Cervical Spine Surgery
Gejala yang timbul jika penyempitan terjadi di ruas cervical C5-C6:
- ‘weakness’ di daerah otot biseps (lengan atas bagian depan) dan pergelangan tangan
- rasa sakit, bisa disertai baal atau kesemutan yang menjalar ke arah ibu jari
Gejala yang timbul jika penyempitan terjadi di ruas cervical C6-C7:
- ‘weakness’ di daerah otot triseps (lengan atas bagian belakang). bahu dan jari jari tangan
- rasa sakit, bisa disertai baal atau kesemutan yang menjalar ke arah jari tengah
Gejala yang timbul jika penyempitan terjadi di ruas cervical C7-T1:
- ‘weakness’ dari leher, bahu belakang yang menjalar turun ke lengan
- bisa menyebabkan ‘weakness’ saat menggenggam (hand grip)
- rasa sakit, bisa disertai baal atau kesemutan yang menjalar ke arah jari kelingking
Untuk lebih jelas, bisa lihat link video berikut:
http://www.spine-health.com/video/cervical-radiculopathy-interactive-video
Cervical spine surgery merupakan tindakan operasi untuk mengatasi masalah di atas.
Berdasarkan dari posisi mana operasi akan dilakukan untuk mencapai cervical spine yang bermasalah, ada 2 tehnik yang diapakai:
1. Anterior approach
Tehnik ini umum digunakan karena tidak banyak menyebabkan kerusakan pada susunan normal otot, akses jalan ke tulang cervical juga mudah dicapai dan luka yang ditimbulkan juga hanya sedikit. Masalah yang bisa timbul biasanya setelah operasi, pasien mengalami radang tenggorokan dan rasa tidak nyaman saat menelan karena tindakan operasi yang dilakukan pada area tersebut.
2. Posterior approach
Tehnik ini biasanya dipertimbangkan jika hernia sebagian besar terjadi ke arah lateral dari spinal cord. Kelemahannya lapang pandang pada tehnik ini terbatas, selain itu tehnik ini sulit dan cukup banyak pembuluh darah di area yang dituju sehingga resiko perdarahan meningkat. Kemudian karena sebagian besar isi disc tetap tertinggal di tempatnya, ada kemungkinan terjadi hernia kembali di masa mendatang.
Anterior dan posterior approach:
Setelah itu urutan prosedur yang umum dilakukan:
1. Pemotongan disc (Discectomy)
Dimulai dari pemotongan kulit/incisi sekitar 2-4 cm pada kulit leher sebelah kanan atau kiri. Dengan bantuan x-ray, dokter akan memastikan ruas cervical yang dituju, melakukan pemotongan jaringan fibrous yang mengelilingi disc dan akan melakukan removal dari isi badan disc.
2. Penyambungan tulang spinal (Spinal fusion surgery)
Disini dilakukan ‘bone graft’ untuk mempertahankan space/ruang yang cukup antar ruas tulang belakang setelah dilakukan discectomy. Selain itu, penyambungan tulang ini juga akan mengurangi gerakan dari tulang cervical sehingga bisa mengurangi rasa sakit sekaligus mencegah terjadinya deformitas (kelainan bentuk tulang belakang) berupa kifosis (struktur tulang belakang melengkung ke depan).
Tulang yang dipakai untuk melakukan penyambungan ini dapat berasal dari tubuh pasien sendiri, dikenal dengan nama autograft bone atau dapat berasal dari bank tulang atau dari donor lain dikenal dengan nama allograft bone.
Pada autograft bone, jaringan tulang yang dipakai adalah tulang pinggul (hip). Tehnik ini sudah menjadi ’gold-standard’ yang dipakai sejak tahun 1950-an dan terjadi penyambungan dengan baik pada sekitar 90-95% pasien. Kekurangan pada tehnik ini yaitu mesti dilakukan incisi lagi untuk mengambil jaringan tulang pinggul tersebut. Saat itu bisa terjadi komplikasi seperti, infeksi, perdarahan, gangguan pada saraf daerah panggul, dan fraktur/retak tulang panggul. Tidak jarang, pasien lebih merasakan sakit pada tempat asal pengambilan tulang tersebut daripada leher tempat operasi utamanya.
Pada allograft, dipakai tulang dari donor. Karena di tulang tidak ada sel hidup yang bisa membangkitkan imunitas tubuh, jarang terjadi reaksi penolakan terhadap donor tulang tesebut. Kelemahan tehnik ini, sering terjadi kegagalan penyambungan tulang dan lebih lambat sembuh dibandingkan autograft bone. Selain itu meski resikonya kecil, tetap ada kemungkinan transmisi penyebaran infeksi dari donor seperti HIV atau hepatitis.
Selain menggunakan tulang seperti dibahas di atas, dikembangkan juga altenatif lain sebagai pengganti tulang dikenal sebagai Bone graft substitute materials. Beberapa contoh material bone graft substitutes bisa lihat pada tabel dibawah ini:
Class Description Examples Allograft based Allograft bone, used alone or in combination with other materials Allogro, OrthoBlast, Opteform, Grafton Factor based Natural and recombinant growth factors, used alone or in combination with other materials TGF-beta, PDGF, FGF, BMP Cell based Cells used to generate new tissue alone or seeded onto a support matrix Mesenchymal stem cells Ceramic based Includes calcium phosphate, calcium sulfate, and bioglass, used alone or in combination Osteograf, Norian SRS, ProOsteon, Osteoset Polymer based Both degradable and nondegradable polymers, used alone or in combination with other materials Cortoss, OPLA, Immix
- Demineralized bone matrix (DBM)
Berupa ekstrak protein dari tulang yang berguna untuk menstimulasi pembentukan tulang. Tersedia dalam bentuk chips, gel, powder dsb. Tetapi pemakaian DBM ini harus bersama dengan pemakaian tulang (bone graft) karena ia tidak cukup kuat untuk sendiri menstimulasi penyambungan tulang baru.
- Synthetic bone graft extenders
Contohnya adalah ceramics, calcium phosphate atau material lainnya yang menyerupai isi tulang. Mereka juga digunakan bersama dengan tulang (bone graft) untuk membantu pertumbuhan tulang dan mempermudah penyambungan tulang. Resiko infeksi juga biasanya rendah dibandingkan menggunakan allograft tulang murni dari donor.
- Bone morphogenetic protein (BMP)
Protein ini dapat menstimulasi pertumbuhan tulang, menarik material protein lain yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang ke tulang belakang yang sedang membutuhkan. Menariknya, disini tidak diperlukan tambahan bantuan dari tulang pasien sendiri atau dari donor.
Kutipan tujuan dari pemakaian BMP ini:
The primary goals of using BMP in spinal fusions are:
- To create a spinal fusion as well as or better than using the patient’s own bone.
- To eliminate the need for harvesting the patient's bone from his or her hip, thus avoiding the potential side effects and complications of the bone harvesting procedure.
Spinal fusion surgery video:
http://www.spine-health.com/video/spine-fusion-surgery-video
Salam sehat,
Kathryn-Tokyo
References:
Medline plus: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/002971.htm
Spine health: http://www.spine-health.com/conditions/herniated-disc/cervical-herniated-disc-symptoms-and-treatment
http://www.spine-health.com/treatment/spinal-fusion/bone-graft-substitutes
e-medicine: http://emedicine.medscape.com/article/1230616-overview
A good story to share! Thank you pak Djoko :)
ReplyDelete*****
Selamat Malam Tokyo.... Terimakasih sudah mau balas.... Begini dok... ditahun 1990 Dj. sering sekali sakit di pundak sebelah kanan.... Sudah Pakai Psyoterpy dan pejat segala tapi ztidak sembuh. Malah tangan kanan suka semutan... Makin lama,makin menjadi,sampai pegang gelaspun tidak bisa pegang.... Dari pertama di Radiology,dengan hasil Rontgen,di bilang tidak ada penyempitan.... Juga saat di bikin Computer Tomograpy di billang normal... Sampai satu saat doter Dj. kirim kr Neurology dan dia periksa lebih detail dan Dj. dikirim ke Radioalogy yang lain dan masuk tabung lagi,tapi saat itu,bukan Computer tomoigrapy,tapi Kernspind Tomograpy... Dan Radiologynya bilang,sudah harus dioperasi.... Achirnya Dj. consult sama kaka Dj. yang juga dokter Neurology di Surabaya... Dia malah sarankan suopaya jangan dioperasi,karena menurut dia resikonya sangat besar. Juga dua keponakan Dj. yang dokter bilang jangan dioperasi... 7 dokter di Jerman,yang Dj. tanya,4 bilang jangan dioperasi dan 3 bilang harus di operasi.... Sampai yang terachir,saat Dj. sudah di Rumah sakit,dokternya kasi lihat di Video dan gambar-gambar,jalannya operasi dan semua resikonya.... Tapi dia bilang,kalau dia yang operasi,resikonya hanya 1,5 %... Olehnya Dj. dengan banyak berdoa,berani menjalani operasi... Dj. hanya 3 hari di Rumah sakit,tapiu 6 bulan istirahat dirumah dan seminggu 2X ke psyotherapy. Yang sakit vukan yang dileher,tapi tulang pinggul yang diambil untuk sebagai paku di tulang leher... Memang dokternya bilang,bisa pakai tulang babi atau metal ( titan ) atau plastik. Tapi yang paling bagus ya pakai tulang sendiri,yaitu diambil dari tulang pinggul..... Wah itu operasi dari tulang pinggul,saat sadar,sangat sakit,sampai 2 minggu nggak bisa jalan tanpa tongkat,tapi dokternya bilang harus dicoba jalan..... Anehnya ditulang leher malah tidak ada rasa sakit sama sekali..... Hanya saja,sampai sekarang,kalau mau memutar leher,kekiri atau kekanan,sedikit terbatas,tidak seperti dulu lagi... Tapi ada satu kejadian yang aneh lagi... Sejak o.p terebut,... Dj. tidak pernah sakit kepala lagi.... Apa mungkin syaraf yang bikin pusing kepotong...??? Hahahahahaha....!!! Sejak 1991 sampai saat ini,Dj. bebas dari sakit kepala..... Okay dok....siapa tau ada gunanya,buat papa mertua.... Dj. tidak tau,mudah-mudahan di Indonesia juga ada Specialis Neurochirugy..... Sehingga operasi papa mertuanya dapat berjalan dengan lancar... Satu lagi,saat itu Dj. dapat obat kecil putih dengan nama Vorticortin yang mana satu tabletnya saat itu di Jerman sekitar DM 80,- kalau di itung sekarang sekitar € 40,- ( Rp. 600.000,- ). Obatnya kecil dan sehari cuma boleh makan 1/2 saja... Kaka Dj. di Indonesia,bilang..kalau Dj. hidup di Indonesia,mana mungkin bayar itu operasi... Puji TUHAN, di Jerman,semua ditanggung oleh asuransi.... Juga saat Dj. 2002 kena serangan janting di Jogja,seminggu di Rumah Sakit,semua asuransi. Tapi dokter di Jerman marah,karena sebenarnya Dj. belum boleh terbang,apalagi 13 jam diudara... Okay dok...sebelum Dj. ngelantur kemana-mana... Salam manis dari Mainz... Doa Dj. buat papa mertua,semoga semua berjalan lancar.....
Posted by: Djoko Paisan | Kamis, 12 November 2009 | 03:54 WIB