Sunday, November 13, 2022

Seasonal Influenza – 2022/2023

 Seasonal Influenza – 2022/2023

Memasuki musim gugur. Di berbagai tempat sudah dibuka kembali pendaftaran untuk vaksinasi influenza. Strain dalam vaksin influenza untuk musim dingin tahun 2022/2023:

A/Victoria(ビクトリア) /1/2020(IVR-217)(H1N1)pdm09

A/Darwin(ダーウィン) /9/2021 (SAN-010)(H3N2)

B/Phuket (プーケット) /3073/2013 (山形系統)

B/Austria(オーストリア) /1359417/2021BVR-26)(ビクトリア系統)

Ada 2 perubahan isi strain dari tahun lalu; di type A/H3N2 dan di type B strain Victoria.

Apakah kasus influenza akan naik kembali tahun ini? saya juga tidak tahu. Tapi, prediksi dari banyak ahli, ada kemungkinan akan naik. Australia yang sudah memasuki musim dingin terlebih dahulu bulan Juli-Agustus 2022 ini mengalami lonjakan kasus influenza yang cukup parah setelah tahun-tahun sebelumnya sempat rendah pada masa pandemik Covid-19. Beberapa teman saya di Australia terkena influenza, bergiliran dengan Covid-19.

Selain itu, mulai longgarnya aturan berkumpul dalam ruangan, pemakaian masker, dan kembali masuknya turis dari berbagai negara juga diprediksi akan membawa kembali peredaran virus influenza ke Jepang.

---

Saya pernah tulis sebelumnya tentang kenapa influenza ini selalu bikin heboh, padahal biasa aja orang sering bilang kena “flu”. Saya tulis kembali di sini dengan modifikasi.

Influenza ini BUKAN batuk pilek biasa (batpil, common cold, atau “kaze”, kata orang Jepang). Penyebab virusnya berbeda seperti yang saya cantumkan di tabel. Jadi kalau orang Jepang dengar kita dengan santainya bilang lagi “flu”, jangan heran mereka bisa kaget dan langsung jaga jarak.

“Terus, kenapa influenza mesti diwaspadai?”. Jawabnya simple, “influenza can kill you”. Tahun 1918 ada pandemik influenza dikenal dengan nama “Spanish flu”. Saat itu virus influenza sanggup membunuh 25 juta orang hanya dalam waktu 25 minggu sejak terjadinya wabah (bandingkan dengan virus HIV/AIDS yang juga bisa membunuh 25 juta orang, tapi dalam 25 tahun). Begitu cepatnya virus influenza menyebar dan membunuh sekian banyak orang sehingga pandemik saat itu digambarkan sebagai “The greatest medical holocaust in history. The mother of all pandemics” [Ref 2,3]

Kejadian Spanish flu ini yang kemudian dijadikan patokan untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama saat pandemik Covid-19 mulai tiga tahun lalu. Covid-19 sendiri dikatakan sudah mengambil alih rekor angka kematian yang disebabkan oleh Spanish flu di penduduk Amerika. [Ref 4]

Pandemik influenza tahun 1918 tersebut disebabkan oleh virus tipe A/H1N1. Wabah influenza yang disebabkan oleh virus H1N1 ini sempat terjadi lagi tahun 2009, dikenal dengan nama “2009 swine flu, Mexico’s swine flu”. Saat itu WHO mengumumkan status “worldwide pandemic alert” dan mengeluarkan larangan untuk tidak berpergian ke Mexico.  Jepang mengeluarkan kebijakan untuk memantau semua pendatang dari negara-negara yang dilaporkan ditemukan kasus swine flu. Untungnya saat itu public health response lebih sigap sehingga wabah bisa segera dikendalikan. Vaksin terhadap strain H1N1 tersebut juga segera dibuat dan hingga sekarang turunan strain H1N1 ini selalu dimasukkan dalam isi vaksin influenza setiap tahun.

Selain strain H1N1, strain influenza lain yang pernah tercatat menyebabkan wabah adalah tipe A/H3N2. Strain H3N2 ini pernah menyebabkan wabah di Hong Kong tahun 1968-1969, Fujian-China tahun 2003-2004, dan terus muncul di hampir setiap musim influenza.  [Ref 6].

Virus influenza punya kemampuan yang dikenal dengan istilah “antigenic drift”. Disini virus konsisten membuat perubahan/mutasi genetik kecil (small changes) di permukaan protein virus. Akibatnya, antibody tubuh bisa gagal mengenali dan si virus lolos dari sistem pertahanan tubuh.  Antigenic drift ini juga yang menjadi alasan kenapa orang bisa terkena influenza beberapa kali, dan kenapa isi vaksin influenza sendiri setiap tahunpun juga berubah. Isi vaksin influenza biasanya disesuaikan dengan data strain virus influenza yang sedang atau diperkirakan akan mewabah pada tahun tersebut. Oh ya, sejak tahun 2008 kita punya pusat global terpadu tempat pencatatan dan pemantauan data genomic influenza virus yang dikenal sebagai GISAID (Global Initiative on Sharing Avian Influenza Data). Saat pertama kalinya Covid-19 merebak, para ahli sempat kebingungan bagaimana share data genomic virus SARS-CoV-2 dan akhirnya pinjam tempat di GISAID. Dari sinilah data genomic SARS-CoV-2 bisa diakses oleh seluruh peneliti di berbagai dunia, dan berbagai penelitian bisa dimulai hingga akhirnya menghasilkan vaksin Covid-19. [Ref 7]

Covid-19 sendiri sepertinya akan mirip polanya dengan influenza karena virusnya juga secara konsisten mengalami mutasi. Tapi, jangan berkecil hati. Ilmu pengetahuan medis, genetik, epidemiologi, dan teknologi juga berkembang. Para ahli di berbagai negara berusaha sebaiknya mengatasi berbagai penyakit. Tinggal sisanya apakah kita akan ikut mendukung dan berupaya belajar dari ilmu pengetahuan yang terus berkembang, atau ya jalan di tempat berbekal informasi yang mungkin sudah tidak tepat lagi? Balik ke diri masing-masing deh ya.




Salam sehat selalu,

Tokyo, 07 Oktober 2022

Dr. Kathryn Effendi

References:

1. https://www.forbes.com/sites/brucelee/2022/08/20/australias-bad-flu-season-raises-twindemic-concerns-for-us-winter-2022/

2. https://en.wikipedia.org/wiki/Spanish_flu

3. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3291398/

4. https://www.nationalgeographic.com/history/article/covid-19-is-now-the-deadliest-pandemic-in-us-history

5. https://en.wikipedia.org/wiki/2009_swine_flu_pandemic

6. https://en.wikipedia.org/wiki/Influenza_A_virus_subtype_H3N2

7. https://en.wikipedia.org/wiki/GISAID

Wednesday, September 14, 2022

Omicron-Targeted Vaccines

[Update] 12 November 2022

1. Vaksin Omicron yang digunakan di Jepang saat ini sudah beralih menggunakan varian BA.4/BA.5. Vaksin Omicron sudah dapat diterima sebagai vaksin ketiga, keempat, atau kelima.
2. Perlu diperhatikan, 𝐯𝐚𝐤𝐬𝐢𝐧 𝐤𝐨𝐧𝐯𝐞𝐧𝐬𝐢𝐨𝐧𝐚𝐥 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐦𝐚 𝐢𝐧𝐢 𝐝𝐢𝐠𝐮𝐧𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐛𝐚𝐠𝐚𝐢 𝐯𝐚𝐤𝐬𝐢𝐧 𝐤𝐞𝐬𝐚𝐭𝐮 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐝𝐮𝐚 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐛𝐞𝐫𝐚𝐤𝐡𝐢𝐫 𝐦𝐚𝐬𝐚 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐠𝐮𝐧𝐚𝐚𝐧𝐧𝐲𝐚 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧 𝐢𝐧𝐢 - sampai Desember 2022. Setelah itu tidak akan dipergunakan lagi.

Sementara bagi yang belum menerima vaksin kesatu dan kedua TIDAK boleh menerima vaksin Omicron yang ketiga. Jadi sebaiknya segera bereskan vaksin kesatu, kedua. Atau menunggu hingga vaksin Omicron bisa disahkan penggunaanya sebagai vaksin kesatu dan kedua.

-----------------------------------

Omicron-Targeted Vaccines

Pasti sudah dengar ya tentang vaksin Covid-19 baru yang sudah resmi mendapatkan approval dari MHLW (12 September 2022) untuk digunakan sebagai vaksin booster di Jepang. [Ref1]. Vaksin baru ini disebut sebagai vaksin Omicron, sedangkan vaksin lama sebelumnya disebut sebagai vaksin original/konvensional (従来ワクチン). Sesuai namanya, vaksin baru tersebut mentargetkan protein permukaan (spike protein) dari variant Omicron yang memang disebut sudah berubah banyak dari variant awal virus Covid-19.  

Berikut saya berikan beberapa data terkait vaksin baru ini:

1. Sama seperti vaksin original, vaksin Omicron juga merupakan vaksin menggunakan mRNA. Dikeluarkan baik oleh Pfizer maupun Moderna. Isi dari vaksin Omicron ini merupakan gabungan dari mRNA variant awal dan variant Omicron (bivalent vaccine).

- Moderna (mRNA-1273.214): 25 μg variant awal + 25 μg variant Omicron (dosis 0.5 ml)
- Pfizer (BNT162b2+BNT162b2 Omi): 15 μg variant awal + 15 μg variant Omicron (dosis 0.3 ml)

Sama seperti vaksin sebelumnya, jumlah volume mRNA di Moderna lebih banyak daripada Pfizer.

2. Kita tahu variant Omicron sendiri berevolusi dengan cepat sekali. Saat vaksin Omicron tersebut dibuat masih memakai strain original Omicron BA.1, sedangkan yang saat ini sedang merebak maupun menimbulkan gelombang kasus, sudah berasal dari strain BA.5 dan BA.4.

Vaksin Omicron yang masuk dan disahkan di Jepang adalah vaksin dengan strain original BA.1.

Di Amerika, pada akhir Agustus 2022 lalu FDA sudah memberikan approval untuk penggunaan vaksin Omicron yang memakai strain BA.5/BA.4 dari Moderna & Pfizer. [Ref3] Tetapi, pengesahan FDA terhadap vaksin dengan strain BA.5/BA.4 ini sedang menjadi sorotan banyak pihak karena vaksin yang sudah diperbarui ini belum diujicobakan secara klinis ke manusia. Saat ini FDA hanya bersandar pada data dari uji coba dengan binatang dan uji klinis ke manusia dengan versi strain BA.1 sebelumnya. [Ref4]
** Pfizer baru mengeluarkan press release resmi sudah memasukkan permohonan ke MHLW (13 September 2022) untuk izin penggunaan vaksin Omicron versi BA.5/BA.4 di Jepang. [Ref5]

3. Untuk vaksin Omicron dengan versi strain BA.1, sudah melalui tahapan uji klinis ke manusia meski belum dipakai secara global luas.  

Partisipan yang menerima vaksin Omicron sebagai vaksin booster ke-2 (vaksin keempat/fourth dose) dari:

Moderna; menunjukkan peningkatan 1.7 kali titer neutralizing antibody terhadap strain BA.1 dibandingkan vaksin mRNA konvensional

Pfizer; menunjukkan peningkatan 1.56~1.97 kali terhadap strain BA.1 dibandingkan vaksin mRNA konvensional.

Meskipun secara data ada peningkatan antibody terhadap strain Omicron, tetapi seberapa efektif vaksin tersebut bisa mencegah penularan/infeksi dari strain Omicron belum diketahui. [Ref2, 6]  

4. Menurut data yang dikeluarkan CDC (September 1-2, 2022 ACIP meeting) efek samping yang dilaporkan dari vaksin Omicron mirip dengan vaksin original sebelumnya. Gejala yang keluar seperti bengkak, sakit di lengan yang disuntik, malaise, sakit kepala, nyeri otot, dan demam. Efek samping yang jarang seperti inflamasi di otot jantung (myocarditis) saat ini belum diketahui karena jumlah target orang yang divaksinasi dengan vaksin baru ini belum banyak. [Ref 2,7]

5. Berikut persyaratan untuk menerima booster vaksin Omicron di Jepang

- Vaksin Omicron bisa diterima sebagai booster untuk orang yang sudah minimal menerima dua kali vaksin lengkap. Jadi boleh diterima sebagai vaksin ketiga atau keempat.

- Jarak pemberian vaksin sekurangnya 5 bulan sejak jadwal vaksin terakhir, tetapi saat ini sedang ada wacana untuk memperpendek jarak waktu pemberian menjadi 2 bulan. [Ref8]
Seperti sebelumnya, vaksin bisa diterima jika sudah menerima kupon vaksinasi yang didistribusikan oleh pemerintah wilayah tempat tinggal masing-masing.

- Booster dengan vaksin Omicron bisa diterima oleh semua orang berusia dari usia 12 tahun ke atas. Saya sertakan di foto contoh flow chart target peserta penerima vaksin Omicron.

** Pfizer dapat diterima usia 12-18 tahun, sedangkan Moderna mulai dari 18 tahun ke atas.

----

Semoga rangkuman vaksin Omicron ini bisa jadi referensi bahan pertimbangan untuk yang ingin mengambil vaksin booster. Jika ada yang sudah mengambil vaksin keempat dengan vaksin original Pfizer/Moderna, tidak perlu merasa panik karena efektivitas vaksin untuk mencegah kondisi memberat jika terkena infeksi sama saja.

Jadwal pemberian vaksin Omicron ini akan bersamaan waktunya dengan jadwal vaksin tahunan influenza yang biasanya mulai dibuka dari bulan Oktober. Saat ini dikatakan kalau vaksin Omicron dan influenza boleh diterima bersamaan, tetapi saya pribadi masih memilih untuk sebisanya buka jeda (minimal 2 minggu) antara kedua vaksin. [Ref9].
FYI, tahun ini Australia mengalami kenaikan kasus influenza pertama kalinya sejak masa pandemik.  Biasanya pola kasus influenza di belahan bumi Selatan yang lebih dulu memasuki musim dingin memberi gambaran pola influenza di US atau Jepang. Entah bagaimana jadinya tahun ini, mari kita pantau bersama.  [Ref10]

Tetap jaga kesehatan untuk semuanya dan selamat menyambut musim gugur yang sejuk.  


“Stay Safe, Get Informed, and Be Wise”

Tokyo, 14 September 2022

Dr. Kathryn Effendi

#kesehatanwibj

#wibjcovid19

References

1. https://www.yomiuri.co.jp/medical/20220912-OYT1T50161/

2. https://news.yahoo.co.jp/byline/kutsunasatoshi/20220904-00313332

3. https://www.fda.gov/news-events/press-announcements/coronavirus-covid-19-update-fda-authorizes-moderna-pfizer-biontech-bivalent-covid-19-vaccines-use

4. https://www.science.org/content/article/omicron-booster-shots-are-coming-lots-questions

5. https://www.pfizer.co.jp/pfizer/index.html

6. https://www.pfizer.com/news/press-release/press-release-detail/pfizer-and-biontech-announce-omicron-adapted-covid-19

7. https://www.cdc.gov/vaccines/acip/meetings/slides-2022-09-01-02.html

8. https://www3.nhk.or.jp/news/html/20220912/k10013814301000.html

9. https://www.nhk.or.jp/shutoken/newsup/20220901b.html

10. https://www.nbcnews.com/health/health-news/australia-flu-season-warning-sign-us-this-year-rcna40123

Sunday, August 7, 2022

Monkeypox Outbreak 2022 – A Short Review

 

Monkeypox Outbreak 2022 – A Short Review

Belakangan bertubi-tubi seolah ada saja virus baru yang muncul ya. Belum selesai pandemik Covid-19, muncul laporan hepatitis akut pada anak-anak. Belum tuntas masalah hepatitis akut ini, sudah muncul lagi cacar monyet atau monkeypox yang ditetapkan sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) oleh WHO pada 23 Juli 2022.

Monkeypox sebenarnya bukan penyakit baru. Di sebuah journal ilmiah tahun 1973, dikatakan penyakit ini pertama kali diidentifikasi pada koloni kera di Copenhagen tahun 1958 dan sejak itu diberi nama “monkeypox”. [Ref1]

Monkeypox merupakan penyakit zoonosis viral, penyakit yang menular dari hewan yang sudah terinfeksi ke manusia. Sebenarnya diduga jika reservoir awal hewan ini justru hewan pengerat (rodents), bukan monyet. Hanya kebetulan saja monyet juga bisa terinfeksi. Sehingga banyak ahli yang mengatakan penamaan monkeypox ini sebenarnya tidak tepat.

Monkeypox tidak ada hubungan dengan Chickenpox, meskipun terkesan namanya mirip, tapi keduanya berasal dari golongan virus yang berbeda. Monkeypox virus berasal dari golongan orthopoxvirus, sedangkan chickenpox disebabkan oleh varicella-zoster virus. Monkeypox virus justru lebih dekat dengan smallpox virus karena berasal dari golongan yang sama. Smallpox sendiri sudah berhasil direadikasi berkat program vaksinasi. Kasus penularan alami terakhir dilaporkan tahun 1977, dan tahun 1980 WHO mengeluarkan pernyataan keberhasilan eradikasi smallpox. [Ref2]

Penularan Monkeypox bisa terjadi dari hewan ke manusia dan antar manusia melalui kontak fisik langsung & erat dengan penderita. Adanya kontak langsung dengan cairan tubuh, luka, ataupun dengan material yang sudah terkontaminasi.

Human-to-human transmission occurs through close or direct physical contact (face-to-face, skin-to-skin, mouth-to-mouth, mouth-to-skin) with infectious lesions or mucocutaneous ulcers including during sexual activity, respiratory droplets (and possibly short-range aerosols), or contact with contaminated materials (e.g., linens, bedding, electronics, clothing, sex toys). [Ref3]

 Sementara ini, kebanyakan dari kasus yang dilaporkan terjadi di pria dengan usia relatif muda (20s~40s). Laporan dari 528 kasus (16 negara) mengatakan 98% terjadi pada pria gay atau biseksual dengan usia rata-rata 38 tahun. [Ref4, 5]  
*Jangan stigmatisasi ya. Pada dasarnya semua orang bisa kena dan menularkan monkeypox.

Sejak Mei 2022, laporan adanya kasus Monkeypox meningkat dengan cepat di banyak negara yang akhirnya memicu WHO mengeluarkan PHEIC. Pada bulan Juni 2022 ada publikasi studi yang menganalisa evolusi phylogenomic dari monkeypox virus (MPXV). Hasilnya, monkeypox virus yang terdeteksi saat ini ternyata sudah berevolusi dan berbeda dengan virus sebelumnya yang diisolasi di Nigeria tahun 2018. Evolusi ini diduga meningkatkan kemampuan adaptasi virus dalam penyebaran antar manusia.  

“Notably, the 2022 MPXV diverges from the related 2018–2019 viruses by a mean of 50 single-nucleotide polymorphisms (SNPs), which is far more (roughly 6–12-fold more) than one would expect considering previous estimates of the substitution rate for Orthopoxviruses (1–2 substitutions per genome per year). Such a divergent branch might represent accelerated evolution[Ref 6]

Di Jepang 25 Juli 2022, keluar laporan pertama ada kasus Monkeypox di dalam negeri. Di kasus ini pasien pria usia 30 tahunan, ada riwayat perjalanan ke Eropa dan riwayat kontak dengan orang yang ternyata juga terinfeksi Monkeypox sebelum kembali ke Jepang. [Ref 7]
Menyusul 28 Juli 2022, kasus kedua pada pria (30s) yang juga baru kembali dari perjalanan di luar negeri, dan 5 Agustus 2022 dilaporkan kasus ketiga pada pria (20s) ada riwayat kontak dengan visitor yang datang dari luar Jepang. [Ref 8, 9}

Bagaimana gejala monkeypox?

Gejala monkeypox, smallpox, atau chickenpox (varicella) mirip-mirip, sehingga sering sulit dibedakan. Berikut saya cantumkan tabel dari sebuah journal di tahun 2014 yang membandingkan gejala ketiganya. [Ref 10] 

Umumnya rash/ruam di monkeypox timbul beberapa hari setelah gejala pendahuluan seperti demam, sakit kepala, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Ruam yang keluar di tubuh sering terjadi pada fase/stage yang sama, dimulai dari ruam merah, berubah menjadi lenting vesikel berisi cairan dan akan berubah mengering membentuk keropeng di kulit. Lokasi timbul ruam yang paling sering dilaporkan di sekitar anus, area genital (73%), diikuti oleh badan/kaki (55%), wajah (25%) dan telapak tangan/kaki (10%). [Ref 4]

 

---

Demikian sementara rangkuman tentang monkeypox. Semoga bisa membantu ya.

Saya berharap monkeypox tidak meluas dan peak gelombang Covid-19 saat ini juga bisa segera turun. Tidak hanya pelaku ekonomi, travel, dsb yang capai dengan kondisi seperti ini, tenaga kesehatan juga capai. Saya membaca ada komentar yang seolah mengolok-olok nakes; pakai pakaian lucu mirip astronot, bikin muak, takut berlebihan, dsb. Mereka yang bekerja sambil berusaha melindungi dirinya sendiri bisa jadi punya penyakit bawaan yang beresiko fatal jika terkena Covid. Ada lho nakes yang harus suntik insulin, ada yang sedang dalam siklus pengobatan kanker, ada juga yang berusaha menjaga keluarga mereka karena harus tinggal bersama ibunya yang usia lanjut, ada yang anaknya punya penyakit bawaan, dsb.

Covid-19 sendiri tidak sama dengan influenza. The Office for National Statistics (ONS) di UK sudah mengeluarkan laporan, there have been more deaths due to COVID-19 than flu in every year since 1929. They noted that 73,766 deaths in 2020 were due to COVID-19, and 67,258 in 2021, while there were 73,212 deaths due to flu in 1929” [Ref 11]

Kita beruntung saat ini mutasi virus dengan strain Omicron menyebabkan gejala yang lebih ringan dibandingkan strain Delta sebelumnya.  Saya sendiri sudah kehilangan keluarga, teman sekolah, teman sejawat, dosen, selama masa pandemik ini. Semoga situasi yang sulit untuk semua orang ini menjadikan kita lebih bijaksana dan punya empati untuk orang lain, bukan sebaliknya.

“Don’t Panic – Stay Alert – Get Informed, and Be Wise”

Tokyo, 07 Agustus 2021

Dr. Kathryn Effendi


References

1. https://journals.asm.org/doi/epdf/10.1128/br.37.1.1-18.1973

2. https://www.niaid.nih.gov/diseases-conditions/smallpox

3. https://www.who.int/emergencies/disease-outbreak-news/item/2022-DON393

4. https://news.yahoo.co.jp/byline/kutsunasatoshi/20220725-00307278

5. NEJM: DOI: 10.1056/NEJMoa2207323

6.  https://www.nature.com/articles/s41591-022-01907-y
7.  https://www.japantimes.co.jp/news/2022/07/25/national/japan-monkeypox-outbreak-preparation/

8. https://www.asahi.com/ajw/articles/14681792

9. https://mainichi.jp/english/articles/20220806/p2a/00m/0na/001000c

10. https://academic.oup.com/cid/article/58/2/260/335791

11. https://www.ons.gov.uk/peoplepopulationandcommunity/healthandsocialcare/conditionsanddiseases/articles/howcoronaviruscovid19compareswithfluasacauseofdeath/2022-05-23

 

 

 

Wednesday, July 27, 2022

Seventh Wave of Covid-19 in Japan

 Seventh Wave of Covid-19 in Japan

Ingat “I’ll be back” Ucapan terkenal yang diucapkan aktor Arnold Schwarzenegger dalam film The Terminator? Saya bayangkan kalau di setiap akhir episode gelombang si virus SARS-CoV-2 bicara seperti ini ke kita semua dan dia kembali dalam bentuk mutasi yang tidak terkendali 😨

Saat ini kita tengah berada di gelombang ketujuh di Jepang dan varian virus yang saat ini sedang naik jumlahnya adalah BA.5 (substrain dari Omicron). Di Tokyo, varian BA.5 ini diduga sudah mencapai sekitar 70% dari kasus yang ada. Dari data-data penelitian se

mentara ini gejala dari varian BA.5 ini tidak banyak berbeda dengan varian awal Omicron, BA.1, BA.2. Tetapi jumlah pasien yang melaporkan ada gejala seperti hidung meler, batuk, demam, sakit kepala, hilang indra perasa, dsb lebih banyak dibandingkan varian sebelumnya. Selain itu durasi gejala dilaporkan lebih panjang. Jadi sebelumnya gejala rata-rata sekitar 5 harian, pada BA.5 ini sekitar 7 harian. [Ref 1]

Data ini terus terang bikin khawatir juga karena justu baru keluar keputusan waktu isolasi mandiri untuk orang dengan kontak erat diperpendek menjadi 5 hari, dan bahkan akan menjadi 3 hari jika tes antigen negatif dalam 2 hari berturut-turut [Ref2]. Ini dilakukan karena tingkat penularan yang tinggi dan dikhawatirkan akan menganggu aktivitas sosial ekonomi jika banyak orang yang harus isolasi dalam waktu lama.

Saya rasa memang sulit ya memilih kebijakan yang tepat pada saat ini. Jadi berpulang ke kita masing-masing. Berusaha untuk menilai situasi, kondisi, resiko yang dihadapi, dan mengatur pencegahan yang diperlukan.

Sekedar informasi, per 26 Juli 2022, angka positivity rate (検査の陽性率) untuk Tokyo tercatat 50.2%. Sedangkan di Kyoto, sudah tercatat 96.2%. Positivity Rate ini angka yang membantu kita untuk menilai situasi yang ada. Semakin tinggi angka positivity rate, semakin tinggi kemungkinan kita akan bertemu dengan orang yang positif di sekitar kita.

Lalu berapa dong batasan positivity rate yang bisa dianggap tinggi? Berdasarkan artikel dari Johns Hopkins, “As a rule of thumb, however, one threshold for the percent positive being “too high” is 5%.” [Ref3]

Bagaimana dengan vaksin?

Seperti yang sudah saya tulis sebelumnya, vaksin diharapkan bisa melatih sel memori (adaptive immunity) dan akhirnya bisa mencegah kondisi memburuk, kematian, atau perlu masuk RS pada orang yang terkena Covid-19. Ini target yang ingin dicapai melalui booster. [Ref4]

Terkait booster vaksin ketiga, saya share info hasil uji klinis pengukuran titer antibody 6 bulan setelah booster di tempat saya. Sama seperti vaksin sebelumnya, ada penurunan titer antibody. Tetapi, dibandingkan dengan penurunan titer antibody pasca suntikan kedua, penurunan setelah booster lebih landai dan nilai titer antibody juga sudah berada di posisi yang lebih tinggi dibandingkan sebelumnya. Kecenderungan penurunan antibody sendiri memang sudah diperkirakan dari data publikasi sebelumnya. [Ref5]

Lalu bagaimana dengan vaksin keempat?

Saya rasa sudah banyak yang menerima pemberitahuan tentang vaksin keempat ya. Pemberitahuan ini dibagikan ke semua penduduk, dan yang memenuhi kriteria target seperti di bawah ini bisa lalu mengirim balik surat permohonan untuk mengambil vaksin tersebut. Baru setelah itu akan datang kupon vaksin yang bisa digunakan mengambil vaksin.

Kriteria target saat ini:  

1. Untuk orang yang berusia 60 tahun ke atas

2. Untuk orang yang berusia 18-60 tahun dengan kondisi memiliki penyakit penyerta. (orang yang secara medis beresiko tinggi akan mempunyai gejala berat jika terkena Covid-19). Contohnya: orang dengan penyakit kronis paru, liver seperti cirrhosis hepatis, diabetes dengan terapi insulin rutin, penyakit kelainan darah, orang yang dalam pengobatan imunosupresif, orang dengan disabilitas fisik karena penyakit neuromuscular, obesitas (BMI lebih dari 30), dsb. Jika ingin mengetahui lebih detil tentang penyakit penyerta, bisa lihat di link referensi no.6 di bawah tulisan ini. [Ref6]

3. Tenaga kesehatan

Sebelumnya tenaga kesehatan tidak termasuk target vaksin selama tidak memenuhi dua kriteria di atas. Tetapi karena tingkat penularan saat ini terus meningkat, sejak 22 Juli 2022 semua tenaga kesehatan bisa mengambil vaksin keempat. [Ref7]

Di wilayah tempat saya tinggal sudah diumumkan pembagian kupon vaksinasi keempat langsung untuk yang memenuhi kriteria target di atas.

Apa yang harus kita lakukan menghadapi situasi saat ini?

Situasi penularan memang meluas di mana mana, tidak hanya di Jepang tapi juga di negara-negara lain. Meski varian BA.5 dilaporkan mirip dengan strain Omicron yang bergejala ringan, di Portugal varian BA.5 ini menyebabkan angka kematian yang tinggi. [Ref8]

Saat ini mungkin sulit untuk menghindari infeksi, tapi setidaknya mari berusaha ingat selalu untuk:

- menghindari 3Cs: “密閉 (mippei-closed spaces) - 密集 (misshu-crowded places) - 密接 (missetsu – close-range, close-contact settings)”

- mengurangi waktu makan, minum sambil ngobrol dengan orang banyak yang mengharuskan lepas masker

- jaga kebersihan, jangan lupa cuci tangan

Lebih berhati-hati jika ada anggota keluarga yang beresiko memberat seperti lansia dan anak-anak di bawah usia 5 tahun yang saat ini belum menjadi target pemberian vaksin. Belum lama ini ada laporan dari Singapore, seorang anak perempuan usia 4 tahun yang meninggal karena radang paru/pneumonia oleh Covid-19. Anak perempuan ini dilaporkan tidak mempunyai penyakit penyerta dan sebelumnya sehat. [Ref9]

--

Pencegahan infeksi seperti di atas semoga juga bisa mencegah penularan monkeypox yang baru saja diumumkan juga ditemukan di Jepang ya. Nanti menyusul saya tuliskan lagi tentang monkeypox.

Jangan bosan baca tulisan saya ya. I’ll be back!😎

“Stay Safe, Get Informed, and Be Wise”

Tokyo, 27 July 2022

#kesehatanwibj

#wibjcovid19

 

References:

1. https://news.yahoo.co.jp/byline/kutsunasatoshi/20220718-00306174

2. https://www3.nhk.or.jp/news/html/20220722/k10013731671000.html

3. https://www.jhsph.edu/covid-19/articles/covid-19-testing-understanding-the-percent-positive.html

4. https://jamanetwork.com/journals/jama/fullarticle/2788105

5. DOI: 10.1056/NEJMc2202542

6. https://www.cov19-vaccine.mhlw.go.jp/qa/uploads/220325_0098.pdf

7.  https://www.mhlw.go.jp/stf/seisakunitsuite/bunya/vaccine_fourth-dose.html

8. https://www.theguardian.com/world/2022/jun/03/omicron-covid-subvariant-drives-spike-in-cases-and-deaths-in-portgual

9. https://www.straitstimes.com/singapore/four-year-old-girl-dies-after-getting-covid-19-second-death-in-singapore-of-patient-under-12

Saturday, June 11, 2022

Health Risks of Smoking and Drinking

 SMOKING AND DRINKING
- Double Trouble Elevating Cancer Risk -

Tidak terasa sudah memasuki bulan Juni, sudah separuh jalan menuju akhir tahun 2022. Hari Minggu pertama di bulan Juni dijadikan sebagai“National Cancer Survivors Day”; kegiatan tahunan yang dimulai di Amerika dan mulai menyebar ke negara-negara lain. Bulan Juni juga secara khusus dijadikan sebagai “National Cancer Survivors Month” .
Mari kita pakai  bulan Juni ini untuk menyapa, memberikan perhatian dan semangat ke keluarga maupun teman-teman di sekitar kita yang pernah atau yang saat ini sedang berjuang melawan kanker 💝

Di tulisan ini saya ingin mengingatkan kembali dua faktor resiko yang sering dikaitkan dengan kejadian kanker yakni, rokok dan alkohol.

Saya yakin kita semua sudah tahu ya tentang bahaya rokok pada kesehatan. Pada perokok aktif, merokok tidak hanya terkait dengan kanker paru, tetapi juga kanker esofagus, kanker naso/orofaring, kanker lambung, kanker hati, kanker pankreas, kanker rahim, kanker kandung kemih. Bahkan menurut penelitian dari MHLW thn 2016, pada kanker-kanker tersebut di atas sudah bisa ditarik hubungan sebab-akibat yang jelas dengan rokok berdasarkan bukti-bukti ilmiah yang ada.

(Level1: Scientific evidence is sufficient to estimate causality). [1] 

Tidak heran Prof. Nakagawa, seorang dokter radiologi di Tokyo University mengatakan, “喫煙はゆるやかな自殺” - Merokok identik degan melakukan bunuh diri perlahan-lahan. [2]

Tidak hanya perokok aktif, hubungan sebab-akibat yang jelas antara rokok dengan kanker paru-paru juga terjadi di perokok pasif atau secondhand smoking. Perokok pasif juga memiliki resiko terkena kanker payudara dan kanker naso/orofaring.

Selain itu kita juga mengenal adanya thirdhand smoking. Meski merokok dilakukan di luar rumah dan tidak dekat orang lain, TETAP ADA residu sisa nikotin rokok. Residu ini bisa menempel di baju, gorden, karpet, sofa, dsb; dan tidak hilang hanya dengan mengganti sirkulasi udara (buka jendela). Residu rokok ini juga berpotensi memicu gangguan kesehatan, dan diduga berpotensi sebagai faktor penyebab kanker “cancer causing compounds”.

Thirdhand smoking mendapat perhatian luas sejak diulas potensi bahaya ke anak-anak dalam journal Pediatrics (2009). “Children are especially susceptible to thirdhand smoke exposure because they breathe near, crawl and play on, touch, and mouth contaminated surfaces.” [3]

Bagaimana dengan alkohol?

Alkohol yang masuk ke dalam tubuh akan dimetabolisme menjadi senyawa yang dikenal dengan nama acetaldehyde, produk toksik yang sudah digolongkan sebagai karsinogenik. Alkohol sudah diklasifikasikan sebagai Group 1 carcinogen oleh WHO-International Agency for Research on Cancer sejak tahun 2009.

(Group1 carcinogen: the agent is carcinogenic to humans). [4]

Penumpukan acetaldehyde dalam tubuh ini mengakibatkan wajah memerah (red face/facial flushing) setelah minum alkohol. Hal ini disebabkan adanya defek dari gen aldehylde dehydrogenase 2 (ALDH2) yang seharusnya bertugas memecah acetaldehyde dalam tubuh. Umumnya penduduk Asia (Japanese, Chinese, Korean) banyak yang memiliki defek dari gen ALDH2 hingga dikenal istilah “Asian flush”
Laporan review tahun 2017 yang melibatkan 89,376 partisipan dari 10 penelitian yang berbeda, menyatakan kalau wajah yang memerah setelah minum alkohol berkorelasi dengan resiko terkena kanker yang lebih tinggi pada pria di Asia, terutama kanker esofagus. [5]

Bagaimana dong kalau suka atau harus minum berkaitan dengan pekerjaan?
Bisa membatasi diri, itu kuncinya.  Hindari minum berlebihan dan rutin, apalagi jika wajah selalu memerah setelah minum. Aktor Imai Masayuki yang meninggal karena kanker usus besar di usia 54 tahun dikenal sebagai peminum berat (heavy drinker). Aktris Kawashima Naomi, meninggal di usia 54 tahun karena kanker saluran empedu juga dikenal sebagai penyuka wine (wine lover).  [2]

Tahun 2008 ada laporan meta-analysis di Jepang yang menunjukkan, baik pria maupun wanita yang minum alkohol beresiko lebih tinggi terkena kanker usus besar. Semakin tinggi jumlah alkohol yang diminum (>23 g/hari), semakin terlihat naiknya resiko terkena kanker usus kolorektal.

“In summary, this pooled analysis of data from large prospective studies carried out in Japan confirmed that alcohol drinking is associated with increased risk of colorectal cancer in a dose-response manner in men and women.” [6]


Nah bagaimana jika seorang perokok juga minum alkohol?

Rokok dan alkohol ini duet maut.

Kombinasi merokok dan minum alkohol menyebabkan kerusakan sel tubuh lebih banyak. Pada perokok dan peminum alkohol. di tubuh tidak hanya terbentuk acetaldehyde yang toksik tapi juga secara simultan tubuh lebih mudah menyerap kandungan zat karsinogenik pada rokok. [7]

Saya share beberapa kasus nyata yang saya temui dalam pekerjaan saya sehari-hari.

  • Pasien pria, 75 tahun. Riwayat merokok 60 batang perhari sampai usia 41 thn. Riwayat minum alkohol 1-2 kali seminggu. Pada usia 60 thn, terkena kanker esofagus, menjalani terapi. Usia 73 thn didiagnosa kanker hipofaring, kembali menjalani terapi. Usia 75 thn, ditemukan nodul di hati melalui pemeriksaan MRI. Hasil pemeriksaan patologi memastikan nodul tersebut adalah kanker hati.
  • Pasien pria, 68 tahun. Riwayat merokok 40 batang perhari selama 40 tahun. Riwayat minum alkohol setiap hari. Riwayat diabetes mellitus (penyakit gula/kencing manis). Tidak ada riwayat hepatitis virus. Ditemukan nodul di hati melalui pemeriksan MRI, dan pemeriksaan patologi memastikan diagnosa kanker hati.

---

Kebiasaan merokok dan minum alkohol merupakan bagian dari gaya hidup sehari-hari yang sebenarnya bisa kita kendalikan. Seseorang yang merokok sekaligus minum alkohol tanpa batasan mungkin boleh dianggap sudah dengan sadar mengundang “tamu” kanker hadir ke dalam kehidupannya.

Memang tidak semua yang merokok dan minum alkohol pasti terkena kanker. Tetapi, sudah terbukti juga secara ilmiah ada kaitan jelas antara rokok, alkohol dengan kanker. Akhirnya semua balik ke diri masing-masing, apakah kita mau mengambil resiko tersebut?

 

Tokyo, 11 Juni 2022

Dr. Kathryn Effendi


References:

1. https://ganjoho.jp/public/pre_scr/cause_prevention/smoking/tobacco02.html

2. 最強最高のがん知識 (中川恵一)

3. Beliefs about the health effects of "thirdhand" smoke and home smoking bans. Pediatrics. 2009 Jan;123(1):e74-9. doi: 10.1542/peds.2008-2184.

4. https://www.iarc.who.int/wp-ontent/uploads/2018/07/pr196_E.pdf

5. Facial flushing after alcohol consumption and the risk of cancer: A meta-analysis. Medicine (Baltimore). 2017 Mar;96(13):e6506. doi: 10.1097/MD.0000000000006506.

6. Research Group for Development and Evaluation of Cancer Prevention Strategies in Japan. Alcohol drinking and colorectal cancer in Japanese: a pooled analysis of results from five cohort studies. Am J Epidemiol. 2008 Jun 15;167(12):1397-406. doi: 10.1093/aje/kwn073.

7. https://www.cancerresearchuk.org/about-cancer/causes-of-cancer/alcohol-and-cancer/does-alcohol-cause-cancer

Tuesday, May 17, 2022

Recent Updates on Acute Hepatitis in Children (May 16, 2022)

Perkembangan Hipotesis Terkait Hepatitis Akut pada Anak-anak

- Update May 16, 2022 -

Menyambung tulisan saya sebelumnya tentang hepatitis akut di anak-anak, saya sharing beberapa perkembangan update hipotesis terkait hal tersebut.

1. A case report (May 2022 - Journal of Pediatrics Gastroenterology and Nutrition)

Anak perempuan usia 3 tahun, mengalami autoimmune hepatitis setelah sebelumnya terkena infeksi SARS-CoV-2. Tiga minggu sebelum keluar gejala hepatitis, anak tersebut didiagnosa Covid-19 melalui pemeriksaan PCR, mengalami demam ringan dan batuk. Tidak masuk RS dan gejala dilaporkan membaik dalam 5 hari. Tetapi, 2 minggu kemudian anak ini mulai mengalami gejala hepatitis seperti fatigue, jaundice (kuning) dan hasil laboratory juga menunjukkan peningkatan drastis enzim di hati. Hasil test virologi dan histologi konsisten dengan autoimmune hepatitis.

“Although it is impossible to directly prove that SARS-CoV-2 infection caused AIH in this patient, the temporal association of infection with subsequent liver failure cannot be ignored. This case highlights a possible association between SARS-CoV-2 infection and subsequent development of autoimmune liver disease presenting with acute liver failure

[Osborn, Julie MD*; Szabo, Sara MD†; Peters, Anna L. MD, PhD*,‡ Pediatric Acute Liver Failure Due to Type 2 Autoimmune Hepatitis Associated With SARS-CoV-2 Infection: A Case Report, JPGN Reports: May 2022 - Volume 3 - Issue 2 - p e204 doi: 10.1097/PG9.0000000000000204]



2. Article in Press (12 May 2022 – International Journal of Infectious Disease)

Prof Hiroshi Nishiura dari Kyoto University melakukan analisa statistik antara laporan kasus hepatitis dengan laporan angka kasus Omicron dari 38 negara yang tergabung dalam OECD (Organization for Economic Cooperation and Development). Negara-negara ini dipilih karena mempunyai sumber kapasitas yang baik untuk test virus dan laboratorium. Hasilnya, ada indikasi negara-negara yang melaporkan banyak kasus hepatitis juga memilki populasi kasus Omicron yang tinggi.

“An important limitation is that Omicron infections among children only have not been monitored consistently across countries, and instead we examined the cumulative number of Omicron cases for the entire population. Despite this limitation, the present ecological study has shown that prior exposure to Omicron variant may be associated with an increased risk of severe hepatitis among children, indicating a critical need to conduct cofactor studies.

(High population burden of Omicron variant (B.1.1.529) is associated with the emergence of severe hepatitis of unknown etiology in children. Published: May 12, 2022.

DOI: https://doi.org/10.1016/j.ijid.2022.05.028)

* Hasil penelitian dari Nishiura sensei ini juga sudah dipresentasikan dalam expert panel meeting bersama MHLW, 11 Mei 2022.

(https://news.yahoo.co.jp/articles/ea26d03cb317d073b2e148661f1f6778a7c9fed6)

* Nishiura sensei sejak awal muncul Covid memang tergabung dalam expert panel MHLW. Kalau ada yang ingat, beliau dulu terkenal sebagai “hachi (8) wari ojisan”



3. Correspondence article (13 May 2022 – The Lancet Gastroenterology & Hepatology).

Tulisan korespondensi di sini menuliskan hipotesis dugaan kemungkinan infeksi dari SARS-CoV-2 menyebabkan adanya “viral reservoir formation” Keberadaan reservoir di saluran pencernaan ini ini bisa menyebabkan release berulang dari protein virus yang menghasilkan aktivasi super-antigen sel imun.

Adanya tambahan co-infeksi dari virus lain (adenovirus misalnya) pada anak yang memiliki viral reservoir, berpotensi menimbukan efek/ trigger aktivasi super-antigen yang berat dan akhirnya terjadi hepatitis akut.

Hipotesis superantigen-mediated immune-cell activation ini sebenarnya berdasarkan hipotesis mekanisme terjadinya MIS-C (multisystem inflammatory syndrome) yang memang sejak dulu sudah dilaporkan sebagai resiko yang harus diwaspadai pada anak-anak yang terkena Covid-19.

“We hypothesise that the recently reported cases of severe acute hepatitis in children could be a consequence of adenovirus infection with intestinal trophism in children previously infected by SARS-CoV-2 and carrying viral reservoirs

(P Brodin, M Arditi. Severe acute hepatitis in children: investigate

SARS-CoV-2 superantigens. Lancet Gastroenterol Hepatol 2022; published online

May 13. https://doi.org/10.1016/S2468-1253(22)00166-2.)

* Pendapat saya pribadi, hipotesis ini mungkin bisa menjelaskan kenapa kasus hepatitis akut ini saat ini tidak massif; misalnya mungkin hanya terjadi pada anak yang memiliki viral reservoir, atau menjelaskan kenapa ada riwayat infeksi lain (tidak hanya adenovirus misalnya) bisa juga induksi hepatitis akut.
Sayangnya, ada studi serupa lain sebelumnya dari Boston children’s hospital yang tidak berhasil membuktikan adanya antigen SARS-CoV-2 di plasma pasien anak dengan infeksi akut Covid-19 atau MIS-C. Sehingga sementara teori superantigen ini pun belum bisa dipastikan. “Nothing is certain yet” kata tweet dari Prof Petter Brodin, author dari correspondence article di atas).

--

Meskipun belakangan laporan yang ada sepertinya mengarah ke kemungkinan adanya hubungan dengan infeksi Covid-19, hipotesis yang ada saat ini belum pasti. Berbagai faktor lain masih mungkin menjadi penyebab dan masih perlu investigasi lebih lanjut. Jumlah kasus yang dilaporkan juga masih termasuk jarang, jadi saat ini tidak perlu panik.

Mari kita gunakan informasi yang ada saat ini untuk membantu kita lebih “aware” terhadap kondisi anak-anak. Tetap jaga protokol kesehatan dan kebersihan sehari-hari.











“Don’t Panic – Stay Alert – Get Informed, and Be Wise”



Tokyo, 16 Mei 2022

Dr. Kathryn Effendi



Image: 日テレNews

(2022年5月12日午後4時半ごろ放送 news every.「知りたいッ!」より)

Saturday, May 7, 2022

Acute Hepatitis of Unknown Origin in Children


Acute Hepatitis of Unknown Origin in Children

- Summary May 4, 2022 -



Belakangan ini di banyak laporan dari berbagai negara tentang adanya kasus hepatitis akut pada anak-anak yang belum diketahui penyebabnya.

Pada 5 April 2022, Inggris pertama kali melaporkan adanya 10 kasus hepatitis akut pada anak usia di bawah 10 tahun yang tidak diketahui penyebabnya. Setelah laporan awal tersebut, data WHO per 21 April 2022, mencatat laporan yang sama dari 12 negara. Inggris (114 kasus), Spanyol (13), Israel (12), Amerika (9), Denmark (6), Ireland (<5), Belanda (4), Italy (4), Norway (2), France (2), Romania (1), dan Belgia (1 kasus). [1]

Jepang sendiri menyusul, laporan pertama pada 25 April 2022, dan kemudian per 28 April 2022, menjadi 3 kasus. [2]
Update: 6 Mei 2022 diberitakan ada tambahan 4 kasus baru. Di Jepang total menjadi 7 kasus saat ini.

Indonesia, kementerian kesehatan per 1 Mei 2022 telah mengedarkan surat kewaspadaan dengan adanya 3 kasus pasien anak di RSCM yang diduga meninggal karena hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya. [3]



Berikut saya ringkaskan beberapa data yang sementara ini diketahui

1. Kisaran usia anak yang terkena dari 1 bulan hingga 16 tahun.

Dari laporan kasus yang paling banyak saat ini di Inggris, rentang usia yang terkena kebanyakan usia 3-5 tahun (65.4%; median age: 3), dan separuhnya anak perempuan (54.3%).

Dari data saat ini belum ditemukani titik point penghubung yang sama dari semua kasus seperti riwayat penyakit, berpergian, makanan, kontak dengan hewan, pemakaian obat-obatan, maupun riwayat masalah immunodefisiensi. [4]

Sedangkan di Israel, 11 dari 12 kasus yang dilaporkan, memiliki riwayat pernah terinfeksi Covid-19 tahun lalu. Semua anak yang dirawat tidak termasuk dalam batasan umur untuk menerima vaksin Covid, sehingga kaitan dengan efek samping dari vaksinpun saat ini disingkirkan. [5]



2. Gejala yang dilaporkan:

- gejala gastrointestinal: sakit perut, diare, mual muntah, kuning/ jaundice disertai peningkatan kadar enzim di hati (AST/ALT lebih dari 500 IU/L)

- tidak terdeteksi adanya virus hepatitis yang selama ini sudah dikenal (non-hepatitis virus A, B, C, D, dan E).

- dari laporan di Inggris, dari 81 kasus, sekitar 29% ada gejala demam. Sedangkan di Skotlandia, tidak ada yang dilaporkan demam.

Di Inggris, 7 dari 81 kasus, di Eropa 5 dari 55 kasus dilaporkan memerlukan transplantasi hati. Menurut WHO, sekitar 10% kasus dilaporkan memerlukan tranplantasi hati. [6]



3. Beberapa hipotesis yang ada saat ini:

- Ada virus “baru” atau virus lama yang berubah pola infeksinya atau menjadi lebih ganas. Dalam wabah hepatitis akut saat ini, sementara yang dicurigai adalah “Adenovirus”. Adenovirus merupakan virus umum penyebab berbagai penyakit dari batuk pilek hingga infeksi mata. Pada kasus hepatitis akut saat ini, Adenovrirus F type 41 yang teridentifikasi dalam banyak kasus. Adenovirus type 41 umumnya menyebabkan diare, muntah, demam, tetapi selama ini tidak dikenal sebagai penyebab hepatitis akut pada anak-anak yang sehat.

- Karena memang masih dalam masa pandemik, kejadian hepatitis akut ini diduga juga berhubungan dengan infeksi Covid-19. Adanya riwayat pasca infeksi dari Covid-19 pada pasien anak di Israel, dan adanya kasus dengan ko-infeksi dari SARS-CoV-2 dan adenovirus, menjadi salah satu faktor yang mendapat perhatian saat ini. Apakah hepatitis akut ini juga bagian dari gejala pasca infeksi Covid atau yang dikenal sebagai long Covid juga sedang dalam penelitian.

Meski hubungan dengan infeksi Covid-19 masih diselidiki, hubungan dengan vaksin Covid-19 saat ini disingkirkan. Dari laporan yang ada, kejadian hepatitis akut ini sebagian besar terjadi pada anak-anak yang belum menerima vaksinasi Covid-19. Kebanyakan kasus terjadi di rentang usia 1-6 tahun yang memang tidak termasuk target untuk menerima vaksin Covid-19. [1,7,8]



4. Bagaimana mencegah hepatitis akut ini?

Saat ini jalur penularan yang jelas belum diketahui. Waspada dengan gejala-gejala hepatitis akut, secepatnya kontak dengan institusi kesehatan jika ada gejala yang dicurigai. Penularan virus secara umum (kontak langsung, penyebaran droplets dsb) bisa diantisipasi dengan tetap menjaga protokol kesehatan. Jaga kebersihan dan jangan lupa ingatkan sering cuci tangan, terutama pada anak-anak.

--

Demikian rangkuman data saat ini. Meski banyak yang belum kita ketahui, tapi dengan mengerti lebih baik masalah yang ada, semoga kita bisa mengantisipasi dengan lebih baik juga seandainya kita harus berhadapan dengan masalah tersebut.









“Don’t Panic – Stay Alert – Get Informed, and Be Wise”

Tokyo, 4 Mei 2022

Dr. Kathryn Effendi



References:

1. https://www.who.int/emergencies/disease-outbreak-news/item/2022-DON376

2. https://www.mhlw.go.jp/content/10906000/000935327.pdf

3. https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20220501/3939769/masyarakat-agar-waspada-setelah-3-pasien-anak-dengan-hepatitis-akut-meninggal-dunia/

4. UK Health Security Agency. Technical briefing: Investigation into acute hepatitis of unknown aetiology in children in England

5. https://www.haaretz.com/israel-news/israel-examining-12-cases-of-kids-hepatitis-after-who-warning-1.10752779

6. https://news.yahoo.co.jp/byline/kutsunasatoshi/20220430-00293832

7. https://www.reuters.com/article/factcheck-vaccines-health-idUSL2N2WJ18L

8. https://www.cdc.gov/mmwr/volumes/71/wr/mm7118e1.htm

Thursday, March 31, 2022

Antibody Titers After Covid-19 Vaccination

 Antibody Titers After Covid-19 Vaccination

Bertepatan dengan musimnya hanami, akhirnya puncak gelombang ke-6 pandemik mulai turun dan quasi-state of emergency di Jepang resmi dicabut. Semoga keadaan ini bisa bertahan cukup lama meski gelombang berikutnya sudah mengintai mengingat varian BA.2 Omicron sudah mulai meluas.

Di tulisan ini saya share update hasil uji klinis yang saya ikuti untuk mengukur titer antibody yang diinduksi oleh vaksin Covid-19. Semoga bisa jadi gambaran lebih gamblang bagaimana kenaikan antibody yang terjadi setelah vaksinasi. 

Sebelum menerima vaksin pertama di bulan Maret tahun lalu, saya diambil darahnya untuk cek titer immunoglobulin IgG terhadap Covid-19, dan setelah vaksin secara berkala dipantau titer antibody yang terbentuk.

Sebelum vaksin, titer saya di bawah ambang batas nilai antibody yang ditetapkan, atau dengan kata lain saat itu saya dianggap belum punya kekebalan terhadap Covid-19. Sekitar 3 minggu pasca suntikan dosis kedua, titer antibody saya naik cukup jauh melewati ambang batas nilai. Sayangnya, nilai antibody ini perlahan turun seiring dengan waktu.
Bulan Desember, pemerintah Jepang resmi melaksanakan vaksinasi ulangan (booster) untuk tenaga medis. Setelah menerima vaksinasi ulangan ini hasil titer antibody saya kembali naik tinggi melewati nilai setelah dua dosis vaksin sebelumnya. Setelah 8 minggu kemudian titer terlihat mulai menurun tapi masih lebih tinggi dari ambang batas nilai. [gambar atas]

Sampai kapan akan bertahan? Saya juga belum tahu, kita tunggu saja ya riset yang masih berlangsung.  

Jadi apa yang bisa diambil dari hasil ini?

1. Vaksinasi bisa menginduksi kenaikan titer antibody terhadap Covid-19.

Kenaikan titer antibody jelas terlihat sebelum dan sesudah vaksinasi. Vaksinasi ulangan booster juga terlihat berhasil menaikkan titer antibody lebih tinggi dibandingkan dengan titer antibody setelah dua dosis vaksinasi.

*Seluruh vaksinasi saya mendapatkan Pfizer, dan semuanya hampir tidak ada efek samping yang dirasakan. Meskipun begitu titer antibody saya tetap naik. Jadi teman-teman yang juga mengalami efek samping yang ringan, tidak usah khawatir, titer antibody tetap naik. Sebaliknya, yang mengalami efek samping beratpun bisa tenang, titer antibody tercatat naik lebih tinggi. 

2. Titer antibody Covid-19 perlahan turun seiring waktu.

Data yang tidak menyenangkan tapi memang fakta yang harus diterima. Sudah banyak studi yang melaporkan penurunan titer antibody setelah dua kali vaksinasi, dan kembali meningkat setelah vaksin ulangan [Ref1]

Setelah vaksin ulangan ke-3, seberapa jauh titer antibody akan kembali turun masih dalam pengamatan. Salah satu laporan yang sudah keluar berasal dari Israel, yang memang sudah terlebih dahulu melaksanakan program vaksinasi dan bahkan sudah memulai vaksinasi ulangan ke-4, data mereka menunjukkan kembali terjadi penurunan titer antibody setelah vaksin ke-3. Vaksin ke-4 bisa kembali menaikkan titer antibody, tetapi sepertinya angka kenaikannya tidak terlalu berbeda jauh dengan kenaikan sebelumnya. [Ref2, 3]

Data-data yang masuk saat ini masih menjadi pengamatan banyak pihak. WHO sendiri Januari 2022 lalu mengeluarkan pernyataan “a vaccination strategy based on repeated booster doses of the original vaccine composition is unlikely to be appropriate or sustainable” [Ref4]

Kita tunggu bersama bagaimana perkembangan selanjutnya. Sementara itu, dari data yang memang sudah teruji saat ini, setidaknya jangan ragu ya melakukan vaksin komplit dua dosis.


---

Mungkin kemudian ada pertanyaan, kenapa sih ada vaksin yang bisa induksi imunitas dalam jangka waktu panjang dan ada yang hanya sebentar?

- Banyak faktor. Salah satunya, kemampuan mutasi dari virus. Semakin mudah virus tersebut bermutasi, semakin sulit vaksin bekerja karena target vaksinnya juga terus berubah. Contohnya virus campak (measles), protein di permukaan virus campak yang digunakan untuk masuk ke dalam sel induk menjadi kurang efektif jika ada mutasi, sehingga si virus memilih tidak mutasi. Ini memudahkan vaksin untuk mentargetkan protein tersebut dan kekebalan jangka panjang lebih mudah diinduksi. Biasanya vaksin campak diberikan saat usia balita, dan bisa bertahan lama hingga dianggap “lifelong immunity” [Ref5]  Begitupula dengan virus polio dan smallpox (cacar) yang memiliki kecepatan mutasi yang rendah sehingga bisa dikendalikan, bahkan dieradikasi dengan vaksinasi.

Berbeda dengan virus influenza, atau SARS-CoV-2. Kita tahu vaksin influenza dilaksanakan setiap tahun dengan isi varian yang berbeda; dan sekarang varian mutasi virus SARS-CoV-2 juga merajalela dengan cepat

- Faktor sel memori (B, T-cells). Ini merupakan pertahanan garis kedua dari tubuh yang penting karena bisa mendeteksi virus yang lolos melewati pertahanan pertama, saat antibody gagal mencegah masuknya virus ke dalam sel tubuh. Sistem pertahanan tubuh akan segera memanggil “killer T-cells” untuk membereskan si virus dan akan membuat sel memori untuk mengingat virus tersebut. Jika virus yang sama kembali datang, tubuh akan bisa bereaksi lebih cepat (adaptive immunity) [Ref6]

Adaptive immunity” inilah yang diduga berperan mencegah kondisi memburuk hingga kematian pada orang yang telah divaksinasi. [Ref 7] Vaksinasi bisa melatih sel memori. Dibandingkan dengan dua dosis vaksinasi, vaksinasi ulangan (Pfizer) dilaporkan efektif mencegah masuk RS (93%), mencegah perburukan (92%). [Ref 8, gambar bawah]
Sayangnya, mendeteksi T-cells dalam tubuh tidak mudah, sehingga tidak mudah juga mengambil korelasi antara vaksin dan kemampuan proteksi tubuh jangka panjang.

Pusing ya…? Sistem pertahanan tubuh memang merupakan sistem kerja yang sangat kompleks. Mekanisme molekular yang berinteraksi di dalamnya banyak, dinamis, dan sering sulit ditebak. Itu sebabnya kalau kita ingat, ada pasien Covid yang beresiko terkena badai sitokin (cytokine storm) dan ada yang tidak.  

PS: Ada yang suka manga “hataraku saibou” ?
Sel-sel imun tubuh digambarkan dalam karakter yang hidup. Contohnya “killer T-cells”, he is tough, masculine, and his motivation is clear, to eradicate all virus enemies; “helper T-cells”, his tasks are strategy planning, the main commander of the killer T division. Kalau dulu pelajaran imunologi pakai karakter begini, mungkin bidang ini bisa jadi lebih menyenangkan buat saya 😄

 

--

Semoga penjelasan saya bisa dimengerti ya. Salam sehat selalu.

“Stay Safe, Get Informed, and Be Wise”

Tokyo, 31 Maret 2022

References:

1. https://doi.org/10.1136/bmj.n3011

2. DOI: 10.1056/NEJMc2202542

3. https://news.yahoo.co.jp/byline/kutsunasatoshi/20220320-00287289

4. https://www.who.int/news/item/11-01-2022-interim-statement-on-covid-19-vaccines-in-the-context-of-the-circulation-of-the-omicron-sars-cov-2-variant-from-the-who-technical-advisory-group-on-covid-19-vaccine-composition#.

5. DOI: 10.1016/j.celrep.2015.04.054

6. https://theconversation.com/how-long-does-protective-immunity-against-covid-19-last-after-infection-or-vaccination-two-immunologists-explain-177309

7. JAMA. 2022;327(4):327–328 DOI: 10.1001/jama.2021.23726

8. https://doi.org/10.1016/S0140-6736(21)02249-2

Monday, February 14, 2022

Omicron? Delta? Kafunsho?

Omicron? Delta? Kafunsho?

Beberapa hari ini jumlah kasus positif Covid-19 di Jepang menurun dibanding minggu lalu. Semoga ini tanda baik permulaan kurva kasus mulai melandai ya.

Di tengah gelombang kasus varian Omicron, kita juga mulai memasuki musim pollen allergies alias kafunsho.

Mungkin sudah banyak yang berpikir, gawat …ini gejala mirip semua, bagaimana membedakannya?
Ya memang tidak mudah membedakan penyakit yang gejalanya mirip-mirip. Seperti yang pernah saya tulis sebelumnya, untuk membedakan dokter perlu analisa menyeluruh, baik riwayat penyakit, gejala subyektif (symptoms) maupun obyektif (signs).

Gejala varian Omicron secara khusus sudah pernah saya tulis juga di tulisan sebelumnya, bisa cek di sana. Varian Omicron sendiri sudah punya adik ya. Varian pertama Omicron dikenal dengan istilah BA.1 sedangkan adiknya disebut BA.2 Dari preliminary analysis, si adik BA.2 menunjukkan kemampuan penularan yang lebih cepat dibandingkan si kakak.

Tes PCR tidak membedakan varian yang terkena. Hanya menunjukkan amplifikasi material genetik virus yang bisa terdeteksi melalui sampel yang diambil. Ini yang kita kenal dengan isitilah “Ct value”. Semakin rendah nilai Ct value, semakin banyak materi genetik virus yang ada dalam sampel. Hasil Ct value dalam rentang nilai tertentu yang sudah ditentukan akan memberikan hasil POSITIF.

Untuk membedakan pasti jenis varian apa yang terkena perlu genome sequencing. Ini makan waktu dan tidak semua sampel perlu dilakukan analisis genome.

(Saya pernah melakukan analisis genome untuk cek mutasi genetik pada salah satu gen penyebab kanker, …percayalah uban bisa tambah banyak dalam sekejap 😵). 


Meskipun kita tidak bisa tahu pasti terkena varian apa, tapi dari berbagai laporan yang ada kita sudah bisa mewaspadai gejala yang keluar. Untuk varian Omicron, gejala yang banyak dilaporkan antara lain: demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, batuk, hidung meler/tersumbat, nyeri otot. Sedangkan kehilangan indra perasa/penciuman dilaporkan lebih sedikit dibandingkan varian Delta sebelumnya.


** Sakit tenggorokan ini bahkan sudah mulai dianggap sebagai “predictor” untuk gejala dari varian Omicron.


Sudah pernah saya tulis sebelumnya, gejala Omicron mirip dengan batuk pilek biasa, yang gawatnya juga mirip dengan gejala kafunsho. Jadi gimana dong membedakan dengan kafunsho?
Jangankan masyarakat awam, dokterpun bisa pusing mikir gimana membedakan ini semua.

Well, berikut tips dari saya:

1. Kenali diri sendiri dengan baik.

Tingkat keparahan maupun gejala kafunsho bisa berbeda-beda tiap orang. Misal, biasanya kafunsho hanya mata gatal berair, tapi kali ini ada demam, ada hidung meler, dan apalagi ada sakit tenggorokan. Nah, ya harus siap-siap berpikir kemungkinan Covid.

2. Kenali situasi dengan baik.

Apakah di lingkungan terdekat ada yang sudah positif Covid dan kemungkinan besar sudah jadi orang dengan kontak erat (close contact)? Apakah hari ini laporan jumlah kafun tinggi dan memang banyak beraktivitas di luar ruangan? Riwayat penyakit merupakan salah satu bantuan penting dalam menegakkan diagnosis.

3. Siap berlaga.

Untuk yang sudah memang langganan kafunsho, mari siapkan antisipasi lebih cepat obat-obatan yang diperlukan. Penanganan yang cepat akan membuat gejala kafunsho bisa diatasi dengan lebih mudah, sekaligus bisa melindungi diri sendiri dari kemungkinan penularan Covid karena misalnya tangan harus bolak balik mengusap hidung atau mengucek mata yang gatal.

Berikut himbauan dari Japanese Society of Otorhinolaryngology-Head and Neck Surgery:

[ご自身と周りの大切な方を守るためにも、オミクロン株が流行している今シーズンは、花粉症が本格化する前にお近くの耳鼻咽喉科医へご相談下さい。] – Sebelum memasuki puncak musim kafunsho, sebaiknya siapkan diri dulu konsultasi ke dr THT terdekat.

--

Semoga peak gelombang Omicron segera turun dan tahun ini kita semua bisa melewati musim kafunsho dengan baik ya. 頑張りましょう!


“Don’t Panic – Stay Alert – Get Informed, and Be Wise”

Tokyo, 13 Februari 2022


References:

1. https://news.yahoo.co.jp/byline/kutsunasatoshi/20220115-00277455

2. https://www.nbcchicago.com/news/local/heres-one-early-omicron-symptom-you-should-watch-for-as-infections-climb/2729427/

3. http://www.jibika.or.jp/citizens/covid19/kafunsho.html