Wednesday, July 21, 2021

IVERMECTIN

Last update [15 Aug 2021]

1. Sampai saat ini Ivermectin di Jepang masih dalam tahap uji klinis yang dipimpin oleh Kitasato University

https://www.kitasato.ac.jp/jp/news/20210806-04.html

Ivermectin terdaftar dalam uji klinis resmi di Jepang: 

https://jrct.niph.go.jp/en-latest-detail/jRCT2031200120

2. Pernyataan resmi dari produsen Ivermectin (Stromectol), MSD

https://www.msd.co.jp/static/pdf/announce_20210402.pdf

-------------------------------------------------------------------------------------------------

 IVERMECTIN

~ The Story Behind It ~

 

Banyak sekali pertanyaan tentang Ivermectin yang datang ke saya. Memang penggunaan Ivermectin sedang jadi topik yang sedang ramai di mana-mana.

Mari sedikit lebih mengenal cerita Ivermectin agar ada gambaran yang lebih baik kenapa sih obat ini ramai diperdebatkan.

 ----

Cikal bakal Ivermectin, disebut Avermectin, ditemukan oleh Professor Satoshi Omura dari Kitasato University, Jepang. Prof Omura berhasil mengisolasi bakteri dari tanah (unusual Streptomyces bacteria), dan kemudian bersama dengan rekannya Prof. William Campbell menemukan kalau si bakteri ini bisa menyembuhkan tikus yang terinfeksi round-worm/cacing gelang. Senyawa kimia dari kultur bakteri tersebut berhasil dikembangkan untuk digunakan di manusia, dan akhirnya Ivermectin (derivat dari Avermectin) menjelma menjadi antiparasit yang handal di seluruh dunia. Penemuan ini menghantarkan kedua ilmuwan tersebut menerima Nobel Prize in Medicine tahun 2015. [Ref 1]

Saat COVID-19 merebak tahun 2020, Ivermectin kembali mendapat sorotan. Kenapa? Karena ada hasil penelitian dari Australia, secara in-vitro (di laboratorium), yang menunjukkan Ivermectin bisa menghambat replikasi virus SARS-CoV-2, penyebab COVID-19. [Ref 2]

Ini kemudian disusul dengan publikasi case-control study dimana Ivermectin diberikan secara klinis ke pasien, dan menunjukkan kalau angka kematian dari grup yang menerima Ivermectin sangat rendah, dibandingkan yang tidak menerima Ivermectin (1.4% vs 8.5%). Ini tentu penemuan yang sangat menarik! Sayangnya, pada publikasi ini ditemukan beberapa kejanggalan seperti misalnya, publikasi indikasi awal adanya efek antivirus Ivermectin baru dinaikkan online 3 April 2020, tetapi pasien dalam jurnal ini sudah menerima Ivermectin sejak akhir Maret 2020 dengan jumlah pasien yang sangat besar, 704 pasien.
Ternyata setelah diselidiki, data dari publikasi ini terkait dengan skandal database Surgisphere, sebuah perusahaan yang memegang database pasien dari RS di banyak negara tetapi tanpa ada pengawasan ethics committee dan setelah dikonfirmasi ke RS yang bersangkutan, ternyata data yang ada tidak akurat. Akibat kasus ini, publikasi tentang Ivermectin tersebut ditarik dan jadi pemberitaan dimana-mana saat itu. [Ref 3, 4].

** Tidak hanya publikasi Ivermectin, ada publikasi lain terkait Hydroxychloroquine/choloroquine tahun 2020 yang juga terkait skandal Surgisphere, dan berakhir dengan ditariknya publikasi tersebut [Ref 5].
Setelah berbagai simpang siur berita tentang efektivitas hydroxycholoroquine, kita sendiri juga tahu, BPOM Indonesia akhirnya mencabut izin penggunaan darurat hydroxychloroquine untuk COVID-19. [Ref 6]

 

Bagaimana status Ivermectin di Jepang?

Di Jepang sendiri, sebenarnya sejak tahun 2020 lalu, Ivermectin sudah mendapat perhatian. Terlepas dari kejadian skandal di atas, efek antivirus Ivermectin memang memberikan harapan baru. Menurut laporan yang dikeluarkan dari Kitasato University, yang saat ini memimpin uji klinis domestik Ivermectin di Jepang, beberapa kendala seperti kurangnya pendanaan dan sumber daya manusia menjadi salah satu penyebab lambatnya uji klinis yang berlangsung [Ref 7]. Dalam diskusi di parlemen Februari 2021, PM Suga sempat mengatakan akan mendukung percepatan penelitian penggunaan Ivermectin untuk COVID-19. [Ref 8]. Kitasato University juga diberitakan sudah menggandeng perusahaan farmasi Kowa, untuk segera memulai uji klinis lebih besar di Tokyo, Osaka, Nagoya, dsb; dan mentargetkan untuk selesai akhir tahun ini. [Press release – 1 Juli 2021; Ref 9]

** Sampai saat ini (Juli 2021) Ivermectin belum termasuk sebagai obat resmi yang digunakan untuk pengobatan COVID-19 di Jepang.

Banyak pro kontra terkait Ivermectin menggema di berbagai kalangan medis baik di Jepang, maupun negara lainnya. Tidak lain karena data publikasi yang ada juga masih simpang siur, dan model penelitian yang dipakai juga berbeda beda.

Sejumlah laporan menunjukkan hasil yang menjanjikan dari penggunaan Ivermectin. Pengobatan dengan Ivermectin dikaitkan dengan turunnya angka kematian terutama pada pasien dengan gejala berat. [Ref 10] Begitupula berdasarkan meta-analysis data dari publikasi jurnal, dikatakan resiko kematian menurun pada grup dengan Ivermectin dibandingkan tanpa Ivermectin. [Ref 11, 12].

Di sisi lain, masih ada perdebatan terutama mengenai dosis pengobatan yang aman dipakai secara klinis. Untuk mencapai efek antivirus Ivermectin seperti yang didapat secara laboratorium, butuh dosis pemberian klinis yang jauh lebih besar dari dosis umum yang bisa ditoleransi pasien sehingga dikhawatirkan akan timbul efek samping yang tidak diharapkan.     
“Available evidence suggests that levels of ivermectin with meaningful activity against SARS-CoV-2 would not be achieved without extraordinary, potentially toxic increases in ivermectin dosing levels in humans   [Ref 13, 14]. 

Hasil meta-analysis data terbaru mengatakan Ivermectin tidak mengurangi resiko kematian maupun meningkatkan viral clearance. [Ref 15]
Saat ini sepertinya hasil outcome dari penggunaan Ivermectin masih tidak menentu. “The effects of Ivermectin were rated as very low certainty for all critical outcomes, including mortality”. [Ref 16]

 

Bagaimana Ivermectin di Indonesia?

Indonesia sedang dilanda kenaikan kasus yang sangat tinggi, saya pribadi menyadari betul kalau saat ini syarat ideal penggunaan obat di luar indikasi utamanya lebih sulit. Kondisi mendesak dan dokter sudah kewalahan menangani pasien. Saya sempat mengikuti virtual talkshow pro-kontra Ivermectin di acara bincang-bincang seputar COVID-19 (15 Juli 2021) dari Indonesia healthcare forum, mendengar berbagai opini dan belajar dari narasumber yang ada tentang kondisi di Indonesia.

Berdasarkan keterangan narasumber dalam acara tersebut, Ivermectin sudah mendapat Persetujuan Pelaksanaan Uji Klinis (PPUK) dari BPOM, tetapi belum ada izin penggunaan darurat. Saat ini sudah ada 8 RS yang terlibat dalam uji klinis Ivermectin. [Ref 17,18]

1. Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, Jakarta;

2. RSUP Prof. Dr. Sulianti Saroso, Jakarta;

3. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Soedarso, Pontianak;

4. RSUP H. Adam Malik, Medan;

5. Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta;

6. Rumah Sakit Angkatan Udara (RSAU) Dr. Esnawan Antariksa, Jakarta;

7. RS dr. Suyoto, Pusat Rehabilitasi Kementerian Pertahanan RI, Jakarta; dan

8. Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet, Jakarta

---

Sementara menunggu perkembangan hasil resmi uji klinis Ivermectin, saya hanya ingin mengingatkan, hati-hati menggunakan obat secara emosional. Ini termasuk reminder untuk saya sendiri yang juga sudah capek pandemik dan khawatir sekali dengan keluarga di Indonesia. Ada cerita yang membaik, tapi jangan lupa sudah ada juga cerita yang mengalami efek samping. Penggunaan Ivermectin, sebaiknya dalam koridor pengawasan dan persetujuan dokter.

Semoga dalam waktu dekat kita juga bisa mendapatkan data hasil uji klinis yang lebih jelas terkait penggunaan Ivermectin, baik di Jepang maupun di Indonesia.


“Don’t Panic – Stay Alert – Get Informed, and Be Wise


Tokyo, 21 Juli 2021

Dr. Kathryn Effendi

 

References

1. https://www.nobelprize.org/prizes/medicine/2015/omura/facts/

2. https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0166354220302011

3. https://www.isglobal.org/documents/10179/6022921/Patel+et+al.+2020+version+2.pdf/adf390e0-7099-4c70-91d0-e0f7a0b69e14

4. https://news.yahoo.co.jp/byline/kutsunasatoshi/20200606-00182086/

5. https://www.sciencemag.org/news/2021/01/many-scientists-citing-two-scandalous-covid-19-papers-ignore-their-retractions

6. https://www.pom.go.id/new/view/more/klarifikasi/121/PENJELASAN-BADAN-POM-RI-TENTANG-Pencabutan-Emergency-Use-Authorization-Hidroksiklorokuin-dan-Klorokuin-untuk-Pengobatan-COVID-19.html

7. http://jja-contents.wdc-jp.com/pdf/JJA74/74-1-open/74-1_44-95.pdf

8. https://www.yomiuri.co.jp/choken/kijironko/cknews/20210427-OYT8T50019/

9. https://www.kowa.co.jp/news/2021/press210701.pdf

10. https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0012369220348984?via%3Dihub

11. https://covid19criticalcare.com/wp-content/uploads/2020/11/FLCCC-Ivermectin-in-the-prophylaxis-and-treatment-of-COVID-19.pdf

12. https://covid19criticalcare.com/wp-content/uploads/2021/06/Ivermectin_for_Prevention_and_Treatment_of.98040.pdf

13. https://www.ajtmh.org/view/journals/tpmd/102/6/article-p1156.xml

14. https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/13102818.2020.1775118

15. https://academic.oup.com/cid/advance-article/doi/10.1093/cid/ciab591/6310839

16. https://www.bmj.com/content/370/bmj.m2980

17. https://www.pom.go.id/new/view/more/pers/616/Penggunaan-dan-Pengawasan-Peredaran-Ivermectin.html

18. https://nasional.kompas.com/read/2021/07/15/16315641/belum-ada-izin-penggunaan-darurat-untuk-ivermectin-bpom-uji-klinik-baru

Monday, July 19, 2021

Moderna Arm

 

Tambahan Info terkait Vaksinasi (Update: 17 July 2021)

MODERNA ARM

Seiring banyaknya orang yang sudah menerima vaksin menggunakan Moderna di Jepang, mulai banyak laporan efek samping pasca vaksin yang dikenal dengan istilah “Moderna Arm”

Apa sih Moderna arm itu?

Moderna arm ini istilah yang diberikan terhadap adanya reaksi (lambat) lokal di kulit – delayed skin rash - pasca suntikan vaksin Moderna. Laporan yang ada lebih banyak terjadi di Moderna dibandingkan Pfizer sehingga namanya juga menjadi Moderna Arm.

Reaksi yang timbul biasanya berupa: bengkak, kemerahan, gatal. Keluhan yang diceritakan ke saya, “seperti habis digigit serangga”. Dari laporan, gambaran lesi yang terjadi di bawah kulit cocok dengan gambaran “delayed-type hypersensitivity reactions” [Ref 1,2]

Timbulnya Moderna arm ini lambat-onset kejadian lambat. Bukan reaksi yang langsung keluar setelah suntikan. Dari laporan yang ada gejala keluar antara 4~12 hari (umumnya 7 atau 8 hari) setelah vaksinasi. Umumnya terjadi setelah suntikan pertama. [Ref 1,2]  Banyak dilaporkan terjadi pada wanita usia sekitar 40 tahunan. [Ref 2,3].  

Dari laporan, biasanya reaksi akan berkurang sendiri sekitar 4-6 hari setelahnya. Tapi jika terus bertahan hingga lebih dari seminggu, dianjurkan konsul ke dokter. Saat ini tindakan yang dianjurkan: kompres dingin di tempat yang terkena, topical steroid, oral antihistamines.

Sejauh ini, bagi mereka yang mengalami Moderna arm, dianjurkan untuk tetap mengambil vaksin yang kedua. Dari laporan yang ada, di vaksin kedua banyak yang tidak mengalami lagi Moderna arm, dan yang mengalami kembali juga lebih ringan dan cepat sembuh dibandingkan saat suntikan pertama [Ref 1, 2, 4]  

** Saya sertakan foto lengan yang terkena Moderna Arm (consent obtained).

Case1: Wanita. Rash merah keluar seminggu setelah suntikan pertama. Tidak ada riwayat alergi atau penyakit lain. 

Case2: Wanita. Keluhan keluar seminggu setelah suntikan pertama. Ada riwayat alergi debu, pollen. Rash menghilang sendiri 4-5 hari kemudian. 

Case3: Wanita. Rasa gatal keluar 3-4 hari pasca suntikan pertama, diikuti rash merah dan panas. Tidak ada riwayat alergi. 




---

“Stay Safe, Get Informed, and Be Wise”

Tokyo, 17 Juli 2021

Dr. Kathryn Effendi

#kesehatanwibj

#wibjcovid19

References

1. https://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMc2102131

2. https://jamanetwork.com/journals/jamadermatology/fullarticle/2779643

3. https://www3.nhk.or.jp/nhkworld/en/news/20210711_03/

4. https://news.yahoo.co.jp/byline/kuraharayu/20210715-00248044/


Friday, July 9, 2021

Recent Updates on Covid-19 Vaccination in Japan (July 09, 2021)

 *Update* Perkembangan Vaksinasi COVID-19 di Jepang (July 09, 2021)

Baik di Jepang maupun di Indonesia, kita tahu kembali terjadi peningkatan kasus penularan Covid-19. Berikut beberapa informasi tentang perkembangan vaksinasi di Jepang dan pesan untuk lebih esktra hati hati menyikapi naiknya penyebaran varian virus dengan mutasi.

1. Vaksinasi Covid-19 di Jepang

Vaksinasi yang beredar di Jepang saat ini, dari Pfizer Inc. (Comirnaty) dan Moderna Inc. (Takeda). Keduanya berbasis teknologi mRNA, sehingga indikasi maupun kontraindikasi yang ada juga mirip. Begitupula dengan efek samping yang ada (nyeri otot di tempat suntikan, pegal linu, rasa lelah, capek, demam, dsb). Meski ada data publikasi kalau efek samping dari Moderna sedikit lebih tinggi dari Pfizer, tapi tidak ada perbedaan yang signifikan diantara keduanya. [Ref1,2] Semua efek samping ini biasanya membaik dengan sendirinya dalam satu atau dua hari pasca vaksinasi ~ 接種後2日くらいまでにはほとんどの人で消失します。

Sedangkan untuk efek samping yang berat (anafilaksis) berdasarkan update terbaru data laporan dari MHLW [Ref3]:

Pfizer (data 17 Feb 2021 –27 Juni 2021):

Rate angka kejadian anafilaksis: 7 kasus per 1 juta suntikan (100万回接種あたり7件). Angka kejadian anafilaksis di Pfizer bertahap turun (72 à 37 à 13 à 7 ) sejak digunakan pertama kali di Jepang, Februari 2021.  Ini perkembangan yang baik sekali.

Moderna (data 22 Mei 2021 – 27 Juni 2021):

Rate angka kejadian anafilaksis: 1 kasus per 1 juta suntikan (100万回接種あたり1.0).

Oh ya, menilai suatu jenis vaksin baik atau buruk juga tidak hanya berdasarkan satu jenis item penilaian. Tidak hanya efikasi, efek samping, dan kontra indikasi yang ada bisa mempengaruhi keputusan vaksin yang diambil. Efikasi terhadap strain mutasi juga berubah seiring perkembangan data yang ada. Jadi tidak perlu bingung apakah Pfizer lebih bagus dari Moderna, atau sebaliknya. Selama tidak ada kontra indikasi di penerima vaksin, vaksin yang ada di Jepang saat ini sudah baik.

*Jumlah persentase penduduk yang sudah menerima dua kali dosis (fully vaccinated) di Jepang per data 6 Juli 2021, mencapai 15.13%. Pencapaian Jepang saat ini sudah melewati persentase di Asia (8.64%), maupun keseluruhan di dunia (11.60%), tetapi masih jauh lebih rendah dibandingkan di United States atau Europe. 

 Ada efek gak sih dari pelaksanaan vaksinasi? [Ref 4,5]

Seiring dengan jalannya proses vaksinasi untuk tenaga kesehatan di Jepang, laporan kasus penyebaran cluster di RS, maupun tenaga medis yang terinfeksi berkurang.

Bulan Februari saat program vaksinasi belum dimulai, proporsi institusi medis terdampak dari keseluruhan cluster mencapai 29%, tetapi setelah itu cenderung menurun dan tercatat hanya sekitar 3% di bulan Juni 2021. Begitupula tenaga kesehatan yang terinfeksi, sebelumnya  mencapai 1.3% dari seluruh kasus COVID-19 di bulan Januari, tetapi di bulan April hanya tercatat 0.43%, dan di bulan Mei hanya 0.21% tenaga medis yang terinfeksi dari total keseluruhan kasus.

* Norio Ohmagari, director of the Disease Control and Prevention Center at the National Center for Global Health and Medicine, said that the decline in health care personnel infections “is partly because medical workers are making their own efforts not to get infected, but is also due to COVID-19 vaccines, which have proven effective.”

2. Terkait dengan penyebaran varian mutasi SARS-CoV-2.

Meski ada kabar baik dari hasil vaksinasi, kita tetap belum bisa lengah mengingat naiknya penyebaran virus dengan varian mutasi. Cakupan vaksinasi masih belum luas dan kita masih harus berhadapan dengan data adanya penurunan efektivitas vaksin terhadap varian mutasi, terutama varian Delta. [Ref 6]

Strain mutasi SARS-CoV-2 yang menyebar saat ini lebih infeksius dibandingkan strain konvensional. Tidak hanya berada di lokasi dengan 3C (Three Cs=closed spaces, crowded places, and close-contact settings), bahkan hanya dengan berada di lokasi 1C sudah ada resiko kemungkinan terjadi penularan.

Usakahan selalu: jaga jarak dengan orang lain, cuci tangan dengan baik dan benar, pakai masker dengan baik dan benar – usahakan tidak ada celah. Sedapat mungkin kurangi aktivitas dan mobilisasi yang tidak penting atau darurat. Mari sebisa mungkin kita bantu menekan resiko penularan dimulai dari lingkungan terdekat kita sendiri.

 Ada video pendek tentang ini:

Video link: https://nettv.gov-online.go.jp/prg/prg22789.html

[新型コロナウイルスの変異株は従来株より感染力が強く、全国で感染が広がっています。3密がそろう場面だけでなく1つの密でも感染リスクはあります。人との距離を保つ、手洗いを徹底する、マスクをすき間なく着けるなど、より念入りな感染防止策をお願いします。]

* Kutsuna Satoshi: 感染症専門医。国立国際医療研究センターを経て20217月より大阪大学医学部 感染制御学講座 所属。専門は新興再興感染症、新型コロナウイルス感染症など。



PS: Saya selalu berusaha memberikan referensi yang jelas di setiap tulisan saya. Saya harap ini bisa jadi pelajaran untuk kita juga, supaya tidak mudah percaya begitu saja pada setiap tulisan yang beredar di media sosial terutama jika hanya dalam bentuk opini, klaim, testimony, tanpa disertai sumber yang akurat dan kredibel.🙏


---

“Stay Safe, Get Informed, and Be Wise”

Tokyo, 9 Juli 2021

Dr. Kathryn Effendi

References

1. https://jamanetwork.com/journals/jama/fullarticle/2778441

2. https://news.yahoo.co.jp/byline/kutsunasatoshi/20210613-00242740/

3. https://www.mhlw.go.jp/stf/seisakunitsuite/bunya/vaccine_hukuhannou-utagai-houkoku.html

4. https://www.asahi.com/articles/ASP6S628BP6SULBJ00D.html

5. https://the-japan-news.com/news/article/0007489291

6. https://www.bloomberg.com/news/articles/2021-07-05/israel-sees-decline-in-pfizer-vaccine-efficacy-rate-ynet-says