Sunday, November 13, 2022

Seasonal Influenza – 2022/2023

 Seasonal Influenza – 2022/2023

Memasuki musim gugur. Di berbagai tempat sudah dibuka kembali pendaftaran untuk vaksinasi influenza. Strain dalam vaksin influenza untuk musim dingin tahun 2022/2023:

A/Victoria(ビクトリア) /1/2020(IVR-217)(H1N1)pdm09

A/Darwin(ダーウィン) /9/2021 (SAN-010)(H3N2)

B/Phuket (プーケット) /3073/2013 (山形系統)

B/Austria(オーストリア) /1359417/2021BVR-26)(ビクトリア系統)

Ada 2 perubahan isi strain dari tahun lalu; di type A/H3N2 dan di type B strain Victoria.

Apakah kasus influenza akan naik kembali tahun ini? saya juga tidak tahu. Tapi, prediksi dari banyak ahli, ada kemungkinan akan naik. Australia yang sudah memasuki musim dingin terlebih dahulu bulan Juli-Agustus 2022 ini mengalami lonjakan kasus influenza yang cukup parah setelah tahun-tahun sebelumnya sempat rendah pada masa pandemik Covid-19. Beberapa teman saya di Australia terkena influenza, bergiliran dengan Covid-19.

Selain itu, mulai longgarnya aturan berkumpul dalam ruangan, pemakaian masker, dan kembali masuknya turis dari berbagai negara juga diprediksi akan membawa kembali peredaran virus influenza ke Jepang.

---

Saya pernah tulis sebelumnya tentang kenapa influenza ini selalu bikin heboh, padahal biasa aja orang sering bilang kena “flu”. Saya tulis kembali di sini dengan modifikasi.

Influenza ini BUKAN batuk pilek biasa (batpil, common cold, atau “kaze”, kata orang Jepang). Penyebab virusnya berbeda seperti yang saya cantumkan di tabel. Jadi kalau orang Jepang dengar kita dengan santainya bilang lagi “flu”, jangan heran mereka bisa kaget dan langsung jaga jarak.

“Terus, kenapa influenza mesti diwaspadai?”. Jawabnya simple, “influenza can kill you”. Tahun 1918 ada pandemik influenza dikenal dengan nama “Spanish flu”. Saat itu virus influenza sanggup membunuh 25 juta orang hanya dalam waktu 25 minggu sejak terjadinya wabah (bandingkan dengan virus HIV/AIDS yang juga bisa membunuh 25 juta orang, tapi dalam 25 tahun). Begitu cepatnya virus influenza menyebar dan membunuh sekian banyak orang sehingga pandemik saat itu digambarkan sebagai “The greatest medical holocaust in history. The mother of all pandemics” [Ref 2,3]

Kejadian Spanish flu ini yang kemudian dijadikan patokan untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama saat pandemik Covid-19 mulai tiga tahun lalu. Covid-19 sendiri dikatakan sudah mengambil alih rekor angka kematian yang disebabkan oleh Spanish flu di penduduk Amerika. [Ref 4]

Pandemik influenza tahun 1918 tersebut disebabkan oleh virus tipe A/H1N1. Wabah influenza yang disebabkan oleh virus H1N1 ini sempat terjadi lagi tahun 2009, dikenal dengan nama “2009 swine flu, Mexico’s swine flu”. Saat itu WHO mengumumkan status “worldwide pandemic alert” dan mengeluarkan larangan untuk tidak berpergian ke Mexico.  Jepang mengeluarkan kebijakan untuk memantau semua pendatang dari negara-negara yang dilaporkan ditemukan kasus swine flu. Untungnya saat itu public health response lebih sigap sehingga wabah bisa segera dikendalikan. Vaksin terhadap strain H1N1 tersebut juga segera dibuat dan hingga sekarang turunan strain H1N1 ini selalu dimasukkan dalam isi vaksin influenza setiap tahun.

Selain strain H1N1, strain influenza lain yang pernah tercatat menyebabkan wabah adalah tipe A/H3N2. Strain H3N2 ini pernah menyebabkan wabah di Hong Kong tahun 1968-1969, Fujian-China tahun 2003-2004, dan terus muncul di hampir setiap musim influenza.  [Ref 6].

Virus influenza punya kemampuan yang dikenal dengan istilah “antigenic drift”. Disini virus konsisten membuat perubahan/mutasi genetik kecil (small changes) di permukaan protein virus. Akibatnya, antibody tubuh bisa gagal mengenali dan si virus lolos dari sistem pertahanan tubuh.  Antigenic drift ini juga yang menjadi alasan kenapa orang bisa terkena influenza beberapa kali, dan kenapa isi vaksin influenza sendiri setiap tahunpun juga berubah. Isi vaksin influenza biasanya disesuaikan dengan data strain virus influenza yang sedang atau diperkirakan akan mewabah pada tahun tersebut. Oh ya, sejak tahun 2008 kita punya pusat global terpadu tempat pencatatan dan pemantauan data genomic influenza virus yang dikenal sebagai GISAID (Global Initiative on Sharing Avian Influenza Data). Saat pertama kalinya Covid-19 merebak, para ahli sempat kebingungan bagaimana share data genomic virus SARS-CoV-2 dan akhirnya pinjam tempat di GISAID. Dari sinilah data genomic SARS-CoV-2 bisa diakses oleh seluruh peneliti di berbagai dunia, dan berbagai penelitian bisa dimulai hingga akhirnya menghasilkan vaksin Covid-19. [Ref 7]

Covid-19 sendiri sepertinya akan mirip polanya dengan influenza karena virusnya juga secara konsisten mengalami mutasi. Tapi, jangan berkecil hati. Ilmu pengetahuan medis, genetik, epidemiologi, dan teknologi juga berkembang. Para ahli di berbagai negara berusaha sebaiknya mengatasi berbagai penyakit. Tinggal sisanya apakah kita akan ikut mendukung dan berupaya belajar dari ilmu pengetahuan yang terus berkembang, atau ya jalan di tempat berbekal informasi yang mungkin sudah tidak tepat lagi? Balik ke diri masing-masing deh ya.




Salam sehat selalu,

Tokyo, 07 Oktober 2022

Dr. Kathryn Effendi

References:

1. https://www.forbes.com/sites/brucelee/2022/08/20/australias-bad-flu-season-raises-twindemic-concerns-for-us-winter-2022/

2. https://en.wikipedia.org/wiki/Spanish_flu

3. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3291398/

4. https://www.nationalgeographic.com/history/article/covid-19-is-now-the-deadliest-pandemic-in-us-history

5. https://en.wikipedia.org/wiki/2009_swine_flu_pandemic

6. https://en.wikipedia.org/wiki/Influenza_A_virus_subtype_H3N2

7. https://en.wikipedia.org/wiki/GISAID

No comments:

Post a Comment