Sunday, September 12, 2021

CDC: Vaccine Effectiveness Against COVID-19

 Saya sharing informasi terbaru tentang vaksinasi COVID-19.

CDC mengeluarkan pernyataan (early release: 10 September 2021) bahwa orang yang tidak divaksinasi memiliki resiko 11 kali lebih tinggi kemungkinan meninggal dibandingkan orang yang telah menerima vaksinasi lengkap; dan juga 10 kali lebih tinggi kemungkinan untuk dirawat di RS dibandingkan orang yang sudah vaksinasi lengkap.

Pernyataan ini berdasarkan studi dari hampir 600,000 kasus COVID-19 di 13 wilayah states di Amerika dari 4 April – 17 Juli 2021. 
Vaksin yang digunakan: Pfizer-BioNTech, Moderna, and Janssen vaccines.

https://edition.cnn.com/2021/09/10/health/us-coronavirus-friday/index.html

Morbidity and Mortality Weekly Report: https://www.cdc.gov/mmwr/volumes/70/wr/mm7037e1.htm?s_cid=mm7037e1_w#T1_down

--

Semoga ini bisa membantu memberi masukan untuk yang masih ragu-ragu mengambil vaksin. Memang vaksin ada efek samping, tapi sejauh ini efek samping yang ada sudah cukup bisa diprediksi dan diantisipasi lebih baik berdasarkan data-data uji klinis maupun investigasi yang terus berlangsung.  Efek samping yang cukup berat memang tidak enak ya, tapi kemungkinan titer antibody yang naik juga lebih tinggi dan semoga bisa memberikan perlindungan yang lebih baik.

“Stay Safe, Get Informed, and Be Wise”

Tokyo, 12 September 2021

Dr. Kathryn Effendi



Japan’s First Report of COVID-19 Death in Teenage Patient

 Japan’s First Report of COVID-19 Death in Teenage Patient

Mungkin sudah banyak yang dengar dari berita hari ini ya. Saya sengaja sedikit menulis tentang hal ini karena komunitas kita banyak yang punya anak muda, remaja di bawah usia 20 tahun, dan tentu berita ini jadi alarm juga buat kita semua.

Osaka melaporkan secara resmi adanya kasus kematian karena COVID-19 pada remaja pria (10代後半). Remaja ini dikatakan mengeluh sakit sejak 1 September, dirawat masuk di RS, kondisinya memburuk dan meninggal tanggal 7 September. Dari laporan yang ada remaja tersebut memang memiliki komorbid (underlying diseases) dan belum menerima vaksin. [Ref1]

Sejak varian Delta merebak, memang banyak negara melaporkan kalau jumlah anak-anak yang terkena infeksi COVID-19 meningkat. Di Jepang sendiri kasus COVID-19 di bawah usia 20 tahun terus naik. Data per minggu yang dikeluarkan oleh MHLW dari 27 Juli hingga 24 Agustus 2021 terus menunjukkan kenaikan, dan dalam satu bulan sudah mencapai 5 kali lipat lebih tinggi. [lihat gambar, Ref 2]. Meskipun jumlahnya naik, sejauh ini hanya ada laporan yang mengalami kondisi berat, tapi belum ada laporan kematian. Jadi kasus di Osaka ini merupakan laporan pertama kasus kematian usia muda di Jepang.  

Seperti yang sudah saya sering tulis sebelumnya, usia muda memang bukan jaminan tidak akan mengalami kondisi berat, kematian, atau sequale pasca infeksi. Salah satu kondisi berat yang mungkin terjadi pada anak-anak dikenal dengan istilah “Multisystem Inflammatory Syndrome-Children (MIS-C)” Disini terjadi peradangan/inflamasi pada organ-organ tubuh yang gejalanya menyerupai Kawasaki Disease.

“We do not yet know what causes MIS-C. However, we know that many children with MIS-C had the virus that causes COVID-19, or had been around someone with COVID-19.” [Ref 3]

Keluarga dengan anak-anak yang mempunyai komorbid seperti obesitas, penyakit herediter, kelainan jantung bawaan, sickle cell disease, kelainan metabolic, diabetes mellitus, dsb  sebaiknya lebih ekstra hati-hati.  

Bagaimana dengan vaksinasi?

Vaksinasi usia 12 tahun keatas sudah berjalan, bisa cek di wilayah tempat tinggal masing-masing ya. Jepang juga ada kemungkinan untuk memperluas target usia vaksinasi dengan mempertimbangkan hasil dari uji klinis vaksinasi usia 6-11 tahun yang sedang berlangsung. [Ref 4]. Uji klinis memang diperlukan untuk bisa mendeteksi lebih baik kemungkinan efek samping yang jarang tapi perlu diwaspadai. Salah satunya yang dikenal dengan istilah “myocarditis-pericarditis” - peradangan yang terjadi pada otot atau selaput pembungkus jantung. Berdasarkan laporan CDC, myocarditis lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita dan terutama usia muda.

“The highest reporting rates were among males aged 12−17 years and those aged 18−24 years (62.8 and 50.5 reported myocarditis cases per million second doses of mRNA COVID-19 vaccine administered, respectively).”

Gejala yang keluar antara lain, sesak nafas, sakit dada, palpitasi/jantung berdebar. Dari guideline yang dikeluarkan oleh American Heart Association and American College of Cardiology, dianjurkan untuk membatasi olahraga (exercise restriction) hingga pulih kembali. [Ref 5]



--

Pasti banyak yang bingung juga bagaimana dengan sekolah anak-anak ya. Semoga sudah ada tindakan preventif dari sekolah masing-masing. Di tempat anak-anak saya sementara berubah jadi kelas online, setiap pagi bisa dengar bel sekolah deh via zoom. Untuk sekolah, hoikuen, kerja, atau kegiatan primer yang memang “mau tidak mau”, apa boleh buat ya ….kita ikut aturan sambil berusaha tetap hati-hati. Tapi kalau kegiatan sekunder, leisure activities bersama teman-teman misalnya, saya sendiri sudah dengan berat hati banyak yang saya lepas.

“bisa pergi ke tempat A, mumpung lagi sepi” Kalau semua orang mikir seperti ini, tidak jadi sepi lagi tempatnya. Dan tidak akan putus rantai penularan.

Setidaknya jika ingin pergi, pertimbangkan dengan baik timing, resiko dan tindakan preventif atau antisipasi yang bisa dilakukan. Hati-hati selalu.

“Stay Safe, Get Informed, and Be Wise”

Tokyo, 09 September 2021

Dr. Kathryn Effendi


References:

1. https://www3.nhk.or.jp/news/html/20210908/k10013249831000.html

2. https://www3.nhk.or.jp/news/special/coronavirus/atschool/detail/detail_10.html

3. https://www.cdc.gov/mis/mis-c.html

4. https://www.nytimes.com/2021/07/26/us/politics/fda-covid-vaccine-trials-children.html

5. https://www.cdc.gov/mmwr/volumes/70/wr/mm7027e2.htm?s_cid=mm7027e2_w