Saturday, March 21, 2009

Preparing for Pregnancy: Part I


Preparing for Pregnancy: Part I
(Summarized from "Plan to Get Pregnant: 10 Steps to Maximum Fertility"
by Zita West)

Kali ini cuma mau berbagi cerita dari salah satu buku bacaan yang ada. Buku ini tidak sengaja ketemu pas lagi mampir ke Kinokuniya di Minami Shinjuku. Iseng iseng baca, ternyata isinya cukup menarik, bahkan menambah pengetahuan saya sebagai dokter. Akhirnya beli, baca dan saya share di sini. Selamat membaca, semoga berguna.

Saya yakin banyak di antara kita, juga rekan rekan sejawat yang mendapat pertanyaan atau bahkan mengalami sendiri bagaimana pusingnya kalau ditanya “kok belum hamil hamil? padahal sudah cek sana sini semua normal saja”. Ternyata untuk sebagian orang, hamil tidak semudah membalikkan tangan, bahkan banyak yang sampai putus asa mencoba berbagai cara untuk hamil. Selain meninjau dan mencoba memecahkan masalah dari sisi dunia medis, buku ini juga mengajak kita untuk mencoba mengenali diri kita sendiri dan gaya hidup kita sehari hari yang ternyata juga bisa mempengaruhi kesuburan dan kesempatan kita untuk hamil.

Dalam buku ini ada 10 langkah yang membahas tentang bagaimana mempersiapkan badan dan aktivitas kita agar si “burung bangau” bisa segera datang membawa buah hati yang diharapkan. Dan berikut ini langkah langkahnya yang sudah berusaha saya ringkas supaya mudah dibaca.

Step one: Trying for a baby
Di langkah pertama ini dijabarkan bagaimana kita harus menelaah faktor faktor yang secara umum bisa mempengaruhi kesuburan, antara lain:
- Age
Disukai atau tidak, umur seorang wanita penting dalam menentukan tingkat kesuburannya. Dalam usia reproduktifnya, seorang wanita menghasilkan kira kira 400 telur yang matang dan biasanya kira kira 15 tahun sebelum usia menopause (berarti kira kira usia 35 tahun) persediaan telur menurun, begitupula kualitas telur yang dihasilkan. Meskipun hal ini bisa mempersulit kemungkinan hamil, tapi dengan majunya kualitas kesehatan, juga dengan merubah lifestyle serta asumsi nutrisi yang baik untuk meningkatkan kesuburan, banyak pasangan yang berhasil memperoleh anak meski sudah berusia di atas 35 tahun.

- BMI (Body Mass Index)
Berat badan yang berlebihan maupun kekurangan ternyata berpengaruh pada tingkat kesuburan. Pada wanita dengan berat badan berlebih, sel sel lemak akan melepaskan estrogen yang bisa menekan hormon penting dalam siklus menstruasi wanita, yakni hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone). Tanpa FSH, tidak akan terjadi ovulasi. Sedangkan pada wanita yang kekurangan berat badan, kadar estrogen juga bisa rendah dan menyebabkan menstruasi menjadi tidak teratur atau bahkan stop.
Kita bisa mengukur berat badan ideal melalui BMI, caranya dengan membagi berat badan (kg) dengan kuadrat tinggi badan (m). BMI ideal berkisar antara 20-25.

- Common medical causes
Problem medis yang sering menyebabkan kesulitan hamil antara lain endometriosis, polycystic ovary syndrome (PCOS), dan fibroids. Kita harus waspada dan bisa mengenali gejala yang ada untuk sesegera mungkin menindaklanjuti penanganannya ke dokter ob-gyn. Gejala endometriosis misalnya: nyeri hebat saat menstruasi, darah haid yang banyak (sampai harus seing mengganti pembalut dalam 1 atau 2 jam), atau waktu menstruasi yang panjang (lebih dari seminggu). Selain itu obat obatan yang sering kita minum sehari hari juga mempunyai efek terhadap kesuburan. Simple analgesic seperti ibuprofen, juga bisa mempengaruhi ovulasi, implantasi dan meningkatkan resiko keguguran. Begitupula dengan antihistamines untuk alergi atau batuk seperti Benadryl bisa berpengaruh terhadap sekresi lendir rahim sehingga menganggu implantasi. Sebaiknya selalu konsultasikan ke dokter kandungan, obat obat apa yang boleh kita konsumsi menjelang dan saat hamil.

Step two: Basics for women
Disini dibahas bagaimana supaya seorang wanita mengenali dirinya sendiri termasuk mengenal siklus menstruasi karena untuk seorang wanita yang ingin hamil tentu saja penting mengetahui kapan masa suburnya sehingga peluang terjadinya pembuahan lebih besar.

Siklus menstruasi yakni: hari pertama menstruasi sampai hari terakhir sebelum menstruasi berikutnya. Siklus menstruasi antara 23 sampai 35 hari tergolong normal, sepanjang siklus tersebut teratur (kadang bisa telat atau sedikit lebih cepat, tidak masalah). Umumnya menstruasi berlangung antara 3-5 hari, tetapi asalkan teratur, lebihpun sebenarnya tidak ada masalah sepanjang tidak ada keluhan lain yang menyertainya.

Siklus menstruasi seorang wanita dipengaruhi secara kompleks oleh berbagai hormon dalam tubuhnya. Melenceng sedikit dari buku, disini siklus menstruasi saya bagi 3 (di buku dibagi 2) karena menurut saya lebih mudah dimengerti.
- Fase folikular (durasi bervariasi tergantung dari siklus individual setiap wanita dan dipengaruhi oleh berbagai keadaan/kondisi tubuh)
Dimulai sejak hari pertama menstruasi sampai ovulasi berikutnya. Disini hypothalamus di otak akan melepaskan gonadotropin-releasing hormone (GnRH) yang lalu akan merangsang pengeluaran follicle-stimulating hormone (FSH). FSH ini akan merangsang pembentukan folikel telur di ovarium. Telur yang berkembang di ovarium lalu akan merangsang pengeluaran hormon estrogen untuk membantu mempersiapkan kondisi dalam rahim agar menerima kehadiran si telur setelah ia dilepaskan ke dalam rahim. Selain itu, naiknya kadar estrogen akan memberikan umpan balik negatif, menekan produksi hormone FSH sehingga setiap ovulasi, hanya akan ada satu atau dua telur matang yang siap dilepaskan ke dalam rahim.

- Fase Ovulasi – Masa subur (berlangsung kira kira 1 minggu)
Estrogen juga akan memberi sinyal ke hypothalamus, memberi tahu bahwa telur sudah matang, dan hypothalamus kembali akan mengatur pelepasan hormon lainnya yang dikenal dengan nama luteinising hormone (LH). LH akan menyebabkan dinding folikel yang melindungi si telur pecah, dan telur matang dilepaskan ke dalam rahim (ovulasi). Fase dimana kadar estrogen mulai naik, LH naik, dan terjadi ovulasi merupakan “fertile window” dimana pembuahan dan kehamilan bisa terjadi.

Tanda tanda masa subur yang bisa dikenali:
* naiknya LH bisa dideteksi dengan ovulation-predictor kit yang banyak dijual di toko obat.
* sekresi lendir rahim yang lebih banyak, tebal, lengket, dan jika direnggangkan dengan ibu jari tidak pecah, seperti ada lemnya (“if testing the mucus between the thumb and forefinger, it will stretch rather than break”)
* naiknya temperature tubuh yang dipicu oleh naiknya kadar progesterone akibat rangsangan dari sisa folikel telur yang sudah pecah. Ini sebabnya pasangan yang ingin hamil diminta untuk rutin mencatat suhu basal tubuh sehingga mudah mendeteksi kenaikan suhu yang menandai masa ovulasi.

- Fase luteal (durasi hampir selalu konstan, 14-16 hari)
Berlangsung sejak ovulasi sampai menstruasi berikutnya. Kadar LH akan langsung turun setelah ovulasi, sementara sisa folikel telur yang pecah akan menghasilkan hormone progesterone. Bersama hormone estrogen yang masih tinggi, hormone progesterone ini akan menyebabkan kenaikan suhu badan, penebalan dinding rahim untuk mempermudah menempelnya telur yang sudah dibuahi ke dinding rahim, plus juga membantu memberikan nutrisi sementara untuk si telur hingga nanti plasenta mengambil alih tanggung jawabnya kelak.
Jika telur tidak dibuahi, maka ia akan rusak dan hormone estrogen serta progesterone akan turun disertai luruhnya dinding rahim yang sudah menebal tadi, dan inilah saat menstruasi.

Tips menghitung masa subur dari saya:
Fase luteal panjangnya hampir selalu konstan sekitar 14-16 hari, tergantung per individu.
Ini berarti cukup mencatat tanggal hari pertama menstruasi secara teratur, setelah mengetahui siklus menstruasi, bisa mengetahui perkiraan tanggal menstruasi bulan berikutnya. Nah, dari perkiraan tanggal menstruasi berikutnya, kurangi panjang fase luteal (14 hari). Disitulah tanggal ovulasi. Karena sperma juga bisa bertahan rata rata 3-5 hari dalam vagina plus perhitungan kadang bisa meleset, ya dari tanggal ovulasi, majukan 2-3 hari, dan mundurkan juga 2-3 hari. Total kira kira 1 minggu ada periode masa subur tersebut.
Contoh: tanggal perkiraan haid bulan berikutnya tanggal 25.
Maka 25-14: 11. Berarti masa subur berkisar antara tanggal 8-14. (waktunya untuk berdekatan terus dengan sang suami :))

Step three: basics for men
Pria juga penting mengenali kesuburan dirinya sendiri, bagaimanapun juga kehamilan adalah proses yang membutuhkan kerjasama baik dari kedua belah pihak, pria dan wanita.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kesuburan pria:
- Age
Umur juga berpengaruh dalam kesuburan pria. Untuk menghasilkan sperma yang matang butuh kira kira 100 hari (380 kali pembelahan sel), dan seiring pertambahan usia pria, pembelahan sel juga menjadi lambat dan sering terganggu mengakibatkan banyaknya sperma yang abnormal. Meskipun produksi sperma sendiri berlangsung terus 24 jam sehari, setiap hari, tapi proporsi sperma yang bentuknya abnormal, tidak bisa berenang baik, dan juga membawa cacat genetik meningkat jumlahnya (“around 16% in men over the age of 45, compared to 4 percent for those in their late 20s”). Sperma yang matur terdiri dari kepala sperma (membawa 23 kromosom berisi material genetik yang juga akan menentukan jenis kelamin si anak), badan sperma (sebagai sumber energi yang membuat sperma bisa bergerak), dan buntut sperma (memungkinkan sperma berenang cepat dan lurus). Kelainan pembentukan sperma bisa terjadi di bagian mana saja, entah di kepala sperma, entah di badan atau buntut sperma.

- Lifestyle factors
Tempat pembentukan sperma di dalam testis memerlukan suhu sedikit lebih rendah dibawah suhu badan untuk bisa bekerja optimal, karena itulah testis (yang berada di dalam skrotum) berada tergantung di luar tubuh. Ia akan memanjang menjauhi tubuh yang panas pada musim panas, dan akan mengkerut mendekati tubuh pada musim dingin. Kebiasaan menaruh laptop di pangkuan bisa menyebabkan naiknya temperature di skrotum dan mengakibatkan kerusakan pada sperma. Tidak ada salahnya mengurangi frekuensi penggunaan laptop yang ditaruh langsung di atas pangkuan. Begitupula sebaiknya menghindari pemakaian underpants atau jeans yang terlalu ketat dalam jangka waktu lama karena bisa meningkatkan suhu dalam skrotum.

- Common medical conditions
Penyakit seperti diabetes dan tekanan darah tinggi bisa menyebabkan gangguan ereksi. Begitupula dengan penyakit penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual (Sexually Transmitted Diseases/STD) seperti chlamydia, gonorrhea dsb, bisa menyebabkan radang dan perlengketan pada jalan keluar sperma yang tentu saja berakibat pada gangguan kesuburan pria.

Info tambahan:
Jenis kelamin anak ditentukan oleh sperma pria (bukan wanita lho).
Telur wanita dan sperma pria masing masing membawa 1 set kromosom yang berjumlah 23. Telur ibu hanya membawa khusus kromosom wanita yang diberi label xx sedangkan sperma ayah membawa label wanita plus pria, xy. Pada saat pembuahan akan terjadi kombinasi yang unik dari kromosom tersebut, sehingga si embryo akan memiliki 23 pasang (46) kromosom. Jika kombinasi yang terjadi menghasilkan perpaduan xx, si embryo akan berjenis kelamin wanita; dan bila kombinasi yang dihasilkan menjadi xy, si embryo akan berjenis kelamin pria.


To be continued …….

No comments:

Post a Comment