yang ketat terhadap penumpang yang datang. Semua penumpang harus melewati “thermal scanner” untuk mendeteksi jika ada penumpang yang mengalami kenaikan suhu (demam), sebagai salah satu gejala influenza. Selain pesawat, hotel tempat menginap orang orang dari berbagai negara menjadi salah satu sumber outbreak influenza.
Pada tahun 2003, terjadi outbreak HongKong flu. Penyebabnya bukan influenza virus, tapi SARS-coronovirus, virus saluran pernafasan yang menyebar dengan cara yang sama seperti influenza virus. Awal mula outbreak HongKong flu ini dikatakan berasal dari satu orang penderita yang menginap di salah satu hotel di HongKong.

“How SARS changed the world in less than six months
The global outbreak of severe acute respiratory syndrome (SARS) can be traced to one man and one night he spent in a Hong Kong hotel on 21 February 2003. Scientists are still baffled as to how Dr Liu Jianlun, a 64-year-old medical doctor from China’s Guangdong province, where the mysterious virus originated, could have transferred SARS to at least 16 other guests on the same floor during his brief stay. But there is no doubt those travellers fanned out across the world, triggering outbreaks in Singapore, Toronto in Canada, and Hanoi in VietNam as well as in Hong Kong itself. In less than four months, some 4000 cases and 550 deaths of SARS outside China and Taiwan can be traced to Dr Jianlun’s visit to Hong Kong; the Metropole Hotel is considering turning the ninth floor (he stayed in room 911) into a SARS museum; and SARS has proved that the worst-case scenario long mooted by infectious disease experts can come
true; but also that such an outbreak, for all its speed and force, can be contained.
SARS has travelled more widely, swiftly and lethally than any other recent new disease so far. Near the end of June 2003, the total of cases was 8456 in 30 countries and areas, 809 of which had resulted in death.”

* Untuk yang tinggal di daerah tropis, tipikal penyebaran influenza virus belum jelas seperti di negara negara empat musim. Kasus influenza bisa ditemukan sepanjang tahun, dan di musim hujan jumlahnya cenderung meningkat. Saat ini jumlah kasus di negara tropis masih sedikit dibandingkan negara negara empat musim. Entah, ini memang karena pengaruh iklim atau karena kebetulan di negara beriklim tropis (yang kebanyakan negara berkembang) belum ada sistem pencatatan data dan pemerikasaan laboratorium yang akurat untuk menyatakan positif kasus influenza. Menerima atau tidak vaksin influenza disesuaikan dengan kondisi dan urgensi masing masing keluarga. Jika sering berpergian ke negara lain seperti yang sudah saya bahas di atas, sebaiknya menerima vaksin. Khusus sistem kesehatan di Indonesia, saat ini harga vaksin influenza cukup mahal dan tanpa bantuan asuransi. Hal ini mau tidak mau juga jadi pertimbangan menerima atau tidaknya vaksin influenza. Semoga kelak urusan biaya kesehatan di Indonesia bisa lebih baik dan terkontrol.

Terhadap pernyataan seperti ini:
- Vaksin influenza belum perlu, infeksi saluran nafas tak hanya disebabkan virus influenza, banyak virus lainnya. Infeksi influenza pada anak normal, sehat tak jadi masalah karena bisa sembuh sendiri asalkan daya tahan tubuh penderita baik.
à Ya benar, infeksi saluran nafas disebabkan banyak virus dan umumnya bisa sembuh sendiri. Tapi jangan lengah, ingat juga kasus wabah influenza Meksiko 2009, banyak diantara yang meninggalpun orang muda yang sehat. Ini menjadi perhatian serius lembaga kesehatan saat itu. Virus influenza termasuk virus pintar, mudah mutasi mejadi lebih ganas. Kita tetap harus berhati hati, jangan terlalu yakin anak sehat pasti sembuh sendiri. Di Jepang, begitu terdeteksi penyebab influenza-nya dari strain tipe A (type A influenza) biasanya langsung diberikan obat antivirus, tamiflu. Di Indonesia, virus flu burung H5N1 (yang tadinya hanya di unggas atau terkena pada orang erat kontak dengan unggas), ternyata terdeteksi bisa juga menyebar antar manusia. Intinya, jangan anggap remeh. “It is true, influenza can kill you”.

- Vaksin influenza tak menjamin anak bebas dari penyakit influenza.
à Betul. Tapi jangan salah kaprah lagi dengan istilah “flu” untuk “common cold” ya. Batuk pilek biasa tetap bisa kena karena memang bukan ini tujuan vaksin influenza.
Influenza virus punya banyak strain, sedangkan influenza vaksin hanya meng-cover virus influenza yang sedang merjalela atau yang diangggap berbahaya saat itu. Ada kemungkinan tetap terkena virus influenza dari strain lain. CDC sendiri mengeluarkan pernyatan kalau vaksin influenza ternyata bisa membangun imunitas (cross-protection) untuk strain lain yang mirip.

Sebagai penutup, menghadapi penyakit saluran pernafasan apapun, tentunya kebiasaan sehat sehari hari penting juga diperhatikan. Jangan lupa sering biasakan cuci tangan, kumur kumur. Tutup mulut/hidung ketika batuk/bersin. Jangan buang dahak/ludah sembarangan.
Semoga artikel ini bisa membantu memberi pengertian lebih baik soal vaksin influenza. 




Salam sehat,
Kathryn-Tokyo

References:
Images taken from:
http://minnesota.publicradio.org/display/web/2009/10/16/h1n1-flu-update
http://www.wakeems.com/blog/?p=129
http://www.cdc.gov/flu/freeresources/buttons_badges.htm