Monday, March 23, 2020

Penularan Covid-19 di Jepang

Catatan penting penularan dan pencegahan Covid-19 di Jepang

Pemerintah dan tim ahli dari MHLW (Ministry of Health, Labour and Welfare) memberikan himbauan untuk selalu mewaspadai tiga lokasi atau kondisi yang rawan terjadi penularan Covid-19, yaitu:

1.
換気の悪い密閉空 (tempat tertutup dengan sirkulasi udara buruk)
2. 多数が集まる密集場所 (tempat yang padat, banyak orang berkumpul)
3. 間近で会話や発声する密接場面 (kondisi dimana percakapan antar orang dilakukan dalam jarak dekat-sejauh jangkauan tangan)

Jika ketiga kondisi ini terpenuhi, resiko terjadinya penularan meningkat (mudah terbentuk cluster transmission).
Untuk mencegah hal tersebut disarankan:
1. Atur ventilasi udara dalam ruangan. Buka jendela dari dua arah bersaaman agar sirkulasi udara mengalir
2. Kurangi kepadatan orang yang berkumpul. Buka jarak 1-2 meter antar orang
3. Hindari percakapan dalam jarak dekat. Jika terpaksa, pakai masker dan jaga jangan sampai air liur keluar/muncrat saat berbicara.

---
Places where outbreaks occur tend to be:
1. Closed space with poor ventilation,
2. Crowded space with many people
3. Conversations and vocalization in close proximity (within arm's reach of one another).

Untuk yang tinggal di Jepang, analisa resiko sebelum beraktivitas dengan ingat:

密閉 (mippei - tertutup, sealed) - 密集 (misshu - padat, crowd) - 密接 (missetsu - jarak dekat, close)”



“Don’t Panic – Stay Alert – Get Informed”
Tokyo, 23 Maret 2020

Ref:
Update terakhir laporan analisis keadaan dan masukan tim ahli di Jepang (19 Maret 2020) bisa lihat translate dalam bahasa Indonesia dari:
https://www.facebook.com/yati.anggarini/posts/10159514978164689

Thursday, March 12, 2020

Summary from WHO Media Briefing on Covid-19


Summary from one-stop credible source
WHO Media Briefing on Covid-19

Belakangan banyak sekali informasi dari berbagai sumber yang sudah tidak jelas lagi asal usulnya. Apakah ini berita, opini, atau hanya sekedar klaim tidak berdasar, semua orang dari berbagai latar belakang tiba tiba bisa mengaku jadi ahli yang paham sekali dengan virus.

Ini saya share summary, cukup dari satu sumber: WHO

Media briefing 3 Maret 2020

1. Meskipun Covid-19 dan Influenza sama sama penyakit infeksi saluran pernafasan, keduanya merupakan penyakit yang berbeda.
“This virus is not SARS, it’s not MERS, and it’s not influenza. It is a unique virus with unique characteristics” - WHO

Tambahan dari saya: Influenza juga berbeda dengan common cold. Influenza disebabkan oleh influenza virus (tipe A, B, C – tipe A ini yang sering menyebabkan wabah seasonal influenza setiap tahun. Tipe A influenza bisa dibagi lagi dalam beberapa strain, tergantung dari kombinasi 2 jenis protein di permukaan virus, ini yang kita kenal ada H1N1, H3N2, H5N1, dsb). Sedangkan common cold disebabkan oleh lebih dari 200 tipe virus, termasuk rhinovirus, coronavirus, respiratory syncytial virus, dsb.
Jadi bedakan dulu ya istilah common cold = batuk pilek (atau kaze, kata orang Jepang) dengan Influenza (flu). Oh ya, dan coronavirus bukan jenis jamur! Penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur disebut mycosis, contoh paling gampang: panu.

2. Covid-19 dan Influenza bisa menyebar dengan cara yang sama, melalui percikan droplets dari mulut dan hidung orang yang sedang sakit.
“Both COVID-19 and influenza cause respiratory disease and spread the same way, via small droplets of fluid from the nose and mouth of someone who is sick” – WHO

3. Berdasarkan data laporan global yang ada, perkiraan angka kematian saat ini 3.4%.
“Globally, about 3.4% of reported COVID-19 cases have died. By comparison, seasonal flu generally kills far fewer than 1% of those infected” – WHO
Kita tahu estimasi angka kematian sebelumnya 2%, dan ini memang bukan angka pasti karena data masih bergerak terus sesuai dengan perkembangan penyebaran virus. Jadi hati hati dengan berbagai klaim yang dengan gampang analisa angka kematian tanpa cek update perkembangan data yang ada.

4. Sampai saat ini belum ada vaksin dan pengobatan spesifik untuk Covid-19
“We have vaccines and therapeutics for seasonal flu, but at the moment there is no vaccine and no specific treatment for COVID-19. However, clinical trials of therapeutics are now being done, and more than 20 vaccines are in development” – WHO

Meski belum ada pengobatan spesifik, berbagai riset dan kemungkinan penggunan obat yang cocok untuk Covid-19 terus dilakukan. Di Jepang, kita sudah dengar nama obat: Avigan – anti influenza (diproduksi oleh Toyama Chemical Fujifilm Group). Obat ini dikenal juga dengan nama Favipiravir, Favilavir dan merupakan salah satu obat kandidat yang dipakai untuk mengatasi Covid-19 di China. Kita juga dengar pemakaian Cyclesonide シクレソニドobat asma (anti inflamasi-corticosteroid) yang berhasil membantu pasien Covid-19 di salah satu RS di Jepang. Pemakaian cyclesonide sudah dilaporkan dalam bentuk case report untuk 3 pasien, dan semoga akan banyak laporan lain ke depannya. Selain itu, ada Remdesivir – anti Ebola (diproduksi oleh Gilead Science, Inc) dan saat ini sedang masuk clinical trial phase3 di Wuhan dan Beijing. Salah satu petinggi WHO pernah menyebutkan dalam konfrensi pers di Beijing 24 Feb 2020, “There is only one drug right now that we think may have real efficacy and that's remdesivir," - Bruce Aylward.


Dan pada media briefing 11 Maret 2020

5. Penyebaran Covid-19 dikategorikan sebagai Pandemic
“We have therefore made the assessment that COVID-19 can be characterized as a pandemic” - WHO

Istilah pandemic sendiri merujuk pada luasnya penyebaran penyakit, bukan pada fatalitasnya. Menurut definisi WHO, pandemic ialah penyebaran penyakit baru yang meluas antar manusia di berbagai belahan negara di dunia. Dengan status pandemic ini WHO berharap semua negara bisa lebih aktif dan meningkatan respon dalam menghadapi Covid-19.
“communicate with your people about the risks and how they can protect themselves; find, isolate, test and treat every Covid-19 case and trace every contact; ready your hospitals; protect and train your health workers” - WHO

--
Semua pasti sudah sepakat untuk tidak perlu panik menyikapi penyebaran Covid-19, tapi juga tidak meremehkan virus ini. Salah satu cara untuk tidak panik membabi buta tentu dengan filter informasi yang masuk hanya dari sumber resmi yang terpercaya, jangan hanya dari forward WA group - klaim tanpa cantuman sumber data resmi Covid-19. Tidak meremehkan si virus dengan berusaha belajar dari pengalaman negara lain yang sebelumnya sudah menghadapi lonjakan kasus Covid-19. Kasus impor bisa dengan cepat berubah menjadi transmisi lokal. Jepang sudah mengalami sejak adanya kasus supir bus dan tour guide yang positif tanpa riwayat pergi ke daerah outbreak. Dari transmisi lokal dengan mudah akan terbentuk cluster dan community transmission. Ini yang sedang terjadi di Jepang, dan seperti yang kita tahu, sedang berusaha direm oleh pemerintah melalui pembatalan berbagai acara yang melibatkan orang banyak, meliburkan sekolah sekolah, dsb.

“We have never before seen a pandemic sparked by a coronavirus. This is the first pandemic caused by a coronavirus. And we have never before seen a pandemic that can be controlled, at the same time “ - WHO 

“Don’t Panic – Stay Alert – Get Informed”
Tokyo, 12 Maret 2020






Tuesday, March 3, 2020

Respect for patient confidentiality !


Tulisan saya di topic kesehatan group Wanita Indonesia Berkarya di Jepang (WIBJ).
Tokyo, 02 Maret 2020
 -----

Hari ini kita semua ramai ya “breaking news” dari Indonesia. Akhirnya jelas ada konfirmasi kasus Covid-19 dan langsung di penduduk lokal Indonesia. Ini belum breaking news lainnya, ada 3 orang di Singapore yang positif Covid-19 dan baru melakukan perjalanan dari Batam-Indonesia (https://www.thejakartapost.com/news/2020/03/02/breaking-three-people-in-singaporelatest-to-test-positive-for-covid-19-after-visiting-indonesia.html)

Terlepas dari semua kasus ini, ada yang ingin saya minta bantuannya dari rekan rekan di sini. Ada forward message yang beredar di WAG berjudul SPOT REPORTS (1).
Di sini ditulis riwayat pasien positif Covid-19 dan ditulis jelas ALAMAT pasien. Sesuatu yang sangat disayangkan sekali karena ini informasi personal dan data pasien tinggal di mana (sampai ke rumah2nya) harusnya tidak diumbar ke media sosial. Seperti di Jepang, cukup lokasi dan tempat pasien dicurigai kena untuk preventif, itupun setelah positif posisi pasti pasien di rawat di mana, selama ini di Jepang hanya ditulis 都内病院 contohnya.

Jadi:
1. Jika kita terima forward message ini. Tolong STOP di tangan kita sendiri dan beri tahu yang kirim ini bukan case untuk disebarluaskan.
Meski sudah tersebar luas bahkan sampai masuk berita, at least edukasi harus dimulai dan marilah kita mulai dari diri kita dan sekeliling kita.

2. Di kedokteran, membocorkan dan menyebarkan data pasien melanggar kode etik. Apalagi di tengah situasi sensitif seperti ini, bisa memicu panik, dan bukan tidak mungkin keluarga dan rekan pasien bisa kena bully. Para petugas terkait kesehatan juga sebaiknya harus menjaga data pasien. Semua orang, termasuk kita juga harus lebih bijaksana memilah informasi mana yang harus disebarluaskan.



“Don’t Panic – Stay Alert – Get Informed”
#kesehatanwibj
Tokyo, 02 Maret 2020