Sunday, May 31, 2009

Q & A (May 2009)

SUBJECT: Alkohol dan Liver cancer?

Memang pada peminum alcohol bisa terjadi bisa terjadi fatty liver, alcoholic hepatitis atau cirrhosis (alcoholic liver diseases) yang semuanya bisa menjadi factor resiko untuk menderita liver cancer di kemudian hari. Seperti kebanyakan kanker, gejala awal liver cancer juga kadang tidak jelas dan baru terdeteksi setelah stadium lanjut. Biasanya gejala yang umum: sakit di daerah perut, adanya pembengkakan berisi cairan di perut (ascites), ada demam, dan disertai juga dengan penurunan berat badan (meski tidak diet). Setelah itu warna kulit pasien juga menjadi kuning (sakit kuning kata orang awam) atau istilahnya jaundice/ikterik. Hasil laboratorium biasanya menunjukkan kenaikan serum alpha-fetorpotein (meski ini bukan indikator pasti), juga biasanya ada abnormalitas pada hasil pemeriksaan “liver blood test”, misalnya SGOT/SGPT. Biasanya untuk memastikan bisa dilakukan biopsy dan kemudian sample jaringan di cek dengan mikroskop plus dibantu dengan pewarnaan tertentu yang bisa menjadi marker/petunjuk adanya perbedaan dengan jaringan sehat yang bebas tumor. Terapi disesuaikan dengan kondisi pasien dan kondisi tumornya. Yang paling ideal dengan transplantasi hati, tapi tentu saja ini juga bukan hal gampang.

Jalan keluar terbaik tentu saja sedapat mungkin menghindari faktor resiko yang ada, meski tidak semua peminum alcohol pasti terkena liver cancer, tapi dengan menghindarinya setidaknya tidak menyesal di kemudian hari.

SUBJECT: Kerokan saat masuk angin?

Meski istilah resmi masuk angin di dunia kedokteran tidak ada, tapi memang istilah ini umum sekali dipakai oleh orang awam (malah termasuk saya juga suka ikutan pakai hehe). Di Jepang juga dikenal istilah “kaze wo hiku” yang juga sami mawon, bilang masuk angin, bahkan kanji-nya kaze itu ya kanji-nya angin.

Sebenarnya masuk angin ini istilah yang dipakai untuk menggambarkan kumpulan sindrom seperti kepala cenut cenut, badan pegal pegal, perut kembung, hidung tenggoroakan tidak enak, dsb. Nah, umumnya gejala gejala seperti itu merupakan gejala awal flu, makanya di dunia medis ya masuk angin ini digolongkan sebagai “common cold”. Penyebab flu sendiri adalah virus yang bisa sembuh sendiri tanpa perlu antibiotik. Jika daya tahan tubuh baik, istirahat cukup, plus makan makanan yang hangat, bisa membantu melawan infeksi virus tersebut dan akhirnya memang yang kita sebut “masuk angin” ini bisa sembuh deh.

Satu lagi, umumnya saat masuk angin tubuh akan terasa lebih enak kalau kita berendam air panas, baluran dengan kayu putih, makan makanan yang hangat (chicken soup dan bubur hangat terbukti efektif untuk saya). Ini karena efek dari hangat tersebut membuat pembuluh darah melebar (vasodilatasi) sehingga memudahkan aliran darah bergerak lancar ke seluruh tubuh sekaligus lancar mengirimkan pasokan serdadu penjaga tubuh untuk melawan si virus flu tersebut. Efek yang sama didapat dengan kerokan, merah merah di kulit karena vasodilatasi yang terjadi. Tapi pada kerokan ini, ada lagi zat lain yang dilepaskan yakni endorphin.

Endorphin terdiri dari 2 kata: “endo” yang berarti endogenous (dari dalam tubuh sendiri) dan “morphin” yang berarti menyerupai efek morphin. Saat kerokan (apalagi yang baru pertama) biasanya terasa nyeri, nah endorphin ini dilepaskan sebagai efek mekanisme pertahanan tubuh terhadap rasa nyeri. Setelah rasa sakit, otak kita jadi dirangsang untuk justru merasa senang, ada pleasing feeling. Sama seperti olahraga, biasanya meski capek, setelah itu malah badan kita merasa enak.

Saya belum tahu pasti, tapi mungkin karena memang menyerupai efek morphin ini, tidak heran kerokan juga bisa membuat ketagihan. Saya pribadi, tidak menganjurkan kerokan karena merusak pembuluh darah kapiler kulit, meski saya juga tidak bisa melarang karena faktor sugesti yang berperan disini juga kuat. Tidak kerokan rasanya tidak sembuh, begitu kata papi saya.

SUBJECT: Infeksi Rubella saat hamil?

Rubella (German Measles) sebenarnya adalah penyakit infeksi ringan, disebabkan oleh virus Rubella dan ditandai dengan adanya rash di kulit (menyerupai campak). Gejalanya hanya minimal bahkan kadang tidak disadari oleh penderitanya dan bisa sembuh sendiri (termasuk self-limiting disease). Penularannya melalui udara pernapasan apabila ada kontak erat dengan penderita.

Nah, yang jadi masalah jika terinfeksi Rubella ini pada awal kehamilan yang bisa mengakibatkan cacat bawaan pada anak yang dikandung, dikenal dengan istilah Congenital Rubella Syndrome (CRS), terutama apabila terinfeksi pada trimester awal kehamilan.

Saya kurang jelas dengan yang dimaksud ibu antigen virus atau antibody virus. Jika tidak salah tangkap, yang tinggi adalah antibody virus? Mungkin bisa dituliskan atau di copy-paste hasilnya (jika ada kesulitan bahasa Jepang). Yang juga penting disini, apakah ibu pernah mendapatkan vaksin Rubella atau MMR pada saat masih kecil? Ada 2 jenis antibody yang terbentuk pada tubuh seseorang saat terjadi infeksi penyakit, yakni antibody IgM dan IgG. Saat infeksi masih akut, atau baru terjadi maka antibody IgM akan meningkat. Sebaliknya, jika sudah sembuh dan terbentuk antibody kekebalan dalam tubuh atau jika menerima vaksin, maka titer antibody IgG yang akan meningkat. Jadi jika pernah terinfeksi Rubella atau pernah menerima vaksin Rubella dan mempunyai kekebalan terhadap Rubella maka antibody IgG akan terdeteksi.

Yang saya duga, dari hasil tes ibu, baik antibody IgM maupun IgG meningkat sehingga dokter mencurigai adanya infeksi akut Rubella, dan memutuskan melanjutkan pemeriksaan untuk memastikannya.

Jika dari hasil tes, ibu positive terinfeksi virus Rubella, berkonsultasilah dengan sejelas jelasnya ke dokter yang menangani ibu tentang kemungkinan kemungkinan yang bisa diambil dan resiko resikonya. Saya mengerti jika kendala bahasa bisa menjadi masalah buat ibu, mungkin bisa mencari teman Indonesia yang sudah cukup lama tinggal di daerah ibu untuk membantu menjelaskan.

SUBJECT: Mengatasi cadel huruf “R”?

Sebenarnya ketidakmampuan mengucapkan huruf R dengan benar (menurut pandangan kita) berbeda beda. Di Jepang, justru mereka memang tidak bisa mengucapkan huruf R sempurna karena tidak mengenal konsonan tersebut dalam bahasanya. Jadi kalau anda tinggal di sini, dijamin tidak ada yang menertawakan anda, malah mungkin dipuji karena bahasa Jepangnya sempurna seperti native Japanese. (# Mereka mengucapkan rice seperti lice).

Memang ketidakmampuan mengucapkan huruf R dengan benar salah satunya bisa disebabkan karena kelainan anatomis lidah dan kelainan anatomis ini bisa diperbaiki dengan jalan operasi (frenotomy), tapi ini biasanya dilakukan pada saat bayi karena adanya kesulitan menghisap ASI (inipun setahu saya juga jarang dilakukan). Terus terang, saya belum mengetahui ada kasus cadel R yang operasi pada orang dewasa.

Saya pribadi lebih memilih melatih pelan pelan kemampuan melafalkan huruf R tersebut dan tidak usah sedih kalau belum berhasil. Saya yakin masih banyak anugrah kemampuan lain yang anda punya, melebihi orang yang bisa melafalkan R, yang bisa anda pupuk dengan baik. Yang paling penting, tambah rasa percaya diri anda, kembangkan diri, wawasan dan pengetahuan anda. Saya yakin, orang akan lebih menghargai isi kalimat dari apa yang anda bicarakan, ketimbang bagaimana anda mengucapkan kalimat tersebut.


No comments:

Post a Comment