Antibody Titers After Covid-19 Vaccination
Bertepatan dengan musimnya hanami,
akhirnya puncak gelombang ke-6 pandemik mulai turun dan quasi-state of emergency
di Jepang resmi dicabut. Semoga keadaan ini bisa bertahan cukup lama meski gelombang
berikutnya sudah mengintai mengingat varian BA.2 Omicron sudah mulai meluas.
Di tulisan ini saya share update hasil
uji klinis yang saya ikuti untuk mengukur titer antibody yang diinduksi oleh
vaksin Covid-19. Semoga bisa jadi gambaran lebih gamblang bagaimana kenaikan
antibody yang terjadi setelah vaksinasi.
Sebelum menerima vaksin pertama di
bulan Maret tahun lalu, saya diambil darahnya untuk cek titer immunoglobulin IgG
terhadap Covid-19, dan setelah vaksin secara berkala dipantau titer antibody
yang terbentuk.
Sebelum vaksin, titer saya di bawah ambang
batas nilai antibody yang ditetapkan, atau dengan kata lain saat itu saya dianggap
belum punya kekebalan terhadap Covid-19. Sekitar 3 minggu pasca suntikan dosis
kedua, titer antibody saya naik cukup jauh melewati ambang batas nilai. Sayangnya,
nilai antibody ini perlahan turun seiring dengan waktu.
Bulan Desember, pemerintah Jepang resmi melaksanakan vaksinasi ulangan (booster) untuk
tenaga medis. Setelah menerima vaksinasi ulangan ini hasil titer antibody saya
kembali naik tinggi melewati nilai setelah dua dosis vaksin sebelumnya. Setelah
8 minggu kemudian titer terlihat mulai menurun tapi masih lebih tinggi dari
ambang batas nilai. [gambar atas]
Sampai kapan akan bertahan? Saya juga
belum tahu, kita tunggu saja ya riset yang masih berlangsung.
Jadi apa yang bisa diambil dari hasil
ini?
1. Vaksinasi bisa menginduksi kenaikan
titer antibody terhadap Covid-19.
Kenaikan titer antibody jelas terlihat
sebelum dan sesudah vaksinasi. Vaksinasi ulangan booster juga terlihat berhasil
menaikkan titer antibody lebih tinggi dibandingkan dengan titer antibody setelah
dua dosis vaksinasi.
*Seluruh vaksinasi saya mendapatkan
Pfizer, dan semuanya hampir tidak ada efek samping yang dirasakan. Meskipun
begitu titer antibody saya tetap naik. Jadi teman-teman yang juga mengalami
efek samping yang ringan, tidak usah khawatir, titer antibody tetap naik. Sebaliknya, yang mengalami efek samping beratpun bisa tenang, titer antibody tercatat naik lebih tinggi.
2. Titer antibody Covid-19 perlahan turun
seiring waktu.
Data yang tidak menyenangkan tapi memang
fakta yang harus diterima. Sudah banyak studi yang melaporkan penurunan titer
antibody setelah dua kali vaksinasi, dan kembali meningkat setelah vaksin
ulangan [Ref1]
Setelah vaksin ulangan ke-3, seberapa
jauh titer antibody akan kembali turun masih dalam pengamatan. Salah satu
laporan yang sudah keluar berasal dari Israel, yang memang sudah terlebih
dahulu melaksanakan program vaksinasi dan bahkan sudah memulai vaksinasi
ulangan ke-4, data mereka menunjukkan kembali terjadi penurunan titer antibody
setelah vaksin ke-3. Vaksin ke-4 bisa kembali menaikkan titer antibody, tetapi
sepertinya angka kenaikannya tidak terlalu berbeda jauh dengan kenaikan
sebelumnya. [Ref2, 3]
Data-data yang masuk saat ini masih
menjadi pengamatan banyak pihak. WHO sendiri Januari 2022 lalu mengeluarkan pernyataan
“a vaccination strategy based on repeated booster doses of the original
vaccine composition is unlikely to be appropriate or sustainable” [Ref4]
Kita tunggu bersama bagaimana
perkembangan selanjutnya. Sementara itu, dari data yang memang sudah teruji
saat ini, setidaknya jangan ragu ya melakukan vaksin komplit dua dosis.
Mungkin kemudian ada pertanyaan, kenapa
sih ada vaksin yang bisa induksi imunitas dalam jangka waktu panjang dan ada
yang hanya sebentar?
- Banyak faktor. Salah satunya, kemampuan
mutasi dari virus. Semakin mudah virus tersebut bermutasi, semakin sulit vaksin
bekerja karena target vaksinnya juga terus berubah. Contohnya virus campak (measles),
protein di permukaan virus campak yang digunakan untuk masuk ke dalam sel induk
menjadi kurang efektif jika ada mutasi, sehingga si virus memilih tidak mutasi.
Ini memudahkan vaksin untuk mentargetkan protein tersebut dan kekebalan jangka
panjang lebih mudah diinduksi. Biasanya vaksin campak diberikan saat usia
balita, dan bisa bertahan lama hingga dianggap “lifelong immunity” [Ref5] Begitupula dengan virus polio dan smallpox (cacar)
yang memiliki kecepatan mutasi yang rendah sehingga bisa dikendalikan, bahkan
dieradikasi dengan vaksinasi.
Berbeda dengan virus influenza, atau
SARS-CoV-2. Kita tahu vaksin influenza dilaksanakan setiap tahun dengan isi varian
yang berbeda; dan sekarang varian mutasi virus SARS-CoV-2 juga merajalela
dengan cepat
- Faktor sel memori (B, T-cells). Ini merupakan
pertahanan garis kedua dari tubuh yang penting karena bisa mendeteksi virus yang
lolos melewati pertahanan pertama, saat antibody gagal mencegah masuknya virus
ke dalam sel tubuh. Sistem pertahanan tubuh akan segera memanggil “killer T-cells”
untuk membereskan si virus dan akan membuat sel memori untuk mengingat virus
tersebut. Jika virus yang sama kembali datang, tubuh akan bisa bereaksi lebih cepat
(adaptive immunity) [Ref6]
“Adaptive immunity” inilah yang
diduga berperan mencegah kondisi memburuk hingga kematian pada orang
yang telah divaksinasi. [Ref 7] Vaksinasi bisa melatih sel memori. Dibandingkan
dengan dua dosis vaksinasi, vaksinasi ulangan (Pfizer) dilaporkan efektif
mencegah masuk RS (93%), mencegah perburukan (92%). [Ref 8, gambar bawah]
Sayangnya, mendeteksi T-cells dalam tubuh tidak mudah, sehingga tidak mudah
juga mengambil korelasi antara vaksin dan kemampuan proteksi tubuh jangka
panjang.
Pusing ya…? Sistem pertahanan tubuh memang
merupakan sistem kerja yang sangat kompleks. Mekanisme molekular yang berinteraksi
di dalamnya banyak, dinamis, dan sering sulit ditebak. Itu sebabnya kalau kita
ingat, ada pasien Covid yang beresiko terkena badai sitokin (cytokine storm) dan
ada yang tidak.
Sel-sel imun tubuh digambarkan dalam karakter yang hidup. Contohnya “killer T-cells”, he is tough, masculine, and his motivation is clear, to eradicate all virus enemies; “helper T-cells”, his tasks are strategy planning, the main commander of the killer T division. Kalau dulu pelajaran imunologi pakai karakter begini, mungkin bidang ini bisa jadi lebih menyenangkan buat saya 😄
--
Semoga penjelasan saya bisa dimengerti
ya. Salam sehat selalu.
“Stay Safe, Get Informed, and Be Wise”
Tokyo, 31 Maret 2022
References:
1. https://doi.org/10.1136/bmj.n3011
2. DOI: 10.1056/NEJMc2202542
3. https://news.yahoo.co.jp/byline/kutsunasatoshi/20220320-00287289
4. https://www.who.int/news/item/11-01-2022-interim-statement-on-covid-19-vaccines-in-the-context-of-the-circulation-of-the-omicron-sars-cov-2-variant-from-the-who-technical-advisory-group-on-covid-19-vaccine-composition#.
5. DOI: 10.1016/j.celrep.2015.04.054
6. https://theconversation.com/how-long-does-protective-immunity-against-covid-19-last-after-infection-or-vaccination-two-immunologists-explain-177309
7. JAMA. 2022;327(4):327–328 DOI: 10.1001/jama.2021.23726
8. https://doi.org/10.1016/S0140-6736(21)02249-2
No comments:
Post a Comment