Metabolic
Syndrome
“Astaga di Jepang
orang ternyata gak boleh gemuk! Masak lingkar perut aja ada batas maksimalnya!”,
“Gawat orang gemuk di Jepang kena denda!”
Ungkapan
ini lumayan sering saya dengar dan kadang dapat pertanyaan tentang hal
tersebut. Nah berhubung saya baru saja ikut tes kesehatan tahunan dan memang
lingkar perut saya diukur, jadi dapat ide buat nulis soal lingkar perut ini.
Dimulai
sejak April 2008 (tahun kerja di Jepang selalu mulai bulan April), dalam tes
kesehatan resmi diwajibkan adanya pemeriksaan untuk “metabolic syndrome”. Salah
satu ukuran tes yang dipakai adalah ukuran lingkar perut. Nah sekarang kita
belajar dulu tentang “metabolic syndrome” ini.
#
Apa sih “metabolic syndrome” itu?
Metabolic
syndrome bukan penyakit, tapi suatu syndromes, kumpulan gejala atau faktor resiko
yang berpotensi menyebabkan seseorang terkena penyakit jantung, stroke atau
diabetes. Dengan kata lain, tes “metabolic syndrome” digunakan sebagai
pengawasan dan pencegahan terhadap penyakit penyakit tersebut. Tes ini diharapkan
dapat membuat orang lebih waspada, sadar dan melakukan perubahan gaya hidup
sebelum terlambat dan nyawa jadi taruhannya.
#
Apa saja point yang diukur dalam tes “metabolic syndrome” tersebut?
Di
Jepang ada beberapa acuan kriteria yang dipakai, tapi satu sama lain tidak jauh
berbeda angkanya. Di sini saya berikan acuan standard yang dipakai di tempat
saya bekerja. Seseorang perlu mewaspadai “metabolic syndrome” jika memiliki:
Ukuran
lingkar perut: pria di atas 85 cm, dan wanita di atas 90 cm
Diikuti
dengan salah satu dari faktor resiko di bawah ini:
1.
Kadar gula darah
Puasa:
di atas 100 mg/dl, atau kadar HbA1c di atas 5.6%, atau sedang dalam pengobatan
diabetes
2.
Kadar lemak darah
Trigliserida
di atas 150 mg/dl, atau HDL kolesterol di bawah 40mg/dl (pria), di bawah
50mg/dl (wanita)
3.
Tekanan darah
Tekanan
darah sistolik di atas 130 mmHg, atau diastolik di atas 85 mmgHg, atau sedang
dalam pengobatan hipertensi
Jika
di antara 3 point di atas, ada 2 yang positif, yang bersangkutan akan diberikan
motivasi, pengarahan dan support untuk memperbaiki gaya hidupnya. Penyakit
jantung (selain penyakit jantung bawan), stroke atau diabetes dianggap
berkaitan dengan pola gaya hidup sehari hari. Di Jepang dikenal dengan istilah “生活習慣病, seikatsu
syuukan byou” yang memang secara harafiah diterjemahkan sebagai “lifestyle
diseases”.
#Apa
saja yang bisa dilakukan untuk mencegah “metabolic syndrome” tersebut?
Jawaban
nya mudah, menjalani pola hidup sehat. Tapi saya tahu, menjalankan pola hidup
sehat tidak gampang, apalagi di tengah rutinitas dan kseibukan kerja yang
tinggi, plus tinggal di tengah kota yang padat, macet dan sering bikin emosi
tinggi. Apa boleh buat, stressors selalu ada dalam kehidupan kita, tinggal
sekarang tergantung bagaimana kita mengendalikan stressors tersebut. Berikut
tips pola hidup sehat:
-
Usahakan tidur cukup, sehari 6-7 jam.
-
Kurangi pemakaian garam. Dianjurkan sehari di bawah 10g dan kalau bisa di bawah
6g
-
Olahraga. Tidak perlu olahraga khusus di gym, cukup jalan atau lari 30 menit
setiap hari.
-
Tidak merokok
-
Makan seimbang, sehat. Intinya apapun yang berlebihan tidak baik, jadi semua
secukupnya.
Pastikan
cukup konsumsi sayuran, salad, buah.
-
Batasi minuman beralkohol. Seminggu minimal 2 hari bebas alkohol. Di Jepang ada
istilah “休肝日kyuukanbi”. Kalau
secara harafiah diartikan dari kanjinya, hari libur untuk hati (liver). Maksud sebenarnya
hari bebas minum minuman beralkohol untuk detoksifikasi, mengurangi beban
kerja liver mengolah alkohol. Konsumsi alkohol jangka panjang meningkatkan
resiko terjadinya kanker hati.
#
Di Jepang kalau lewat batas ukuran lingkar perut, apa betul kena denda?
Wah
kalau tidak ditanya malah saya tidak tahu, karena di sini biasa saja rasanya.
Tidak ada yang panik bicara soal denda. Jadi coba cari cari info soal ini,
hasilnya (sementara) TIDAK ada denda untuk orang yang lalai periksa kesehatan
atau terkena “metabolic syndrome”. Penalty hanya diberikan ke badan “health
insurance society” nya jika dianggap lalai menjalankan tugas mengurusi masalah “metabolic
syndrome” tersebut.
Akhir
akhir ini rasanya semakin banyak orang usia muda yang terkena penyakit
diabetes, jantung atau stroke. Baru saja ada teman yang cerita sepupunya di
usia 40 tahunan meninggal mendadak karena serangan jantung. Mungkin sudah
waktunya di Indonesia juga dimulai screening “metabolic syndrome” dengan
mengukur lingkar perut. Cara yang murah meriah, praktis untuk membantu kita
lebih aware terhadap kesehatan dan gaya hidup sehari hari. Siapa tahu nanti
bisa dengar juga ungkapan “Gawat …! Ternyata
di Indonesia gak boleh gemuk!” hehehe.
Salam
sehat,
Kathryn
– Tokyo
References:
3. メタボリックシンドローム – 特定健康診査について (Keio Univ. Hospital).
Images:
1. Screen shot from http://cavemancol.com/media/youtube/