Monday, January 13, 2025

Influenza Outbreak in Japan: 2024~2025

 Influenza Outbreak in Japan: 2024~2025 


Halo semuanya, kasus influenza sedang tinggi banget ya di Jepang. Saya tulis kembali tentang influenza dengan penambahan dan modifikasi seperlunya dari tulisan-tulisan saya sebelumnya. 


Seperti yang selalu saya tulis, influenza berbeda dengan batuk pilek (common cold, atau “kaze” kata orang Jepang). Influenza disebabkan oleh virus influenza. Biasanya yang sering menjadi bertanggung jawab menjadi penyebab wabah musiman influenza, yaitu tipe A dan B. Influenza virus tipe A dapat dibagi lagi dalam beberapa strain, tergantung dari kominasi 2 jenis protein yang di terdapat di permukaan virus, dikenal dengan nama hemagglutinin (H) dan neuramidase (N). Dari kombinasi 2 jenis protein inilah kita kenal ada influenza virus tipe H1N1, H1N2, H3N2, dsb. Sedangkan untuk tipe B tidak dibagi menjadi subtipe H dan N, tetapi secara garis besar dibagi menjadi dua garis keturunan utama (lineage), yakni Victoria lineage dan Yamagata lineage. 

Strain influenza virus tipe A/H1N1 pernah menyebabkan pandemik besar di tahun 1918 yang dikenal dengan nama “Spanish flu”. Saat itu virus influenza sanggup membunuh lebih dari 25 juta orang hanya dalam waktu 25 minggu sejak terjadinya wabah (bandingkan dengan virus HIV/AIDS yang juga bisa membunuh 25 juta orang, tapi dalam 25 tahun). Begitu cepatnya virus influenza menyebar dan membunuh sekian banyak orang sehingga pandemik saat itu digambarkan sebagai “the greatest medical holocaust in history”.  Kejadian Spanish flu ini kemudian dijadikan patokan untuk bertindak lebih baik dalam menghadapi berbagai kasus pandemik lainnya seperti kasus 2009 Mexico’s swine flu, SARS, bahkan juga pandemik COVID-19.  

Selain strain H1N1, strain influenza lain yang pernah tercatat menyebabkan wabah adalah tipe A/H3N2. Strain H3N2 ini pernah menyebabkan wabah di Hong Kong tahun 1968-1969, Fujian-China tahun 2003-2004, dan terus muncul di hampir setiap musim influenza.  

Kedua strain tersebut tipe A/H1N1 dan A/H3N2, begitupula tipe B (Victoria dan Yamagata lineage) biasanya selalu rutin dimasukkan dalam vaksin influenza, termasuk vaksin influenza tahun 2024/2025 saat ini. 

Kenapa sih vaksin influenza diberikan setiap tahun? 

Virus influenza punya kemampuan yang dikenal dengan istilah “antigenic drift”. Disini virus konsisten membuat perubahan/mutasi genetik secara halus, sedikit demi sedikit, supaya bisa lolos dari deteksi sistem kekebalan tubuh. Akibatnya, antibody yang sudah dibuat untuk melawan virus influenza sebelumnya tidak mempan terhadap virus baru hasil perubahan genetik.  Ibarat sistem pengenalan wajah untuk menangkap maling misalnya, si maling akan berusaha tampil berbeda entah dengan topi, kacamata hitam, dsb untuk menghindari deteksi wajahnya. Ini sebabnya terjadi wabah influenza tahunan dan mengapa perlu vaksinasi setiap tahun. 

Selain itu, ada lagi kemampuan influenza virus yang disebut “antigenic shift”. Disini terjadi perubahan genetik virus yang lebih dramatis. Timbul strain virus baru yang belum pernah dikenali oleh sistem kekebalan tubuh, ibarat maling baru yang belum pernah muncul sebelumnya sehingga tidak dapat dikenali sama sekali. Di sini kita tidak mempunyai pertahanan tubuh sama sekali dan resiko pandemik flu besar, seperti Spanish flu, Mexico flu bisa berulang. 

Vaksin influenza berguna tidak sih? 

Ada penelitian skala besar di Norwegia tentang hubungan antara influenza dan radang otak, encephalitis. Penelitian ini mengamati catatan medis dari tahun 2008 hingga 2014 pada penduduk Norwegia dengan jumlah lebih dari 5,21 juta orang. Dari jumlah tersebut, lebih dari 680.000 didiagnosis menderita influenza dan sekitar 2.800 mengalami encephalitis. Ditemukan bahwa risiko terkena encephalitis dalam satu minggu pertama setelah tertular influenza naik hingga sekitar 48 kali lebih tinggi dari biasanya. Di sisi lain, ditemukan bahwa risiko encephalitis tidak meningkat setelah menerima vaksin influenza (A/H1N1). Selain menunjukkan tidak ada indikasi vaksinasi terkait resiko encephalitis, studi ini juga memperkuat data bahwa vaksin influenza efektif dalam mengurangi tingkat keparahan jika terkena influenza. 

Dalam berita terbaru dari NHK beberapa hari lalu, RS anak di Shizuoka mengatakan mereka memiliki tiga pasien di bawah umur yang terkena disfungsi otak, encephalopathy terkait influenza. Pasien dengan encephalopathy dapat mengalami kejang dan penurunan kesadaran dengan cepat. Ketiga pasien tersebut datang ke RS dalam kurun waktu hanya sebulan dari pertengahan Desember hingga awal Januari, jumlah yang bisa dibilang tinggi dalam kurun waktu yang singkat. Satu dari ketiga pasien tersebut, balita, meninggal. 

Perlu dicatat, setelah mendapat vaksin tidak serta merta tubuh langsung memiliki imunitas tinggi terhadap influenza. Tubuh butuh waktu untuk induksi membuat antibody tersebut. Itu sebabnya vaksin influenza biasanya sudah didistribusikan sejak awal Oktober supaya ada waktu cukup untuk tubuh membentuk imunitas saat menjelang masuk bulan Januari yang dingin, dimana biasanya kasus influenza musiman meningkat. Untuk anak-anak yang masih perlu vaksinasi dua kali, ada baiknya diatur hingga paling telat awal Desember sudah komplit terima vaksin. 

Dari data yang dikeluarkan oleh National Insititute of Infectious Disease, vaksin untuk musim influenza 2024/2025 ini memilki kecocokan dengan strain virus yang beredar di lapangan. Ini berarti, diharapkan orang yang divaksinasi lebih besar kemungkinan untuk terlindungi. Bukan berarti tidak akan terinfeksi sama sekali, tetapi meningkatkan peluang pencegahan penyakit agar tidak parah. 


---

Semoga dengan mengerti influenza lebih baik, kita juga bisa lebih baik dalam menjaga diri sendiri dan keluarga terhadap influenza. Selain tindakan pencegahan dasar penyakit menular seperti cuci tangan, berkumur, dsb, silakan juga pertimbangkan untuk memanfaatkan vaksin dengan baik. 


Tokyo, 12 Januari 2025 

PS: Saya sertakan foto electron microscope dari influenza virus-Spanish flu 1918. 

(Wikipedia: By Photo Credit: Cynthia GoldsmithContent Providers(s): CDC/ Dr. Terrence Tumpey - This media comes from the Centers for Disease Control and Prevention's Public Health Image Library (PHIL), with identification number #8160) 



References: 

1. https://www.cdc.gov/flu/about/viruses-types.html

2. https://en.wikipedia.org/wiki/Spanish_flu

3. https://en.wikipedia.org/wiki/Influenza_A_virus_subtype_H3N2

4. https://pedsallergy.theletter.jp/posts/47686cb0-cb57-11ef-b7e2-91c5abe7d04a

5. https://www.cdc.gov/flu/php/viruses/change.html

6. Ghaderi S, Størdal K, Gunnes N, Bakken IJ, Magnus P, Håberg SE. Encephalitis after influenza and vaccination: a nationwide population-based registry study from Norway. Int J Epidemiol. 2017;46(5):1618-1626. doi:10.1093/ije/dyx149

7. https://www3.nhk.or.jp/nhkworld/en/news/backstories/3747/

8. https://www.niid.go.jp/niid/ja/flu-antigen-phylogeny/13065-2024-12-28.html


Sunday, November 24, 2024

ANTIMICROBIAL RESISTANCE

 

ANTIMICROBIAL RESISTANCE

Teman-teman pernah dengar istilah AMR? AMR singkatan dari Antimicrobial Resistance atau bahasa Indonesia-nya, resistensi antimikroba.

Apa sih AMR ini?
Seusai namanya, AMR merupakan istilah medis yang diberikan untuk menggambarkan situasi adanya mikroorganisme pathogen yang resisten, alias kebal terhadap obat antimikroba. Akibatnya, obat-obat antimikroba yang biasa dipakai untuk mengobati penyakit infeksi menjadi tidak efektif.

Apakah AMR berbahaya?
Tentu!
AMR adalah ancaman kesehatan global yang penting ketika bakteri, jamur, parasit berevolusi menjadi resisten terhadap obat-obat antimikroba (termasuk antibiotik, antivirus, anti jamur, antiparasit).

Kemunculan dan penyebaran dengan cepat bakteri, virus, dsb yang resisten terhadap obat-obat yang kita punya akan mengancam kemampuan kita untuk mengobati penyakit infeksi yang biasanya mudah ditangani. Akibatnya, orang beresiko meninggal hanya karena terkena infeksi yang sebenarnya sangat mudah diobati jika tidak terjadi resistensi obat.

Apakah sudah ada kejadian terkait AMR?
Sudah cukup banyak dan laporan kasus terus meningkat.
Global Antimicrobial Resistance and Use Surveillance System (GLASS) tahun 2022 melaporkan tingkat resistensi yang mengkhawatirkan di antara bakteri pathogen umum. Tingkat rata-rata yang dilaporkan di 76 negara sebesar 42% untuk E. coli yang resisten terhadap antibiotik cephalosporins generasi ketiga, dan 35% untuk Staphylococcus aureus yang resisten terhadap methicillin (MRSA). Untuk infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh E. coli, 1 dari 5 kasus menunjukkan penurunan respon terhadap antibiotik standar seperti ampicillin, co-trimoxazole, dan fluoroquinolones pada tahun 2020. Hal ini mempersulit pengobatan infeksi umum secara efektif.

Beberapa tahun silam, saya pernah menulis kisah nyata seorang remaja putri berusia 17 tahun, bernama Rebecca Lohsen.
Rebecca mengeluh sakit tenggorokan setelah pulang berlibur bersama keluarganya. Sakitnya tidak dirasakan berat, ia bahkan masih bisa berpergian ke mall. Baru beberapa hari kemudian kondisinya mulai menurun, ada demam tinggi, lemas, dan mengeluh ada back pain.
Setelah beberapa kali ke dokter akhirnya Rebecca didiagnosis radang paru (pneumonia) dan harus segera masuk RS. Setelah dirawat di RS selama 2 hari, diketahui kalau radang parunya disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus yang sudah resisten terhadap methicillin - MRSA (Methicillin-resistant Staphylococcus aureus).

MRSA adalah golongan bakteri yang sudah berevolusi dan memiliki resistensi terhadap berbagai antibiotik umum, termasuk golongan penicillins (methicillin, dicloxacillin, nafcillin, dsb) dan golongan cephalosporins. Otomatis hal ini mengakibatkan golongan bakteri MRSA ini lebih susah untuk diobati dengan standard antibiotik biasa.

Setelah mengetahui penyebabnya, dokter masih menenangkan orang tua Rebecca. Mereka masih menaruh kepercayaan dengan ilmu kedokteran yang sudah maju, dan tentu antibiotik yang tepat bisa digunakan untuk melawan MRSA tersebut.
Sayangnya kenyataan berbicara lain. 
Hasil scan menunjukkan kondisi paru-parunya terus memburuk, tidak ada perbaikan sehingga bahkan harus dimasukkan tube ke dalam tenggorokannya untuk membantunya bernafas. Dokter yang menangani menyerah, tidak bisa lagi menaikkan kadar oksigen dalam tubuhnya. Kondisi dan kesadarannya terus menurun sehingga berada dalam keadaan koma.
Pelajar putri yang sebelumnya sehat, “an honor student”, dan juga jago berenang ini tiba tiba harus bergantung pada alat-alat bantu penunjang kehidupan yang dipasang di sekujur tubuhnya.

Empat bulan setelah berjuang melawan penyakitnya di RS, Rebecca Lohsen, meninggal dunia. Ibunya yang juga seorang perawat, antara percaya dan tidak menyaksikan hidup putrinya direngut oleh bakteri yang selama ini dianggap sudah bisa ditaklukan oleh obat obatan modern. Nearly 4 months after she mentioned that sore throat, she died”.
(Kisah Rebecca diangkat di lecture tentang “Drug Resistance” dari The Pennsylvania State University. Kisah nyata lainnya bisa dibaca dari referensi no.2)

Apakah ada yang bisa kita lakukan untuk mengatasi AMR?
Selain berbagai usaha dari sisi riset kedokteran untuk menemukan obat-obat antimikroba baru yang bisa mengatasi AMR, kita semua, masyarakat umum juga harus mulai menyadari tentang bahaya AMR.

- Jaga kebersihan dan kesehatan diri sehingga dapat menghindari infeksi berulang yang mengakibatkan pemakaian berbagai obat antimikroba berulang kali.
- Ikuti vaksinasi wajib dasar!
Tuberculosis/TB (vaksin BCG), Diphteria, Pertusis, Tetanus (vaksin DPT) merupakan penyakit-penyakit infeksi parah yang sudah bisa dicegah melalui vaksinasi. Perlu diketahui, saat ini resistensi obat terhadap TB juga meningkat pesat dan sudah menjadi masalah global baru.
- Gunakan antibiotik dan obat-obat antimikroba lainnya secara bijaksana dan tepat. Gunakan pada penyakit yang cocok dan minum obat sesuai instruksi hingga selesai. Penggunaan obat yang tidak tepat sangat berkontribusi pada timbulnya AMR.

--
Teman-teman pasti sudah banyak yang tahu ya komik manga “Hataraku Saibo; はたらく細胞” (Cells at Work)
Mereka bekerja sama dengan pemerintah (MHLW) untuk membantu meningkatkan kesadaran publik tentang resistensi antimikroba. Poster yang menampilkan karakter dari manga tersebut juga didistribusikan ke berbagai tempat terkait seperti RS, apotek, dsb di seluruh Jepang pada bulan November karena bulan ini sudah ditetapkan sebagai Bulan Promosi Penanggulangan AMR.

Semoga kita semua bisa lebih mengerti tentang AMR dan bisa mulai berpartisipasi mencegah meluasnya AMR. Demi melindungi anak-anak kita juga, generasi mendatang, yang akan menghadapi kesulitan besar jika AMR terus meningkat.

Salam sehat,

Tokyo, 24 November 2024

#kesehatanwibj

Referensi:
1. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/antimicrobial-resistance
2. https://www.idsociety.org/public-health/patient-stories/patient-stories/
3. https://www.cdc.gov/antimicrobial-resistance/prevention/index.html
4. https://amr.ncgm.go.jp/information/campaign2024.html
5. https://news.yahoo.co.jp/articles/3fbea4412551b864cf5fa2bc423d7845cf0bc954