Lupus Patients : Potential Victims of Covid-19
Pernah
dengar penyakit Lupus?
Lupus
adalah penyakit autoimun dimana sistem kekebalan tubuh seseorang menyerang sel
sel sehat dan jaringan tubuhnya sendiri. Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit
ini sangat beraneka ragam tergantung jaringan tubuh yang diserang sehingga
Lupus dikenal juga dengan sebutan "the great imitator" atau penyakit
seribu wajah. Lupus bisa menyerang organ tubuh yang penting seperti
jantung, paru, ginjal, maupun sistem saraf dan otak. Jika terlambat dikenali dan diatasi dengan baik, Lupus bisa berakibat
fatal. Sampai saat ini Lupus belum bisa disembuhkan, tapi bisa dikendalikan
sehingga orang dengan Lupus (Odapus) berada dalam kondisi remisi – kondisi dimana
gejala berkurang atau hilang sehingga penderita bisa menjalankan aktivitas
sehari hari.
Bagaimana
mengendalikan Lupus?
Dengan
berbagai obat yang sesuai untuk mengatasi gejala yang keluar. Kadang pasien
Lupus butuh waktu sampai tahunan untuk bisa mendapatkan kombinasi obat obatan yang
cocok untuk bisa mengatasi gejala Lupus yang dialami.
Selain
obat obatan anti inflamasi, corticosteroid, immunosuppresants, dsb; obat antimalaria juga menjadi salah satu obat pilihan
untuk Lupus. Obat antimalaria yang biasanya dipakai penderita Lupus
contohnya: hydroxychloroquine (Plaquenil) dan chloroquine (Aralen). Obat antimalaria,
melalui modulasi komponen sistem imun tubuh dapat membantu meminimalisir gejala
Lupus yang timbul dan bahkan diharapkan bisa membantu mencegah Lupus menyerang
organ tertentu seperti ginjal dan susunan saraf pusat.
Apa
hubungannya Lupus dengan Covid-19?
Salah
satu obat yang dianggap potensial mengatasi Covid-19 adalah chloroquine - obat anti
malaria. Meskipun sampai saat ini belum terbukti jelas secara ilmiah dan
investigasi pun masih terus berlangsung; banyak orang yang sudah berbondong bondong
membeli chloroquine dan bahkan meminumnya sendiri tanpa indikasi medis apapun
selain dengan harapan bisa melindungi diri sendiri dari Covid-19. Akibatnya
bisa ditebak, obat antimalaria yang memang dibutuhkan sehari hari oleh pasien
Lupus ini hilang dari pasaran.
Bagaimana
kondisi Odapus saat ini?
Pasien
Lupus yang bergantung pada obat chloroquine dalam pengobatannya, tentu sudah
kewalahan. Mereka sudah tidak mudah lagi membeli chloroquine, stok habis dimana
mana. Yayasan Lupus Indonesia melalui
ketuanya, Tiara Savitri sudah bersuara mengenai hal ini:
Begitupula
di Amerika. Berikut kutipan dari artikel yang dikeluarkan dari kredibel medical
journal, JAMA:
“As
we have learned from consumer behavior with toilet paper, hand sanitizers, and
masks during the COVID-19 crisis, even as the supply of hydroxychloroquine
increases, barriers for patients with lupus who are vulnerable may persist. Stockpiling of hydroxychloroquine to
prevent or treat COVID-19, despite very limited evidence of benefit, thus
exposes these patients to enormous risks.”
---
Saya
secara khusus menulis artikel ini karena memang sudah ada odapus yang curhat masalah
ini ke saya, dan saya berjanji untuk membantu menyebarluaskan kondisi ini supaya
lebih banyak orang yang sadar. Jadi yuk, kita yang baca ini tulisan ini
berusaha memberi edukasi ke keluarga dan teman teman lain untuk tidak gila
gilaan memborong obat yang saat ini belum resmi pasti efektivitasnya, tetapi
sudah membahayakan jiwa orang lain yang justru benar benar membutuhkan dengan segera obat
tersebut.
“Don’t
Panic – Stay Alert – Get Informed, and Be
Wise”
Tokyo,
15 April 2020
UPDATE:
Pencabutan izin darurat Hydroxychloroquine Sulfate dan Chloroquine Phosphate untuk mengobati pasien Covid-19
https://www.cnbcindonesia.com/tech/20201118123707-37-202711/bpom-ri-cabut-izin-pakai-darurat-2-obat-covid-19-ini