Tuesday, November 19, 2013

Metabolic Syndrome


Metabolic Syndrome

“Astaga di Jepang orang ternyata gak boleh gemuk! Masak lingkar perut aja ada batas maksimalnya!”, “Gawat orang gemuk di Jepang kena denda!”
Ungkapan ini lumayan sering saya dengar dan kadang dapat pertanyaan tentang hal tersebut. Nah berhubung saya baru saja ikut tes kesehatan tahunan dan memang lingkar perut saya diukur, jadi dapat ide buat nulis soal lingkar perut ini.

Dimulai sejak April 2008 (tahun kerja di Jepang selalu mulai bulan April), dalam tes kesehatan resmi diwajibkan adanya pemeriksaan untuk “metabolic syndrome”. Salah satu ukuran tes yang dipakai adalah ukuran lingkar perut. Nah sekarang kita belajar dulu tentang “metabolic syndrome” ini.  

# Apa sih “metabolic syndrome” itu?
Metabolic syndrome bukan penyakit, tapi suatu syndromes, kumpulan gejala atau faktor resiko yang berpotensi menyebabkan seseorang terkena penyakit jantung, stroke atau diabetes. Dengan kata lain, tes “metabolic syndrome” digunakan sebagai pengawasan dan pencegahan terhadap penyakit penyakit tersebut. Tes ini diharapkan dapat membuat orang lebih waspada, sadar dan melakukan perubahan gaya hidup sebelum terlambat dan nyawa jadi taruhannya.

# Apa saja point yang diukur dalam tes “metabolic syndrome” tersebut?
Di Jepang ada beberapa acuan kriteria yang dipakai, tapi satu sama lain tidak jauh berbeda angkanya. Di sini saya berikan acuan standard yang dipakai di tempat saya bekerja. Seseorang perlu mewaspadai “metabolic syndrome” jika memiliki:
Ukuran lingkar perut: pria di atas 85 cm, dan wanita di atas 90 cm
Diikuti dengan salah satu dari faktor resiko di bawah ini:
1. Kadar gula darah
Puasa: di atas 100 mg/dl, atau kadar HbA1c di atas 5.6%, atau sedang dalam pengobatan diabetes
2. Kadar lemak darah
Trigliserida di atas 150 mg/dl, atau HDL kolesterol di bawah 40mg/dl (pria), di bawah 50mg/dl (wanita)
3. Tekanan darah
Tekanan darah sistolik di atas 130 mmHg, atau diastolik di atas 85 mmgHg, atau sedang dalam pengobatan hipertensi
Jika di antara 3 point di atas, ada 2 yang positif, yang bersangkutan akan diberikan motivasi, pengarahan dan support untuk memperbaiki gaya hidupnya. Penyakit jantung (selain penyakit jantung bawan), stroke atau diabetes dianggap berkaitan dengan pola gaya hidup sehari hari. Di Jepang dikenal dengan istilah “生活習慣病, seikatsu syuukan byou” yang memang secara harafiah diterjemahkan sebagai “lifestyle diseases”.

#Apa saja yang bisa dilakukan untuk mencegah “metabolic syndrome” tersebut?
Jawaban nya mudah, menjalani pola hidup sehat. Tapi saya tahu, menjalankan pola hidup sehat tidak gampang, apalagi di tengah rutinitas dan kseibukan kerja yang tinggi, plus tinggal di tengah kota yang padat, macet dan sering bikin emosi tinggi. Apa boleh buat, stressors selalu ada dalam kehidupan kita, tinggal sekarang tergantung bagaimana kita mengendalikan stressors tersebut. Berikut tips pola hidup sehat:
- Usahakan tidur cukup, sehari 6-7 jam.
- Kurangi pemakaian garam. Dianjurkan sehari di bawah 10g dan kalau bisa di bawah 6g
- Olahraga. Tidak perlu olahraga khusus di gym, cukup jalan atau lari 30 menit setiap hari.
- Tidak merokok
- Makan seimbang, sehat. Intinya apapun yang berlebihan tidak baik, jadi semua secukupnya.
Pastikan cukup konsumsi sayuran, salad, buah.
- Batasi minuman beralkohol. Seminggu minimal 2 hari bebas alkohol. Di Jepang ada istilah “休肝日kyuukanbi”. Kalau secara harafiah diartikan dari kanjinya, hari libur untuk hati (liver). Maksud sebenarnya hari bebas minum minuman beralkohol untuk detoksifikasi, mengurangi beban kerja liver mengolah alkohol. Konsumsi alkohol jangka panjang meningkatkan resiko terjadinya kanker hati.
 
# Di Jepang kalau lewat batas ukuran lingkar perut, apa betul kena denda?
Wah kalau tidak ditanya malah saya tidak tahu, karena di sini biasa saja rasanya. Tidak ada yang panik bicara soal denda. Jadi coba cari cari info soal ini, hasilnya (sementara) TIDAK ada denda untuk orang yang lalai periksa kesehatan atau terkena “metabolic syndrome”. Penalty hanya diberikan ke badan “health insurance society” nya jika dianggap lalai menjalankan tugas mengurusi masalah “metabolic syndrome” tersebut.

Akhir akhir ini rasanya semakin banyak orang usia muda yang terkena penyakit diabetes, jantung atau stroke. Baru saja ada teman yang cerita sepupunya di usia 40 tahunan meninggal mendadak karena serangan jantung. Mungkin sudah waktunya di Indonesia juga dimulai screening “metabolic syndrome” dengan mengukur lingkar perut. Cara yang murah meriah, praktis untuk membantu kita lebih aware terhadap kesehatan dan gaya hidup sehari hari. Siapa tahu nanti bisa dengar juga ungkapan “Gawat …! Ternyata di Indonesia gak boleh gemuk!” hehehe.

Salam sehat,
Kathryn – Tokyo

References:
3. メタボリックシンドローム 特定健康診査について (Keio Univ. Hospital). 

Images: