Friday, January 31, 2020

Global Public Health Emergency over new Coronavirus Outbreak – 2020


Global Public Health Emergency over new Coronavirus Outbreak – 2020


Seperti yang kita semua sudah tahu, pada hari Kamis, 30 January 2020 WHO akhirnya mengeluarkan pernyataan bahwa novel Coronavirus outbreak 2019-nCoV sebagai  “Public Health Emergency of International Concern (PHEIC)”.
Supaya gak tambah panik dengar ini, saya share beberapa info tentang PHEIC:

1. PHEIC bukan baru pertama kali dikeluarkan WHO.
Sebelumnya pernah juga dikeluarkan di kasus: Outbreak Swine flu 2009, Polio 2014, Ebola virus outbreak 2014 dan Kivu Ebola 2019, Zika virus 2016, dan sekarang Coronavirus 2020.

2. Meskipun bukan baru pertama kali dikeluarkan WHO, status PHEIC ini sendiri sebenarnya baru diformulasikan setelah adanya SARS outbreak-2003. Dibandingkan SARS dulu, outbreak Coronavirus 2020 ini sebenarnya sudah termasuk cepat mendapatkan perhatian karena berkaca pada pengalaman saat SARS yang laporan awalnya sempat terlambat.

3. PHEIC menunjukkan adanya “extraordinary event” yang meminta perhatian dan koordinasi secara internasional. Otoritas medis di setiap negara diminta untuk meningkatkan persiapan, dan pengawasan mereka terhadap outbreak yang ada. WHO juga bisa mengeluarkan temporary recommendations menyangkut masalah travel, karantina, screening, maupun treatment.

4. PHEIC tidak hanya terbatas pada penyakit infeksi. PHEIC juga bisa dikeluarkan pada kejadian emergency seperti kebocoran nuklir atau zat kimia lainnya. PHEIC bersifat sementara dan akan dianalisis setiap 3 bulan.

Banyak pihak yang menyayangkan keputusan WHO yang dinilai lambat. Tapi, rasanya memang tidak mudah  mengambil keputusan mengeluarkan PHEIC ini, banyak faktor yang harus dipertimbangkan. Tanpa pertimbangan matang statement PHEIC hanya akan “fueling public fear”.
Perkembangan laporan terakhir di Jepang dan German yang mengkonfirmasi positif adanya kasus “local/domestic transmission” - penyebaran infeksi di negara di luar China, dan pada orang yang tidak punya riwayat pergi ke ground zero outbreak - inilah yang sepertinya membuat WHO akhirnya memutuskan deklarasi PHEIC.


PS: Daripada memaki maki WHO (kenal juga engga ya), atau menyumpahi orang lain hanya akan menebar “hatred” dan tidak kondusif pada situasi saat ini. Lebih baik kita bersama sama saling berbagi informasi yang benar, tidak panik, be aware and stay positive.
Juga untuk TS, doctors in Wuhan are our colleagues. Help them by giving information based on scientific medicine, not rumors or assumptions.


References:

Monday, January 27, 2020

Clinical Features of Patients with 2019n-CoV from Published Article

Clinical Features of Patients with 2019n-CoV from Published Article

Dalam beberapa hari terakhir mulai banyak artikel ilmiah mengenai infeksi dari novel Coronavirus (2019-nCoV). Ini saya sarikan isi dari satu artikel yang cukup baik menggambarkan data klinis dari pasien yang terinfeksi 2019-nCoV.

Data klinis dari 41 pasien yang positive 2019-nCoV (by Jan 2, 2020):
1. Umumnya pria (73%). Usia rata rata pasien 49.0 years
2. Pasien dengan riwayat sudah ada penyakit lain sebelumnya - “underlying diseases” – hanya kurang dari separuh total pasien (32%)   
3. Lebih dari separuh pasien (66%) pernah mengunjungi/exposed to Huanan seafood market.
4. Gejala klinis dari yang umum hingga yang jarang:
- demam (98%)
  * gambaran suhu: 37.3-38°C (20%); 38.1-39.0°C (44%); >39.0°C (34%)
- batuk (76%)

- sesak nafas/dyspnoea (55%) (*median time from illness onset to dyspnoea 8.0 days)
- nyeri otot-myalgia; lesu-fatigue (44%)
- dahak (28%)
- sakit kepala (8%)
- batuk darah (5%)
- diare (3%)  

5. Seluruh pasien (41 orang) menunjukkan tanda radang paru-pneumonia dari hasil chest CT. *Sebanyak 40 dari 41 pasien (98%) radang paru terlihat di kedua paru (bilateral involvement).
6. Sebanyak 13/41 (32%) pasien harus dirawat di ICU, dan 6 diantaranya (15%) meninggal.

# Implications of all the available evidence:
2019-nCoV caused clusters of fatal pneumonia with clinical presentation greatly resembling SARS-CoV. Patients infected with 2019-nCoV might develop acute respiratory distress syndrome, have a high likelihood of admission to intensive care, and might die. The cytokine storm could be associated with disease severity. More efforts should be made to know the whole spectrum and pathophysiology of the new disease.



Reference:
The Lancet. Clinical features of patients infected with 2019 novel coronavirus in Wuhan, China
Published online: January 24, 2020 – In Press, Corrected Proof.
Image: The Lancet. A novel coronavirus outbreak of global health concern (comment)

** 
Ada beberapa istilah medis yang keluar dalam perkembangan update 2019-nCoV belakangan ini:
1. Cytokine Storm サイトカインストーム
Saat terjadi infeksi dalam tubuh, sel darah putih akan mengaktifkan respon sistem imun tubuh, menghasilkan sel sel inflamatory (cytokines) yang berguna untuk melawan virus/bakteri yang masuk. Sayangnya, kalau terjadi overproduksi dari cytokines, ini malah bisa berakibat fatal pada organ vital seperti jantung dan paru.
Hal yang sama terjadi pada kasus infeksi Wuhan virus. Beberapa laporan menduga, cytokine storm inilah yang memicu pasien meninggal terutama pada kasus2 pasien relative muda dan TANPA faktor resiko underlying diseases sebelumnya.

2. Super Spreader スーパー. スプレッダー
Super spreader merupakan istilah yang diberikan pada seseorang yang sedang sakit dan ia secara khusus bisa menyebarkan penyakitnya ke orang lain dalam jumlah banyak dan dalam waktu cepat. Kadang si super spreader ini bahkan tidak menyadari kalau ia sudah menginfeksi banyak orang lain di sekitarnya.
(*satu orang bisa menginfeksi lebih dari 10 orang lain di sekitarnya, bisa dianggap super spreader).
Saat kasus SARS tahun 2003, ada seorang dokter yang terkena virus dan berpergian ke HongKong. Disana ia menginap di hotel dan menyebarkan virusnya ke 16 orang lainnya yang tinggal di lantai hotel yang sama. Para tamu hotel ini kemudian travel ke negara lainnya, dan saat itulah SARS menjadi global epidemic.
Beberapa ahli sudah memberikan pernyataan untuk mewaspadai adanya Super Spreader dalam outbreak 2019-nCoV Wuhan Virus sekarang ini.


Tokyo, 28 Januari 2020




Friday, January 24, 2020

新型コロナウイルス- (New) strain of Coronavirus (2019-nCoV): What we know so far.



新型コロナウイルス- (New) strain of Coronavirus (2019-nCoV)
What we know so far.

Coronavirus ini sebenarnya nama yang diberikan untuk satu group keluarga besar virus yang umumnya menyebabkan penyakit pada binatang seperti burung, atau mamalia lain, termasuk manusia.  Virus ini  sering menyebabkan infeksi saluran pernafasan atas, batuk pilek, atau kadang diare. Dalam keluarga Coronavirus ini ada beberapa anggota (strain virus) yang mengalami mutasi dan jadi bandel banget, salah satunya strain Coronavirus penyebab outbreak SARS 2003 (SARS-CoV) dan MERS 2012 (MERS-CoV). Sementara saat ini, seperti yang kita tahu semua,  sepupu mereka, Wuhan virus (2019-nCoV) yang sedang mencuri perhatian. 

Gejala Wuhan virus ini sebenarnya sama saja dengan gejala batuk pilek atau infeksi saluran pernafasan lainnya tapi kemudian kenapa jadi sumber masalah?
Karena: Strain virus baru ini bisa menyebar dengan cepat melalui human-to-human transmission DAN berpotensi menyebabkan infeksi parah hingga penderita meninggal. “This novel coronavirus has the potential to cause severe disease and death” – CDC

Saat ini karakteristik khusus dari Wuhan virus, masa inkubasi, bagaimana dia bisa menginfeksi orang lain dalam waktu cepat, dsb masih dalam investigasi.
Gejala yang bisa dipantau sementara ini untuk membantu diagnosa:
- batuk, demam
- sesak nafas/difficulty breathing
*beberapa laporan juga menyatakan tidak semua penderita memiliki gejala demam.

- penderita memiliki epidemiologic risk.
(14 hari sebelum gejala keluar, ada riwayat travel dari daerah outbreak di China) atau
(14 hari sebelum gejala keluar, ada riwayat close contact dengan penderita yang diduga terkena infeksi ; atau yang sudah terkonfirmasi terinfeksi 2019-nCoV).
- Sementara, virus ini berpotensi menyebabkan kematian pada pasien usia lanjut dengan pre-exixsting conditions (diabetes, liver cirrhosis, chronic lung disease, etc).

*Di Jepang sendiri -update 26 Januari 2020-, sudah ada empat kasus yang sudah dikonfirmasi sebagai kasus terkait Wuhan virus.

Kasus1: Pria, 30. Dilaporkan demam sejak 3 Januari. Tgl 6 Januari kembali dari Wuhan, masuk Jepang. Tgl 10 Januari pasien masuk RS. Hasil tes influenza negative. Dilakukan tes molekular RT-PCR, dan ditemukan fragment sequencing matched dengan sequence virus 2019-nCoV. Tgl 15 Januari resmi dinyatakan sebagai kasus pertama新型コロナウイルス. Gejala membaik dan pasien sudah keluar RS (退院)

Kasus2: Pria, 40. Traveler yang tinggal di Wuhan. China. Demam dilaporkan sejak 14 Januari. Medical check dilakukan 15 dan 17 Januari dengan hasil tidak ada radang paru. Masuk Jepang tgl 19 Januari. Kembali diperiksa tgl 20 Januari- observasi 経過監査. Tgl 22 Januari, demam, radang tenggorokan tidak membaik, dan ditemukan gambaran radang paru.  Saat ini pasien masih dalam perawatan (現在入院中)

Kasus3: Wanita, 30代.  Traveler yang tinggal di Wuhan, China. Masuk ke Jepang 18 Januari tidak ada gejala sakit. Tgl 21 Januari mulai batuk dan demam. Tgl 23 Januari pemeriksaan lanjutan di insitusi medis 

Kasus4: Pria, 40代. Traveler, tinggal di Wuhan, Cina. Masuk ke Jepang tgl 22 Januari, tidak ada gejala sakit. Tgl 23 Januari keluar gejala demam. Tgl 24 Januari, demam berlanjut diikuti nyeri persendian. Pasien datang ke institusi medis di Aichi-ken. Hasil x-ray dan CT positif gambaran radang paru, dirawat masuk RS ( 現在入院中 ). Tgl 26 Januari, dilaporkan kondisi pasien stabil.



----

Investigasi, riset, dsb tentang Wuhan virus saat ini masih berjalan. Informasi juga masih banyak yang berubah ubah mengikuti perkembangan laporan yang ada dari berbagai negara. Genetic sequencing code dari Wuhan virus sudah di-share oleh Chinese researchers ke dalam GenBank dan GISAD yang merupakan public health database. Semoga ke depannya akan lebih banyak informasi yang bisa dipakai untuk segera mengatasi outbreak ini.


Thursday, January 23, 2020

New SARS-Coronavirus – Wuhan Outbreak 2020


Nightmare Returned?
New SARS-Coronavirus – Wuhan Outbreak 2020


Akhir tahun 2002, ditemukan kasus pneumonia pada keluarga petani di China yang disebabkan oleh SARS-Coronavirus. Awal tahun 2003, penyakit ini terus menyebar dan seorang penderita yang menginap di salah satu hotel di HongKong tanpa sengaja menyebarkan virus ini ke tamu hotel lainnya. Dalam waktu kurang dari 6 bulan, terjadi outbreaks di HongKong, Singapore, Canada, Vietnam dsb. Di akhir bulan Juli 2003, tercatat 8,098 kasus di lebih dari 30 negara, dengan 774 kasus diantaranya dilaporkan meninggal.

Akhir tahun 2019, kembali muncul penyakit yang diduga berasal dari strain virus yang mirip dengan SARS-Coronavirus sebelumnya. Awal kejadian berasal dari distrik Wuhan di China, di pasar yang menjual binatang2 hidup. Sama seperti kejadian tahun 2002, awalnya ini hanya dianggap local outbreak. Tapi, tanggal 13 Januari 2020 ternyata ada laporan dari Thailand kalau ada turis yang berasal dari Wuhan dan terkena infeksi ini, si turis dilaporkan tidak mengungungi pasar binatang yang menjadi pusat outbreak tersebut di Wuhan. Laporan inilah yang menyebabkan WHO Director-General, Tedros Adhanom Ghebreyesus memulai konfirmasi dengan para scientists untuk kemungkinan outbreak responses. Tanggal 15 Januari 2020, Jepang resmi menyusul melaporkan kasus pertama Wuhan virus pada seorang pria yang baru kembali dari Wuhan, China. Pria ini dilaporkan juga tidak mengunjungi pusat pasar binatang di sana tetapi ada riwayat close contact dengan penderita pneumonia.

Berkaca pada kejadian outbreak SARS 2003 sebelumnya, WHO memantau ketat dan meminta komitmen pemerintah China untuk memberikan update informasi secara regular karena ini termasuk “critical public health information”. Saat ini DNA sequence dari Wuhan virus sudah dimasukkan ke dalam sharing data base sehingga bisa dipakai oleh peneliti dari berbagai negara. Wuhan virus saat ini secara ilmiah dinamai: novel coronavirus (2019-nCoV)
Sumber awal virus diperkirakan berasal dari binatang, tapi masih belum diketahui pasti binatang penyebabnya. Beberapa laporan menduga “bamboo rat (タケネズミ)” dan ada juga yang menduga “snakes (Chinese krait and cobra)”.

Saat ini jumlah pasien yang dilaporkan terkena Wuhan virus terus meningkat jumlahnya. Tanggal 22 Januari 2020, dilaporkan sudah mencapai lebih dari 500 kasus dan setidaknya 17 orang dilaporkan meninggal. Saat ini Thailand, Japan, South Korea, dan Taiwan yang sudah melaporkan kasus Wuhan virus di negaranya, menyusul kemudian Amerika Serikat yang belum lama ini juga melaporkan pasien pertama positif Wuhan virus

Selain itu, yang menjadi sumber kekhawatiran banyak pihak yakni kemungkinan penyebaran Wuhan virus dari manusia ke manusia (human-to-human transmission). Hal ini diperkuat dengan adanya fakta 15 orang petugas medis di China yang terinfeksi Wuhan virus ketika merawat pasien. “The current situation is that it is no longer animal to human transmission, but human-to human” – Dr. Zhong Nanshan, Director of the State Key Laboratory of Respiratory Disease, China.
Menjelang perayaan Chinese New Year 25-26 Januari 2020, diperkirakan akan banyak mobilisasi pergerakan massa. Warga negara China yang tinggal di luar negeri biasanya kembali ke kampung halaman untuk berkumpul dengan keluarganya. Jika tidak diantisipasi dengan baik, ini bisa jadi pemicu penyebaran Wuhan virus ke seluruh dunia.

** Pemerintah China dilaporkan sudah memakai “Class A prevention and control measures” dengan mengunci (lock down) akses ke pusat outbreak dan memberlakukan karantina untuk pasien dan semua yang memiliki close contact dengan pasien.
Sementara itu WHO sudah menyatakan akan memantau kondisi sebelum mengambil keputusan declare status “global public health emergency” dan meminta international response dari semua negara.

--
References:
Wuhan virus visual guide: