In Loving Memory - Ten
Dear all, kali ini saya hanya ingin sharing peristiwa sedih yang baru baru ini saya alami sekaligus mendedikasikan tulisan ini untuk “Ten” keponakan, saudara, sahabat yang sangat kami kasihi.
Pertama kali mengenal Ten saat saya masih pacaran sama suami. Berhubung pacarannya pun jarak jauh, ya hanya kenal Ten juga dari nama saja. Ia keponakan tidak langsung suami saya (susah dijelaskan silsilahnya), usia Ten dengan saya tidak terlalu terpaut jauh. Aneh rasanya kalau saya dipanggil tante, pantas juga jadi teman soalnya. Saat itu suami cerita tentang Ten yang sedang berobat ke Jepang karena di usia yang masih muda ia di-diagnosa tumor di selaput otak, meningioma. Posisi tumor yang sulit dan peralatan di Jakarta yang belum memadai untuk pengobatan, maka ia kontak suami saya dan berobat ke Jepang. Rutin kontrol, berobat juga operasi dijalani untuk memberantas si tumor.
Kalau pas suami saya pulang balik ke Indonesia, saya biasanya ikut bertemu dengan Ten dan keluarganya. Ten anak bungsu, pria satu satunya dari 2 bersaudara. Meski harus bolak balik masuk RS, operasi, rehabilitasi dsb, tapi ia tetap berhasil menyelesaikan kuliahnya. Tidak tanggung tanggung, ia menyelesaikan kuliah kedokteran dan berhasil meraih gelar dokter dari universitas negeri terbaik di Jakarta pada awal tahun ini. Perjuangan yang sangat keras untuknya. Saya salut dengan ketegaran dan semangat Ten untuk bertahan hidup.
Sejauh saya mengenalnya, Ten anak yang baik, aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan ia selalu berusaha menyenangkan orang lain. Menjelang menikah saya pernah khusus belajar memasak dengan pembantu di keluarga mereka karena memang jago sekali masaknya, sementara saya ini ....jujur, tidak pernah pegang panci di dapur ^^. Pembantunya cerita, kalo Ten selalu menghargai masakannya. Terlihat dari ceritanya kalo sang pembantu pun sangat menyayangi Ten. Waktu kami menikah, ia jadi best man suami saya dan kedua orang tuanya menjadi saksi pernikahan kami. Kemudian saya ikut suami ke Jepang dan hanya sekali kali bertemu Ten kalo pas balik Indonesia atau kalau kebetulan mereka sekeluarga ke Jepang.
Bulan Maret lalu, Ten kembali datang ke Jepang untuk kembali operasi karena si tumor kembali membuat ulah. Mereka datang sekeluarga, sempat menginap semalam di rumah saya di Tokyo sebelum melanjutkan perjalanan ke Fukushima, untuk menjalankan operasi di sana. Kami sempat makan malam bersama juga, saat itu Ten tidak terlalu ada nafsu makan. Waktu saya tanya, dia bilang justru waktu sore dia sempat makan banyak di rumah saya, makan sup sosis buatan saya. Buatan tante itu yang enak katanya. Saya langsung senang banget dengernya dan suami saya bilang.. ..wah Ten kamu pinter, memang dia ini (sambil menunjuk saya) yang harus diambil hatinya, segala urusan di sini bisa lancar deh. Kami tertawa lepas saat itu.
Operasi kali ini direncanakan 2 kali, operasi pertama untuk memastikan posisi, memastikan stadium tumor yang diperkirakan berubah dari diagnosa sebelumnya dan untuk sekaligus menentukan langkah yang harus diambil berikutnya, sedangkan operasi kedua untuk tindakan lebih radikal berupaya memberantas si tumor. Operasi pertama pada awal bulan Maret berlangsung selama 13 jam dan sukses. Ten menjalani rehabilitasi sambil dokter mempersiapkan dan mengatur strategi untuk operasi kedua. Setelah kurang lebih satu bulan sejak operasi pertama, 12 April kemarin dilaksanakan operasi yang kedua. Operasi berlangsung sekitar 21 jam, dan tujuan utama operasi untuk memberantas si tumor juga tercapai.
Tapi ternyata, manusia memang boleh berencana …Tuhan yang menentukan. Di luar dugaan terjadi komplikasi pasca operasi. Suplai darah ke otak terganggu dan berakibat terjadinya cedera otak yang luas. Keadaan Ten menjadi kritis dan ia terbaring koma di ICU. Mendengar kondisi Ten yang kritis, suami saya segera berangkat ke Fukushima, meninggalkan pekerjaannya. Saya ingin sekali ikut, tapi terbentur kondisi saya yang saat ini tidak memungkinkan untuk melakukan perjalanan jauh.
Berada di negara orang, dengan bahasa yang Jepang yang terbatas, ditambah dengan kondisi kritis seperti ini sungguh merupakan cobaan berat untuk kedua orang tuanya. Saya dan suami juga sangat amat sedih karena merasa tidak bisa membantu maksimal, lokasi tempat tinggal yang berjauhan dan kerjaan menyebabkan suami juga tidak bisa terus menerus berada di Fukushima. Harapan hidup Ten yang dinyatakan hampir tidak ada oleh dokter membuat kami semua harus mempersiapkan kemungkinan terburuk. Gereja setempat dihubungi, teks funeral mass dalam bahasa Inggris pun dicari agar keluarganya bisa mengikuti, segala macam prosedur tata cara pengiriman jenazah kembali ke Indonesia pun dicari dsb. Berat rasanya, setiap bertelpon dengan suami untuk mengikuti perkembangan berita dari sana, saya selalu menangis, tidak tega rasanya membayangkan sosok Ten yang masih segar saat terakhir bertemu.
Sebulan sudah sejak Ten operasi, belum sekalipun ia terbangun dari tidurnya. Ventilator dan berbagai selang penunjang kehidupan bertebaran di sekeliling tubuhnya. Hanya doa, doa dan doa yang bisa kami panjatkan, memohon setitik harapan agar Tuhan memberikan mukzizatnya kepada Ten. Ia masih begitu muda, perjalanan hidupnya masih panjang, sejuta kesempatan masih menunggu dirinya untuk kembali. Membaca ucapan teman temannya di Facebook miliknya yang meminta Ten untuk berjuang dan bangun dari tidur panjangnya membuat saya tambah miris, betapa semua orang mencintai ia, berharap ia bisa berkumpul kembali dengan semuanya.
Rencananya akhir minggu ini akan mengurus perpanjangan visa untuk Ten karena batas masa visanya hampir habis. Tapi ternyata, Ten sepertinya sudah tidak ingin diperpanjang masa tinggalnya di Jepang. Selasa malam kondisinya menurun, dan Rabu 19 Mei dini hari kabar duka dari papanya pun kami terima. Tidak ada kata kata lagi yang bisa kami ucapkan, hanya lelehan air mata yang keluar tanpa suara. Suami saya langsung berangkat lagi menemui orang tuanya untuk membantu pengurusan pengembalian jenazah ke Indonesia.
Selamat jalan Ten! Langitpun berduka ketika engkau pergi. Cuaca di Tokyo yang sebelumnya diramalkan cerah berawan menjadi mendung sejak pagi, angin kencang disertai gerimis hujan yang semakin lebat. Bulan Juni nanti engkau akan merayakan ulang tahun mu yang ke-26 bersama para malaikat dan Bapa di surga.
Jadi dokter yang baik ya Ten di surga, salam untuk uma dan engkong di sana. You will always be in our hearts!
“Ashes to ashes, dust to dust. Tuhan engkaulah empunya kehidupan, dari Engkau kami berasal dan padaMu jualah kami kembali”.
Love from Tokyo,
Kathryn
Keluarga Ten, Niko, Kathryn,
ReplyDeleteTurut berduka cita atas kepergian Ten.
Ivan & kel
Tulisan yang sangat indah, menyentuh, dan mewakili isi hati semua yang pernah mengenal "Ten"...terutama tante Magda yang tidak pandai menuangkan perasaan seperti sekarang ini.
ReplyDeleteThanks to Kath atas tulisan tsb...selembar tissue sudah jadi korban...teriring ucapan Selamat Jalan untuk "Ten"
Ivan & kel, thank you.
ReplyDeleteThanks juga buat semua dukungannya selama ini :)
Ci Magda, ....iya pas nulis ini terutama di bagian bagian akhir, sudah sibuk nahan air mata. Bolak balik WC supaya gak ketahuan nangis sama teman2 di lab :(
ReplyDeleteDear Harli,
ReplyDeleteTerima kasih sudah mampir. Saya yakin Ten juga pasti senang sekali pernah berkenalan dan ketemu dengan Harli :)
Salam hangat dan salam kenal juga dari saya :)
...
ReplyDeletespeechless...
Hanya satu yang diimani...
terhadap segala peristiwa, Dia Maha tahu...
Dia punya rencana yang terbaik,
untuk setiap umatNya...
Segala doa sudah dipanjatkan,
segala harap dan tangis sudah Dia mengerti...
tetapi Dia punya rencana yang terbaik...
yang mungkin saat ini,
tidak dapat kita pahami...
Semoga keluarga yang ditinggalkan,
dan semua yang mengasihinya,
diberi kekuatan...
-Evelyn-
Evelyn, thank you!
ReplyDeleteComment-nya sungguh menguatkan. Memang hanya kepada Dia kita harus berserah. Pasti Ten sudah bahagia ya di sana.
Kathryn,Niko dan seluruh keluarga besar.
ReplyDeleteTurut Berduka Cita yg sedalam dalamnya..
semua seperti sudah diatur dengan baik.
tugasnya sudah selesai..
kelahiran,menjadi tua,sakit dan kematian.
bertemu dengan org yg dibenci,berpisah dengan orang yg dicintai adalah suatu kewajaran di alam semesta ini.
semua yang terjadi di kehidupan ini adalah hal yg baik,tidak ada satupun yg buruk.
suatu hari nanti kita yg ditinggalkan akan mengerti alasannya,walau sekarang terasa begitu berat dan tidak adil.
semoga semua anggota keluarga bisa menerima dengan ketabahan dan kekuatan.
antarkan kepergian Ten dengan hati yg tulus.
dia sudah melakukan yg terbaik dalam hidupnya.
Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil. At least sekarang Ten sudah sehat bersama Tuhan.
ReplyDeleteTurun Berduka cita katie dan niko atas musibah kepergian Ten, semoga yang ditinggalkan dapat tabah dan mengambil hikmah yang terkandung.
ReplyDeletesalam
IYAN, Palembang
Kathryn, turut berduka cita atas meninggalnya Ten melawan Tumor itu yah.....saya juga baru saja kehilangan Alice tgl 18 Mei jam 6 am WIB....biarlah mereka yang telah mendahului kita di beri tempat di sisi NYA dengan baik....ko Jim
ReplyDeleteVinna, thank you banget.
ReplyDeleteAir mata sampai gak sadar meleleh pas baca komennya. Ntar kontak lagi ya via mail.
Yunisa, thank you!
ReplyDeleteIya...kurasa Ten juga bahagia gak harus lagi menjalani berbagai operasi dan rehabilitasi. Ia sudah sehat di sana :)
Iyan, terima kasih.
ReplyDeleteMeskipun sudah rela, tapi air mata ini masih ngalir terus. Thanks ya sudah mampir. Salam untuk keluarga di Palembang.
Ko Jim, terima kasih dan saya juga turut berduka cita.
ReplyDeleteTen dan ci Alice pasti sudah bahagia disana! Saya kehabisan kata kata ... gak tahu mau ngomong apa lagi......I'll mail you.
Dear Kathryn and Niko,
ReplyDeleteSungguh merasa sangat sedih dan terharu membaca tulisan Kathryn atas kepergian Ten. Tak lain saya mengucapkan turut berduka cita dan Tuhan akan menguatkan orang tua Ten serta seluruh keluarganya. Saat ini kita tak mengerti akan rencana Tuhan dalam kehidupan kita, tapi yang pasti Tuhan mempunyai rencana yang terbaik. Teriring doa dari CAlifornia.
Pak Gun, terima kasih.
ReplyDeleteBarusan sempat dinner dengan orang tuanya, mereka sudah rela dan percaya ini sudah jalan yang terbaik yang diberikan Tuhan. Meski masih ada tangis di antaranya, tapi kita semua sudah jauh lebih tegar menghadapi kenyataan ini. Terima kasih ya!
Mba kathryn,
ReplyDeleteSaya nathan, teman seangkatan ten semasa kuliah..
Tulisannya sangat menyentuh, ketika membaca ini mata saya terasa basah..
Sampai saat ini, telah ada 3 orang dari angkatan kami yang mendahului kami,
Ten adalah teman yang sangat baik, peduli terhadap teman, dan selalu ceria, banyak yang sangat menyayangi dia dan sangat sedih ketika dia berpulang..
Saya mewakili teman2 mengucapkan duka cita yang mendalam dan smoga ten mendapatkan tempat terbaik di sisiNya, amin..
Smoga keluarga jg diberikan kekuatan dan ketabahan dalam menghadapinya
Dear Nathan,
ReplyDeleteTerima kasih sudah mampir.
Waktu datang Jepang Ten masih gagah berdiri dengan kedua kakinya, membawa sendiri kopernya. Pagi ini ia pulang ke Indonesia ...tapi terbaring kaku dalam peti yang sudah dikemas, tidak lagi duduk di kursi penumpang. Sedih banget rasanya.
Sekali lagi terima kasih ya. Juga sampaikan terima kasih untuk semua teman2 Ten.
Vincent, benar2 tidak bisa menemani saya lagi makan nasi gila ( makanan jam 12 malem ketika lelah seharian berjalan menyusuri jakarta ). Ketika anak pertama ku lahir, kamu hadir dengan suka cita dan senyum yg tdk bisa kulupakan sambil membawa bingka ambon warna ijo.. Teman/sahabat/keluarga yang sangat perhatian dengan kita.. Aku dan seluruh keluargaku berduka dengan kepergianmu.., biarlah engkau pergi dengan tenang dan bisa jadi berkat buat kita semua.. Amin.. I miss u forever..
ReplyDeleteIsaac, hei apa kabar?
ReplyDeleteAduh baca komenmu, ini mata sudah mulai basah basah lagi.
Kamu datang ya ke Jkt?
Aku dan Niko ada di FB Vinia, kalo kamu ada juga add aja ya. Ten menjadikan kita semua kumpul lagi satu keluarga :)
Keep contact!
yeap.. bingka ambon.
ReplyDeleteLiat bingka ambon kotak hijau, ingat vincent :)
bye beloved friend. U are the best!
Florin - Banjarmasin
Hi Florin,
ReplyDeleteSemoga si bingka ambon kotak hijau jadi sarana agar Vincent hidup di hati kita selalu :) Thanks sudah mampir.
Salam kenal dari Tokyo.
Ce kathryn : baik ce.. Ce add fb isaac yah di Isaac_Nugraha@yahoo.co.id
ReplyDeleteSalam buat om niko ya, rabu saya ke jakarta ce.. Mau ikut skalian makamkan vincent ce..
Beneran sedih banget ce, waktu di kasih tau marchel anak tante titin bahwa vincent udah ga ada harapan lagi saya langsung nangis ce.., knapa orang baik dan perhatian seperti vincent cepat sekali pulang kerumah bapa..
Saya setiap kali kejakarta mesti dijemput dan dimarahi kalo tidur di hotel dia selalu bilang tidur dirumahku aja.. Biar kita bisa hunting makanan.. Kenangan makan sushi tai juga tak terlupakan ketika pesan Dragon roll pada keadaan perut kenyang skali..., benar2 membuat keluarga dan semua orang terpukul mendengarnya pergi begitu saja meninggalkan kita..
Cent, kapan kita bisa nonton MU di sarinah lagi teriak GOALLL sambil berpelukan.. Bener2 kangen dengan sahabat tercinta saya ini ce.. Cent kangen.. U never die in my heart..
Isaac,
ReplyDeleteIya Vincent ini baiiikk sekali. Setiap jenazahnya dipindah, perjalanan Vincent selalu diiringi hujan. Rupanya alam pun berduka dengan kepergiannya. Berangkat dari Tokyo hujan, dan barusan sampai rumah duka di Jkt pun katanya disambut hujan lebat.
OK nanti aku add ya. See you there!!
Saya kenal Vincent dari Rachel, sepupu saya. Meskipun hanya bertemu sekali2 d acara keluarga kami, tp kami semua 'tau' Vincent. Baik dan ramah.
ReplyDeleteSelamat jalan Vincent. See you again. I know you're happy now, staying there in Jesus' house.
Thanks to Kathryn for sharing such a nice story.
From Imel Kodrata, Virginia, USA
Hi Imel,
ReplyDeleteThanks for your comment.
Meski hidupnya Vincent rasanya terlalu singkat, senang tahu ia dikenang sebagai orang yang baik dan ramah :)
Salam juga untuk Rachel, terakhir ketemu pas nikahan saya, Rachel datang sama mamanya.
Warm regards from Tokyo :)
Hi Kathryn - saya turut berduka cita sedalam-dalamnya atas kepergian Tenten.
ReplyDeleteSebenarnya - saya tidak mengenal langsung Tenten - saya hanya dengar dari cerita kakak saya Adit yang kebetulan pernah kerja dengan Papa Tenten di Banjarmasin (saat itu Tenten masih kecil ... SD). Dari cerita kakak, saya tahu Tenten anak yang menggemaskan, gendut, suka makan, pintar ...Sampai akhirnya saya juga dengar Tenten kena tumor otak tapi dia fight habis-habisan melawan penyakitnya malah kuliah di kedokteran.
Hati teriris setiap melihat yang muda harus cepat pergi - tapi Tuhan maha tahu yang terbaik untuk makhlukNya. May your soul rest in peace Ten!
Sari - Bali
Sy teman 1 koor di Stella Maris Pluit Jakut, pernah sekali ketemu Vincent selesai misa di sana.. Sy tegur dia.. Hai Cent.. nyanyi lag yuks.. dia bil.. mau nih tp tunggu selesai operasi dulu ya..ic.gud luck ya..ternyata itulah saat terakhir sy berbicara dgn dia krn setelah itu sy tidak pernah ketemu lag...sampai berita duka kami terima..
ReplyDeleteSelamat jalan ya Cent.. Nyanyilah di sana :)dan nyanyilah bersama kami dgn spirit mu...
Yuwie (Voice Of Seraphim)
Hi Sari,
ReplyDeleteMemang rasanya berat banget melepas Vincent yang masih muda. Semoga semangat hidupnya untuk tidak menyerah dalam kesulitan tetap hidup ya dalam hati kita semua :)
Terima kasih sudah mampir. Salam hangat dari Tokyo.
Dear Yuwie,
ReplyDeleteIya Vincent aktif juga ya di koor dll. Meski sakit, tenaga dan semangatnya seperti tidak ada habis habisnya. Perjuangannya disini sudah selesai ...dan saya rasa Ten sekarang sedang latihan koor bersama para malaikat di surga :)
Thanks sudah mampir. Salam hangat dari Tokyo!
Hidup bagaikan perjalanan, ada yang datang dan ada yang pergi, kita cuma berhenti didunia ini, ada yang sebentar, ada yang cukup lama. Dari cerita ini Ten telah melakukan hal2 yang terbaik untuk dirinya dan untuk orang2 sekitarnya selama kehidupannya . Kepergiannya yang terlalu cepat membuat kita sedih karena harapan kita yang masih banyak untuk Ten.
ReplyDeleteSelamat jalan Ten…..
Harsono Ng
Pak Har,
ReplyDeleteTerima kasih sudah mampir. Ten sudah mengajarkan banyak hal buat saya, terutama untuk menghargai dan tidak menyia nyiakan hidup. Semoga ia sudah tenang bahagia di sana.
Salam hangat dari Tokyo!
Hi Kathryn, setelah membaca ulang maka tanpa terasa waktu kepergian Ten dan Alice sudah melampaui 5 tahun lagi, sehingga saat selama 5 tahun ini saya tidak pernah ke Indonesia lagi atau belum, karena biasany tujuan saya ke Indonesia hanya untuk mengunjungi dan bertemu Alice saja
ReplyDeleteko Jim, terima kasih sudah mampir ke sini lagi.
ReplyDeleteIya gak berasa ya ...sudah 5 tahun, tapi kalo inget lagi, masih ada juga perasaan sedih. Yah, umur manusia tidak ada yang tahu ya sampai kapan. Semoga kita semua yang ditinggakan masih semangat meneruskan kehidupan dengan baik :)