Sunday, November 24, 2024

ANTIMICROBIAL RESISTANCE

 

ANTIMICROBIAL RESISTANCE

Teman-teman pernah dengar istilah AMR? AMR singkatan dari Antimicrobial Resistance atau bahasa Indonesia-nya, resistensi antimikroba.

Apa sih AMR ini?
Seusai namanya, AMR merupakan istilah medis yang diberikan untuk menggambarkan situasi adanya mikroorganisme pathogen yang resisten, alias kebal terhadap obat antimikroba. Akibatnya, obat-obat antimikroba yang biasa dipakai untuk mengobati penyakit infeksi menjadi tidak efektif.

Apakah AMR berbahaya?
Tentu!
AMR adalah ancaman kesehatan global yang penting ketika bakteri, jamur, parasit berevolusi menjadi resisten terhadap obat-obat antimikroba (termasuk antibiotik, antivirus, anti jamur, antiparasit).

Kemunculan dan penyebaran dengan cepat bakteri, virus, dsb yang resisten terhadap obat-obat yang kita punya akan mengancam kemampuan kita untuk mengobati penyakit infeksi yang biasanya mudah ditangani. Akibatnya, orang beresiko meninggal hanya karena terkena infeksi yang sebenarnya sangat mudah diobati jika tidak terjadi resistensi obat.

Apakah sudah ada kejadian terkait AMR?
Sudah cukup banyak dan laporan kasus terus meningkat.
Global Antimicrobial Resistance and Use Surveillance System (GLASS) tahun 2022 melaporkan tingkat resistensi yang mengkhawatirkan di antara bakteri pathogen umum. Tingkat rata-rata yang dilaporkan di 76 negara sebesar 42% untuk E. coli yang resisten terhadap antibiotik cephalosporins generasi ketiga, dan 35% untuk Staphylococcus aureus yang resisten terhadap methicillin (MRSA). Untuk infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh E. coli, 1 dari 5 kasus menunjukkan penurunan respon terhadap antibiotik standar seperti ampicillin, co-trimoxazole, dan fluoroquinolones pada tahun 2020. Hal ini mempersulit pengobatan infeksi umum secara efektif.

Beberapa tahun silam, saya pernah menulis kisah nyata seorang remaja putri berusia 17 tahun, bernama Rebecca Lohsen.
Rebecca mengeluh sakit tenggorokan setelah pulang berlibur bersama keluarganya. Sakitnya tidak dirasakan berat, ia bahkan masih bisa berpergian ke mall. Baru beberapa hari kemudian kondisinya mulai menurun, ada demam tinggi, lemas, dan mengeluh ada back pain.
Setelah beberapa kali ke dokter akhirnya Rebecca didiagnosis radang paru (pneumonia) dan harus segera masuk RS. Setelah dirawat di RS selama 2 hari, diketahui kalau radang parunya disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus yang sudah resisten terhadap methicillin - MRSA (Methicillin-resistant Staphylococcus aureus).

MRSA adalah golongan bakteri yang sudah berevolusi dan memiliki resistensi terhadap berbagai antibiotik umum, termasuk golongan penicillins (methicillin, dicloxacillin, nafcillin, dsb) dan golongan cephalosporins. Otomatis hal ini mengakibatkan golongan bakteri MRSA ini lebih susah untuk diobati dengan standard antibiotik biasa.

Setelah mengetahui penyebabnya, dokter masih menenangkan orang tua Rebecca. Mereka masih menaruh kepercayaan dengan ilmu kedokteran yang sudah maju, dan tentu antibiotik yang tepat bisa digunakan untuk melawan MRSA tersebut.
Sayangnya kenyataan berbicara lain. 
Hasil scan menunjukkan kondisi paru-parunya terus memburuk, tidak ada perbaikan sehingga bahkan harus dimasukkan tube ke dalam tenggorokannya untuk membantunya bernafas. Dokter yang menangani menyerah, tidak bisa lagi menaikkan kadar oksigen dalam tubuhnya. Kondisi dan kesadarannya terus menurun sehingga berada dalam keadaan koma.
Pelajar putri yang sebelumnya sehat, “an honor student”, dan juga jago berenang ini tiba tiba harus bergantung pada alat-alat bantu penunjang kehidupan yang dipasang di sekujur tubuhnya.

Empat bulan setelah berjuang melawan penyakitnya di RS, Rebecca Lohsen, meninggal dunia. Ibunya yang juga seorang perawat, antara percaya dan tidak menyaksikan hidup putrinya direngut oleh bakteri yang selama ini dianggap sudah bisa ditaklukan oleh obat obatan modern. Nearly 4 months after she mentioned that sore throat, she died”.
(Kisah Rebecca diangkat di lecture tentang “Drug Resistance” dari The Pennsylvania State University. Kisah nyata lainnya bisa dibaca dari referensi no.2)

Apakah ada yang bisa kita lakukan untuk mengatasi AMR?
Selain berbagai usaha dari sisi riset kedokteran untuk menemukan obat-obat antimikroba baru yang bisa mengatasi AMR, kita semua, masyarakat umum juga harus mulai menyadari tentang bahaya AMR.

- Jaga kebersihan dan kesehatan diri sehingga dapat menghindari infeksi berulang yang mengakibatkan pemakaian berbagai obat antimikroba berulang kali.
- Ikuti vaksinasi wajib dasar!
Tuberculosis/TB (vaksin BCG), Diphteria, Pertusis, Tetanus (vaksin DPT) merupakan penyakit-penyakit infeksi parah yang sudah bisa dicegah melalui vaksinasi. Perlu diketahui, saat ini resistensi obat terhadap TB juga meningkat pesat dan sudah menjadi masalah global baru.
- Gunakan antibiotik dan obat-obat antimikroba lainnya secara bijaksana dan tepat. Gunakan pada penyakit yang cocok dan minum obat sesuai instruksi hingga selesai. Penggunaan obat yang tidak tepat sangat berkontribusi pada timbulnya AMR.

--
Teman-teman pasti sudah banyak yang tahu ya komik manga “Hataraku Saibo; はたらく細胞” (Cells at Work)
Mereka bekerja sama dengan pemerintah (MHLW) untuk membantu meningkatkan kesadaran publik tentang resistensi antimikroba. Poster yang menampilkan karakter dari manga tersebut juga didistribusikan ke berbagai tempat terkait seperti RS, apotek, dsb di seluruh Jepang pada bulan November karena bulan ini sudah ditetapkan sebagai Bulan Promosi Penanggulangan AMR.

Semoga kita semua bisa lebih mengerti tentang AMR dan bisa mulai berpartisipasi mencegah meluasnya AMR. Demi melindungi anak-anak kita juga, generasi mendatang, yang akan menghadapi kesulitan besar jika AMR terus meningkat.

Salam sehat,

Tokyo, 24 November 2024

#kesehatanwibj

Referensi:
1. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/antimicrobial-resistance
2. https://www.idsociety.org/public-health/patient-stories/patient-stories/
3. https://www.cdc.gov/antimicrobial-resistance/prevention/index.html
4. https://amr.ncgm.go.jp/information/campaign2024.html
5. https://news.yahoo.co.jp/articles/3fbea4412551b864cf5fa2bc423d7845cf0bc954



𝐒𝐞𝐚𝐬𝐨𝐧𝐚𝐥 𝐈𝐧𝐟𝐥𝐮𝐞𝐧𝐳𝐚 𝟐𝟎𝟐𝟒-𝟐𝟎𝟐𝟓

 𝐒𝐞𝐚𝐬𝐨𝐧𝐚𝐥 𝐈𝐧𝐟𝐥𝐮𝐞𝐧𝐳𝐚 𝟐𝟎𝟐𝟒-𝟐𝟎𝟐𝟓


Halo semuanya, tidak terasa sudah masuk musim gugur.
Jangan lupa ya atur agenda untuk menjadwalkan vaksin influenza.  Di Jepang, vaksin influenza sudah bisa diambil sejak bulan Oktober. 

Isi vaksin influenza BERBEDA setiap tahun, disesuaikan dengan strain virus influenza yang sedang, atau diperkirakan akan mewabah pada waktu tersebut. Berikut strain virus influenza di dalam vaksin tahun 2024/2025: 

A/Victoria(ビクトリア) /4897/2022 (IVR-238) (H1N1) pdm09

A/California(カリフォルニア) /122/2022 (SAN-022) (H3N2)

B/Phuket (プーケット) /3073/2013 (山形系統)

B/Austria(オーストリア) /1359417/2021 (BVR-26) (ビクトリア系統)

*Strain A/California, merupakan strain baru yang berbeda dari tahun lalu. 


Untuk tambahan informasi. 

Tahun lalu Jepang akhirnya memberikan izin untuk produksi dalam negeri dan penjualan vaksin influenza dalam bentuk semprotan hidung / nasal spray. Vaksin ini berupa “intrasal live attenuated influenza vaccine (LAIV)” dengan nama produk: 𝐅𝐥𝐮𝐦𝐢𝐬𝐭® 𝐍𝐚𝐬𝐚𝐥 𝐒𝐨𝐥𝐮𝐭𝐢𝐨𝐧 (vaksin trivalent, produksi Daiichi Sankyo Co.). 

Di akhir bulan September 2024, Flumist sudah dirilis dan di muzim influenza tahun 2024 ini sudah mulai dapat digunakan. Target anak usia 2-18 tahun (2 歳から 19 歳未満). Vaksin diberikan satu kali, tetapi untuk usia di bawah 9 tahun dan belum memiliki riwayat pernah vaksin influenza, memerlukan dua kali vaksinasi. Biaya berkisar 8000~9000 yen per 1 kali suntikan. 

Flumist berisi virus influenza hidup yang sudah dilemahkan. Berbeda dengan Flumist, vaksin influenza dalam bentuk suntikan yang selama ini digunakan, merupakan vaksin tidak aktif (inactivated vaccine), berisi hanya partikel virus yang telah ditumbuhkan dalam kultur, diolah sehingga kemampuan menimbulkan penyakit hilang tetapi masih mampu membuat respon dari sistem kekebalan tubuh. 

PS: Untuk penderita asma, wanita hamil menyusui, orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah, dianjurkan tetap menggunakan flu shot/suntikan vaksin influenza. 


Semoga bisa menambah pengetahuan semuanya dan semoga kita bisa bersiap memasuki musim gugur, musim dingin dengan sehat! 


Salam sehat, 


Tokyo, 6 Oktober 2024 

#kesehatanwibj 


Referensi:

1. https://www.nikkei.com/article/DGXZQOUC048I20U4A001C2000000/

2. https://www.jpeds.or.jp/uploads/files/20240909_keibi_i_vaccine.pdf

3. https://www.kansensho.or.jp/uploads/files/guidelines/influenza_vaccine_240924.pdf

4. https://news.yahoo.co.jp/articles/69c72f1fdbb170878e438d787efad8b307197621

Image: 
https://www.nikkei.com/article/DGXZQOUC048I20U4A001C2000000/