Influenza Outbreak in Japan: 2024~2025
Halo semuanya, kasus influenza sedang tinggi banget ya di Jepang. Saya tulis kembali tentang influenza dengan penambahan dan modifikasi seperlunya dari tulisan-tulisan saya sebelumnya.
Seperti yang selalu saya tulis, influenza berbeda dengan batuk pilek (common cold, atau “kaze” kata orang Jepang). Influenza disebabkan oleh virus influenza. Biasanya yang sering menjadi bertanggung jawab menjadi penyebab wabah musiman influenza, yaitu tipe A dan B. Influenza virus tipe A dapat dibagi lagi dalam beberapa strain, tergantung dari kominasi 2 jenis protein yang di terdapat di permukaan virus, dikenal dengan nama hemagglutinin (H) dan neuramidase (N). Dari kombinasi 2 jenis protein inilah kita kenal ada influenza virus tipe H1N1, H1N2, H3N2, dsb. Sedangkan untuk tipe B tidak dibagi menjadi subtipe H dan N, tetapi secara garis besar dibagi menjadi dua garis keturunan utama (lineage), yakni Victoria lineage dan Yamagata lineage.
Strain influenza virus tipe A/H1N1 pernah menyebabkan pandemik besar di tahun 1918 yang dikenal dengan nama “Spanish flu”. Saat itu virus influenza sanggup membunuh lebih dari 25 juta orang hanya dalam waktu 25 minggu sejak terjadinya wabah (bandingkan dengan virus HIV/AIDS yang juga bisa membunuh 25 juta orang, tapi dalam 25 tahun). Begitu cepatnya virus influenza menyebar dan membunuh sekian banyak orang sehingga pandemik saat itu digambarkan sebagai “the greatest medical holocaust in history”. Kejadian Spanish flu ini kemudian dijadikan patokan untuk bertindak lebih baik dalam menghadapi berbagai kasus pandemik lainnya seperti kasus 2009 Mexico’s swine flu, SARS, bahkan juga pandemik COVID-19.
Selain strain H1N1, strain influenza lain yang pernah tercatat menyebabkan wabah adalah tipe A/H3N2. Strain H3N2 ini pernah menyebabkan wabah di Hong Kong tahun 1968-1969, Fujian-China tahun 2003-2004, dan terus muncul di hampir setiap musim influenza.
Kedua strain tersebut tipe A/H1N1 dan A/H3N2, begitupula tipe B (Victoria dan Yamagata lineage) biasanya selalu rutin dimasukkan dalam vaksin influenza, termasuk vaksin influenza tahun 2024/2025 saat ini.
Kenapa sih vaksin influenza diberikan setiap tahun?
Virus influenza punya kemampuan yang dikenal dengan istilah “antigenic drift”. Disini virus konsisten membuat perubahan/mutasi genetik secara halus, sedikit demi sedikit, supaya bisa lolos dari deteksi sistem kekebalan tubuh. Akibatnya, antibody yang sudah dibuat untuk melawan virus influenza sebelumnya tidak mempan terhadap virus baru hasil perubahan genetik. Ibarat sistem pengenalan wajah untuk menangkap maling misalnya, si maling akan berusaha tampil berbeda entah dengan topi, kacamata hitam, dsb untuk menghindari deteksi wajahnya. Ini sebabnya terjadi wabah influenza tahunan dan mengapa perlu vaksinasi setiap tahun.
Selain itu, ada lagi kemampuan influenza virus yang disebut “antigenic shift”. Disini terjadi perubahan genetik virus yang lebih dramatis. Timbul strain virus baru yang belum pernah dikenali oleh sistem kekebalan tubuh, ibarat maling baru yang belum pernah muncul sebelumnya sehingga tidak dapat dikenali sama sekali. Di sini kita tidak mempunyai pertahanan tubuh sama sekali dan resiko pandemik flu besar, seperti Spanish flu, Mexico flu bisa berulang.
Vaksin influenza berguna tidak sih?
Ada penelitian skala besar di Norwegia tentang hubungan antara influenza dan radang otak, encephalitis. Penelitian ini mengamati catatan medis dari tahun 2008 hingga 2014 pada penduduk Norwegia dengan jumlah lebih dari 5,21 juta orang. Dari jumlah tersebut, lebih dari 680.000 didiagnosis menderita influenza dan sekitar 2.800 mengalami encephalitis. Ditemukan bahwa risiko terkena encephalitis dalam satu minggu pertama setelah tertular influenza naik hingga sekitar 48 kali lebih tinggi dari biasanya. Di sisi lain, ditemukan bahwa risiko encephalitis tidak meningkat setelah menerima vaksin influenza (A/H1N1). Selain menunjukkan tidak ada indikasi vaksinasi terkait resiko encephalitis, studi ini juga memperkuat data bahwa vaksin influenza efektif dalam mengurangi tingkat keparahan jika terkena influenza.
Dalam berita terbaru dari NHK beberapa hari lalu, RS anak di Shizuoka mengatakan mereka memiliki tiga pasien di bawah umur yang terkena disfungsi otak, encephalopathy terkait influenza. Pasien dengan encephalopathy dapat mengalami kejang dan penurunan kesadaran dengan cepat. Ketiga pasien tersebut datang ke RS dalam kurun waktu hanya sebulan dari pertengahan Desember hingga awal Januari, jumlah yang bisa dibilang tinggi dalam kurun waktu yang singkat. Satu dari ketiga pasien tersebut, balita, meninggal.
Perlu dicatat, setelah mendapat vaksin tidak serta merta tubuh langsung memiliki imunitas tinggi terhadap influenza. Tubuh butuh waktu untuk induksi membuat antibody tersebut. Itu sebabnya vaksin influenza biasanya sudah didistribusikan sejak awal Oktober supaya ada waktu cukup untuk tubuh membentuk imunitas saat menjelang masuk bulan Januari yang dingin, dimana biasanya kasus influenza musiman meningkat. Untuk anak-anak yang masih perlu vaksinasi dua kali, ada baiknya diatur hingga paling telat awal Desember sudah komplit terima vaksin.
Dari data yang dikeluarkan oleh National Insititute of Infectious Disease, vaksin untuk musim influenza 2024/2025 ini memilki kecocokan dengan strain virus yang beredar di lapangan. Ini berarti, diharapkan orang yang divaksinasi lebih besar kemungkinan untuk terlindungi. Bukan berarti tidak akan terinfeksi sama sekali, tetapi meningkatkan peluang pencegahan penyakit agar tidak parah.
---
Semoga dengan mengerti influenza lebih baik, kita juga bisa lebih baik dalam menjaga diri sendiri dan keluarga terhadap influenza. Selain tindakan pencegahan dasar penyakit menular seperti cuci tangan, berkumur, dsb, silakan juga pertimbangkan untuk memanfaatkan vaksin dengan baik.
Tokyo, 12 Januari 2025
PS: Saya sertakan foto electron microscope dari influenza virus-Spanish flu 1918.
(Wikipedia: By Photo Credit: Cynthia GoldsmithContent Providers(s): CDC/ Dr. Terrence Tumpey - This media comes from the Centers for Disease Control and Prevention's Public Health Image Library (PHIL), with identification number #8160)
References:
1. https://www.cdc.gov/flu/about/viruses-types.html
2. https://en.wikipedia.org/wiki/Spanish_flu
3. https://en.wikipedia.org/wiki/Influenza_A_virus_subtype_H3N2
4. https://pedsallergy.theletter.jp/posts/47686cb0-cb57-11ef-b7e2-91c5abe7d04a
5. https://www.cdc.gov/flu/php/viruses/change.html
6. Ghaderi S, Størdal K, Gunnes N, Bakken IJ, Magnus P, Håberg SE. Encephalitis after influenza and vaccination: a nationwide population-based registry study from Norway. Int J Epidemiol. 2017;46(5):1618-1626. doi:10.1093/ije/dyx149
7. https://www3.nhk.or.jp/nhkworld/en/news/backstories/3747/
8. https://www.niid.go.jp/niid/ja/flu-antigen-phylogeny/13065-2024-12-28.html