Sunday, January 25, 2009
Q & A (January 2009)
Alergi sebenarnya overreaksi dari system kekebalan tubuh seseorang, dimana justru pada sebagian besar orang lain tidak. Seseorang yang mudah mengalami alergi dikenal juga dengan isitlah atopi, sedangkan bahan penyebab alergi dikenal dengan istilah allergen.
Allergen banyak sekali dan bermacam macam, antara lain: obat, makanan (zat warna yang terkandungnya, protein dll), gigitan serangga, inhalan (serbuk sari bunga/pollen, debu dll), bahkan juga suhu. Dari cerita R, sepertinya penyebab alergi bukan hanya suhu dingin (cold urticaria) karena selama tinggal di Indonesia juga sudah mengalami urticaria tersebut. Pengobatan terbaik untuk alergi adalah menghindari allergen penyebabnya, dan untuk itu kita perlu memastikan allergen tersebut.
Salah satu cara memastikan cold urticaria dengan ice-cube test (dokter ahli alergi di sana pasti juga mengerti). Satu hal yang perlu diperhatikan, cold urticaria is not a winter allergy. Jika memang R hipersensitif terhadap suhu dingin (bukan hanya udara), bahkan di summer sekalipun jika terpapar suhu dingin (di ruangan ber-AC yang dingin atau bahkan makan es krim) bisa saja memicu urticaria tersebut. Kebetulan saja, pada winter urticaria tersebut semakin mudah terjadi.
Memang sulit 100% menghindari allergen, dan disaat inilah kita butuh obat obatan golongan antihistamine. Generasi pertama antihistamine yang terkenal yaitu CTM, dengan efek sampingnya yang juga terkenal yaitu ngantuk (“sedating” antihistamines). Sedangkan generasi yang lebih baru dikatakan tidak lagi menyebabkan ngantuk (“non-sedating” antihistamines). Selain antihistamine, golongan obat lain yang digunakan yaitu kortikosteroid. Silahkan consult ke dokter terlebih dahulu sebelum menggunakan obat obat golongan ini. Selain itu, bisa juga consult ke dokter untuk kemungkinan melakukan immunotherapy. Di sini, dilakukan desensitization atau hyposensitization dimana tubuh kita diberikan allergen yang menyebabkan alergi, dengan dosis yang ditingkatkan sedikit demi sedikit (harus dalam pantauan dokter) sehingga akhirnya lama lama batas toleransi tubuh kita naik dan akhirnya kita bisa terpapar allergen tanpa mengalami gejala alergi atau hanya sedikit gejala alergi yang timbul.
SUBJECT: Perokok pasif?
Perokok pasif adalah orang orang yang tidak merokok tapi menghirup asap rokok yang dihasilkan dari perokok aktif. Asap yang dihasilkan disini dikenal dengan istilah secondhand smoke (SHS) atau environmental tobacco smoke (ETS) dan merupakan asap gabungan dari 2 jenis hasil pembakaran tobacco:
1. sidestream smoke (asap yang berasal langsung dari rokok yang dibakar)
2. mainstream smoke (asap yang dikeluarkan oleh si perokok)
Passive smoking jelas menjadi masalah karena menyebabkan problem kesehatan yang sama dengan perokok aktif. Para perokok pasif juga menghirup zat zat karsinogen (zat zat yang beresiko menyebabkan kanker). Menurut American Cancer Society, tembakau mengandung lebih dari 4,000 zat kimia, dimana lebih dari 60 di antaranya telah diketahui atau diduga sebagai zat penyebab kanker. Tidak hanya beresiko menderita kanker paru, anak anak yang menghirup asap rokok tersebut juga beresiko menderita radang paru paru seperti pneumonia dan bronchitis. Selain itu, ibu hamil juga beresiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
Sebagai informasi tambahan, kanker paru masih menduduki peringkat pertama penyebab kanker di pria.
Tempat kerja, tempat tempat umum dan rumah adalah lokasi yang paling memungkinkan kita ter-ekspose asap rokok tersebut. Di tempat kerja, perlu sekali adanya perlindungan tenaga kerja terhadap asap rokok tersebut (occupational health), begitupula di tempat tempat umum, terutama yang sering dikunjungi oleh anak anak.. Alangkah baiknya jika di Indonesia, restoran restoran bisa membagi dua ruangannya untuk yang merokok dan tidak merokok, seperti yang saya alami di Jepang ini. Sedangkan rumah tempat dimana kita menghabiskan sebagian besar waktu kita, sebaiknya bebas sama sekali dari asap rokok. Tidak ada batas aman untuk perokok pasif, dan sementara ini juga tidak ada cara lain untuk menanggulangi masalah perokok pasif kecuali sedapat mungkin menghindari asap rokok tersebut. “Mencegah lebih baik daripada mengobati” pepatah lama yang sering kita dengar dan perlu kita praktekan dalam mencegah penyakit. Menjalani gaya hidup sehat, seperti tidak merokok, olah raga teratur, dan menjaga keseimbangan menu makanan sehari hari sangat penting.
SUBJECT: Hb rendah, beda kista dan endometriosis?
Untuk menaikkan HB, selain suplemen yang diberikan bisa juga dibantu dengan mengkonsumsi liver, yang kaya akan zat besi.
Tentang kopi, sebenarnya bukan kopinya yang perlu anda perhatikan, tapi kandungan di dalamnya yakni kafein yang selain di kopi, juga bisa terdapat di coklat dan soft drinks. Nah, ada penelitian yang menyatakan kalau kafein ini sepertinya bisa dikaitkan dengan naiknya level hormone estrogen di dalam tubuh yang berakibat bisa memperparah endometriosis. Meski belum pasti, saya rasa lebih bijaksana kalau membatasi konsumsi kafein tersebut, atau kalau bisa menghindarinya. Mungkin ada rekan sejawat atau rekan lain yang bisa memberi informasi lebih detil, silahkan.
Endometriosis adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan kondisi dimana ada jaringan rahim yang seharusnya berada di rahim, ternyata tumbuh di luar rahim. Bisa tumbuh di manapun di luar rahim, tetapi yang paling sering di ovarium.
Gejala endometriosis antara lain: nyeri hebat saat menstruasi, darah haid yang banyak dan waktu menstruasi yang panjang, nyeri di dearah punggung bagian belakang. Tapi ada juga wanita dengan endometriosis yang tidak mempunyai gejala apapun. Sulit mempunyai anak bisa juga menjadi tanda tanda awal endometriosis tersebut.
Kista adalah pertumbuhan abnormal dari jaringan tubuh, menyerupai kantung dan umumnya berisi cairan. Kista juga bisa tumbuh di mana saja (kista yang tumbuh di kulit, umumnya bisa dikenali dengan mudah) dengan ukuran yang juga bervariasi.
Jadi sebenarnya, endometriosis dan kista adalah dua hal yang berbeda. Tetapi, ada kista yang disebabkan karena adanya endometriosis, atau sekaligus terjadi bersamaan sehingga dikenal istilah kista endometrium. Dan mungkin ini yang terjadi pada kasus anda.
Penanganan endometriosis selain dengan obat obatan penghilang rasa sakit (saat sakit menyerang) juga dengan operasi. Untuk mengetahui tipe operasi apa yang terbaik untuk anda (apakah cukup pengangkatan endometriosisnya saja, atau perlu pengangkatan rahim, sterilisasi dsb), sebaiknya konsultasi lebih lanjut dengan dokter SPOG anda. Beliau pasti tahu yang terbaik untuk anda.
SUBJECT: Herpes Labialis pada orang tua?
Herpes labialis disebabkan oleh virus Herpes Simplex, sehingga dikenal juga dengan istilah Oral Herpes Simplex. Infeksi ini biasanya menyerang bibir dan daerah sekitar mulut.
Gejalanya antara lain: luka di daerah bibir, ada blister (vesikel) berisi nanah, ada demam ringan dan biasanya didahului dengan rasa sakit atau gatal. Kadang juga ada pembengkakan kelenjar limfe di leher.
Herpes labialis ini menular melalui kontak langsung (berciuman) tapi juga bisa melalui gelas (minum bareng misalnya) atau pemakaian barang2 bersama dengan penderita. Menular jika saat melakukan kontak, terdapat virus aktif di penderita herpes (saat infeksi jelas terlihat). Tapi tidak tertutup kemungkinan virus juga bias menular meski saat itu penyakit sedang tidak aktif.
Diagnosa Herpes dipastikan dengan melihat langsung bentuk lukanya.
Kalau dari cerita L, besar kemungkinan sang ibu bukan menderita herpes labialis. Karena lokasi timbulnya herpes jarang di lidah (jarang di dalam rongga mulut). Seandainya kambuh, herpes juga biasanya selalu timbul lagi di tempat yang sama, tidak berpindah pindah lokasi. Selain itu, herpes yang sering kambuh disebabkan oleh virus herpes simplex golongan I yang justru biasanya menyerang anak anak dan dewasa muda, bukan orang tua.
Herpes sering salah diagnosa dengan apthous ulcer yang berbentuk seperti sariawan di dalam rongga mulut. Ini juga sering rekurens (kambuh) sehingga dikenal istilah Recurrent Aphtous Stomatitis (RAS) dan si RAS ini sebagian besar menyerang wanita daripada pria.
Untuk lebih jelasnya, coba lihat wikipedia ini:
http://en.wikipedia.org/wiki/Apthous_ulcer
Bisa bandingkan dengan herpes labialis:
http://en.wikipedia.org/wiki/Herpes_simplex (lihat di bagian orofacial infection).
Kalau ingin tahu lebih banyak tentang Herpes Labialis:
http://www.nlm.nih.gov/MEDLINEPLUS/ency/article/000606.htm
SUBJECT: Istri tidak enak badan dan lebih sensitif saat hamil muda?
Pada awal kehamilan terjadi perubahan hormone dalam tubuh si ibu hamil. Salah satunya adalah peningkatan hormone progesterone yang menyebabkan rasa lelah, malas dan mengantuk. Begitula dengan adanya peningkatan mendadak hormone estrogen yang bisa menyebabkan pengosongan lambung menjadi lambat dibanding biasanya dan berakibat ibu hamil merasa mual disertai rasa ingin muntah. Ini dikenal dengan istilah “morning sickness”. Menurut saya, rasa lelah, mual yang dialami oleh istri Bapak masih dalam batas wajar dan tidak perlu minum obat apapun untuk menekan mualnya. Seiring dengan usia kehamilan yang bertambah, gejala gejala tersebut juga akan berkurang.
Yang patut diwaspadai, jika mual dan muntah yang dialami berat dan berkepanjangan, tidak bisa menerima masukan apapun dalam tubuhnya sehingga si ibu hamil terancam resiko dehidrasi dan bahkan bisa sampai kehilangan kesadaran. Nah, pada kondisi ini sebaiknya segera bawa istri Bapak ke RS terdekat untuk mendapatkan pertolongan secepatnya.
Untuk mengurangi mual muntah, bisa dicoba dengan mengurangi makanan makanan yang banyak mengandung lemak, garam tapi rendah nutrisi. Hindari makan berat, ganti dengan cemilan cemilan ringan yang sehat seperti crackers, yogurt, buah buahan seperti apel juga baik. Minuman hangat dengan jahe (ginger tea) atau wedang jahe juga dikatakan bisa membantu mengurangi mual muntah pada ibu hamil.
Yang jelas, jangan minum obat obatan atau suplemen tanpa berkonsultasi dulu dengan dokter.
Selain itu, ibu hamil juga menjadi lebih sensitif terhadap bau bauan (parfum dsb) dan rasa. Tidak heran istri bapak jadi lebih tidak suka terhadap rasa obat atau makanan yang ditelannya. Saya tidak bisa menjawab pertanyaan Bapak, adakah obat yang tidak berasa pahit. Karena sebenarnya soal rasa itupun tergantung pada individu masing masing lagi. Pada sebagian orang mungkin berasa pahit, pada orang lain malah berasa biasa saja.
Saya harap dengan mengetahui perubahan yang memang wajar terjadi selama kehamilan, akan lebih memudahkan istri Bapak mengerti kondisinya dan lebih bisa menikmati kehamilannya.
SUBJECT: Vaksin hepatitis B dan adanya thimerosal pada vaksin?
Vaksin hepatitis B dimaksudkan sebagai tindakan pencegahan terhadap infeksi virus hepatitis B. Vaksin hepatitis B ini sudah termasuk dalam daftar imunisasi wajib untuk anak anak. Sedangkan bagi orang dewasa, dianjurkan untuk menerima vaksin hepatitis B tersebut, apalagi bila mempunya resiko tinggi seperti bekerja di RS atau di tempat tempat yang rawan dengan penularan hepatitis B.
Vaksin hepatitis B bukan berarti PASTI mencegah kanker hati, tetapi dengan vaksin hepatitis B setidaknya kita telah mengurangi kemungkinan terjadinya kanker hati yang dilatarbelakangi oleh hepatitis B tersebut. Kanker hati sendiri adalah penyakit yang kompleks, kebetulan salah satu penyebabnya adalah hepatitis B. Penyebab lain misalnya hepatitis C juga bisa beresiko menimbulkan penyakit hati kronik dan bisa berakhir dengan kanker hati. Sampai saat ini hepatitis C belum ada vaksinnya, sehingga cara terbaik yang bisa kita lakukan adalah menghindari penularan virus hepatitis tersebut.
Sedangkan untuk kanker (apapun jenisnya), pepatah lama masih berlaku: mencegah lebih baik daripada mengobati. Pola hidup sehat penting untuk kita terapkan dalam kehidupan sehari hari.
Thimerosal sebagai pengawet vaksin sudah digunakan sejak tahun 1930-an, dengan kata lain kita semua yang sudah divaksin sudah menggunakan thimerosal tersebut. Pernyataan bahwa vaksin yang mengandung thimerosal bisa menyebabkan autis belum terbukti dan sudah mendapat perhatian dari organisasi kesehatan. Meski masih menjadi perdebatan, untuk amannya vaksin vaksin yang ada sekarang sudah bebas dari thimerosal (bahkan sejak tahun 2001 di Amerika). Jadi saya rasa ibu bisa berkonsultasi dengan dokter anak ibu tentang vaksin bebas thimerosal tersebut.
Untuk keterangan tambahan lebih lengkap silahkan lihat link berikut:
Science daily: http://www.sciencedaily.com/releases/2008/01/080107181551.htm
U.S. Centers for Disease Control and Prevention (CDC, Departemen Kesehatan Amerika): http://www.cdc.gov/vaccinesafety/concerns/thimerosal.htm
Vaccine information: http://www.vaccineinformation.org/thimerosal.asp
Sebagai tambahan menyangkut kasus ini, vaksin MMR juga diributkan bisa menyebabkan autis, dipicu karena adanya paper yang menyebutkan tentang hubungan dari vaksin MMR dan autis. Tapi, paper ini sudah ditarik dan pengarang dari paper tersebut juga sudah mengakui bahwa kesimpulan yang mereka ambil dalam journal tersebut salah.
http://www.vaccinesafety.edu/Lancet-MMR-03-2004.htm
Jika ingin mengetahui lebih lanjut tentang berita ini bisa lihat:
Institute for Vaccine Safety (Johns Hopkins): http://www.vaccinesafety.edu/cc-mmr.htm
Women's Nightmare: Breast Cancer
Women’s Nightmare: Breast Cancer
Kanker payudara adalah kanker yang berasal dari jaringan sel sel yang terdapat di payudara. Berdasarkan lokasinya, kanker ini umumnya berasal dari sel sel yang terdapat di kelenjar yang memproduksi susu (lobular cancer) atau dari sel sel yang terdapat di saluran yang berfungsi mengangkut produksi susu tersebut ke puting susu (ductal cancer).
(Sumber ilustrasi: American Cancer Society, Detailed Guide: Breast Cancer)
Selanjutnya, kombinasi analisis berdasarkan ukuran tumor, apakah sudah menyebar atau belum, invasive atau tidak dan sebagainya, akan menentukan stadium tumor tersebut. Ini yang akrab di kita dengan istilah stadium 1, 2, 3 dan seterusnya. Semakin tinggi stadiumnya, semakin sulit kanker tersebut ditangani yang berakibat semakin buruk prognosisnya. Karena itu deteksi dini sangatlah penting dalam penanganan kanker, dan untuk memudahkan deteksi dini tersebut penting juga bagi kita mengetahui apa saja faktor resiko terjadinya kanker payudara.
Faktor Resiko Kanker Payudara
Segala macam faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menderita kanker dikenal sebagai faktor resiko kanker. Perlu diperhatikan, mempunyai faktor resiko bukan berarti pasti mendapat kanker; sebaliknya yang tidak sama sekali mempunyai faktor resiko juga bukan berarti pasti bebas dari kanker. Tetapi dengan mengetahui faktor faktor resiko yang ada, setidaknya kita bisa lebih mawas diri, lebih berhati hati dan deteksi dini pun lebih mudah dilakukan.
Berikut faktor faktor resiko kanker payudara:
Faktor resiko yang tidak dapat diubah
1. Gender
Tentu saja wanita lebih mudah menderita kanker payudara. Tapi bukan berarti kanker payudara tidak menyerang pria. Pria juga mempunyai jaringan kelenjar payudara, hanya saja saat pubertas (karena pengaruh hormone testosterone) kelenjar tersebut akan mengecil atau hilang. Sebaliknya wanita (karena pengaruh hormone estrogen dan progesterone) akan semakin berkembang. Pembesaran jaringan payudara pada pria umumnya dikenal dengan istilah gynecomastia, dan merupakan salah satu faktor resiko terjadinya kanker payudara pada pria.
2. Aging
Risiko terkena kanker payudara meningkat seiring dengan bertambahnya umur terutama setelah melewati usia 50 tahun, kecuali ada faktor mutasi genetik seperti yang saya tulis di nomor selanjutnya.
3. Genetic Risk Factors
Sebenarnya cukup banyak mutasi genetik yang dikaitkan dengan resiko terjadinya kanker payudara, tetapi mutasi yang paling sering ditemukan berhubungan dengan kanker payudara yakni mutasi pada gen BRCA.
Sesuai dengan nama yang diberikan untuk gen ini, wanita yang memiliki mutasi genetik gen BRCA1 (breast cancer1) atau BRCA2 (breast cancer2) beresiko hingga 80% untuk menderita kanker payudara selama masa hidupnya (data: American Cancer Society) Selain itu, mereka juga biasanya menderita kanker payudara pada usia yang lebih muda (rata rata sebelum usia 50 tahun) dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki kelainan mutasi gen tersebut. Selain kanker payudara, mutasi genetik dari gen ini juga dikaitkan dengan resiko terjadinya kanker ovarium dan kanker usus besar.
Berikut adalah kutipan yang saya ambil dari website U.S. National Cancer Institute (Cancer Topics: BRCA)
A woman's lifetime chance of developing breast and/or ovarian cancer is greatly increased if she inherits an altered BRCA1 or BRCA2 gene. Women with an inherited alteration in one of these genes have an increased risk of developing these cancers at a young age (before menopause), and often have multiple close family members with the disease. These women may also have an increased chance of developing colon cancer.
4. Family History of Breast Cancer and Personal History of Breast Cancer
Resiko menderita kanker payudara meningkat di wanita yang memiliki keluarga dekat (blood relatives) yang menderita kanker payudara. Selain itu, wanita yang sebelumnya sudah pernah menderita kanker di salah satu sisi payudaranya, beresiko kembali terserang kanker di payudara entah di sisi lainnya atau di bagian lain pada payudara yang sama.
5. Menstrual Periods
Wanita yang mendapat haid pada usia muda, sebelum 12 tahun atau menopause pada usia lanjut, di atas 55 tahun juga memiliki kecenderungan beresiko menderita kanker payudara. Diperkirakan ini terjadi karena tubuh lebih lama terpapar hormone estrogen dan progesterone.
Faktor resiko yang dapat diubah atau dikontrol
1. Not Having Children, or Having Them Later in Life
Wanita yang tidak mempunyai anak atau mempunyai anak pertama pada usia sesudah usia 30 tahun beresiko sedikit lebih tinggi untuk menderita kanker payudara di kemudian hari.
2. Birth Control Pills (Oral Contraceptive) or Hormone Replacement Therapy (HRT)
Resiko ini kembali dikaitkan dengan terekspose-nya tubuh dengan isi kontrasepsi pil, yakni hormon estrogen dan progesterone. Begitupula dengan pemakaian HRT post menopause yang sering dipakai untuk membantu mengatasi gejala gejala postmenopausal.
3. Being Overweight or Obese
Sebelum menopause, estrogen banyak diproduksi oleh ovarium dan hanya sebagian kecil berasal dari lemak. Setelah menopause, ovarium tidak lagi memproduksi estrogen dan lemak yang menjadi sumber estrogen saat itu, sehingga mempunyai lemak berlebih bisa meningkatan kadar estrogen dan akhirnya meningkatkan resiko terkena kanker payudara.
4. Alcohol
Meskipun mekanisme biologis hubungan antara konsumsi alkohol dengan kanker payudara belum dapat dijelaskan secara pasti, penelitian menunjukkan kalau resiko kanker payudara meningkat pada wanita yang mengkonsumsi alkohol dibandingkan yang tidak. Selain itu konsumsi alkohol juga dikenal sebagai salah satu faktor resiko pada kanker mulut, kerongkongan dan kanker hati.
5. Physical Activity
Olahraga rutin dan teratur bisa membantu mempertahankan berat badan ideal yang akhirnya membantu juga menurunkan resiko terkena kanker payudara.
Sebenarnya masih ada faktor faktor resiko lain yang dikatakan terlibat dalam terjadinya kanker payudara ini, tapi terlalu sulit untuk dijabarkan di sini karena selain ada yang belum pasti (masih penelitian) ada juga yang sifatnya individual. Setidaknya saya berharap faktor faktor resiko yang saya tulis di atas, sudah bisa membuat kita mengambil langkah langkah preventif untuk proteksi diri kita sendiri.
Deteksi Dini
Deteksi dini dan tindakan preventif sangat penting dalam menentukan keberhasilan penanganan kanker.
Berikut ini beberapa cara deteksi dini kanker payudara:
1. Breast self-examination
Pemeriksaan payudara sendiri (SaDaRi) penting dilakukan untuk mengenali payudara sendiri, sehingga bila ada perubahan perubahan yang dirasakan bisa segera diperiksa lebih lanjut ke dokter. Wanita di usia 20 dan 30 tahun-an sebaiknya melakukan SaDaRi secara teratur setidaknya 1 bulan sekali. Silahkan membaca lebih lanjut tentang bagaimana melakukan pemeriksaan sendiri tersebut disini: http://www.cancer.org/docroot/CRI/content/
2. Mammogram
Menginjak usia 40 tahun, sebaiknya rutin melakukan screening mammogram setiap tahun. Screening mammogram dimaksudkan untuk mendeteksi adanya kelainan pada jaringan payudara yang asymptomatic (tidak menunjukkan gejala klinis). Tidak perlu terlalu khawatir tentang sinar x yang digunakan dalam mammogram, karena dosis yang digunakan sangat kecil dan berada dalam batas aman. Bahkan jika mammogram ini dilakukan rutin sejak usia 40 tahun sampai 90 tahun, total dosisnya pun masih jauh jauh lebih kecil dibandingkan dengan dosis yang harus diterima jika pasien harus menjalani radioterapi untuk pengobatan kanker payudara.
3. Genetic Testing for BRCA Gene Mutations
Seperti yang sudah saya tulis di atas, mutasi gen ini dikaitkan erat dengan terjadinya kanker payudara apalagi jika ada anggota keluarga dekat yang juga menderita atau pernah menderita kanker payudara. Pada wanita wanita yang memiliki faktor resiko tersebut bisa melakukan genetic testing yang dilakukan dengan mengambil sample darah pasien untuk diperiksa di laboratorium. Meski mudah, tes ini tidak sembarangan bisa dilakukan karena hasilnya (terutama jika hasilnya positif) bisa mempengaruhi kehidupan psikologis pasien. Tidak bisa dihindari, hasil positif tes akan membuat pasien menjalani hidup dengan ketidakpastian dan ketakutan akan menderita kanker di kemudian hari. Dilema, karena di satu sisi pasien akan bisa lebih berhati hati menjaga gaya hidupnya, lebih teratur cek kesehatan, sehingga pengobatan bisa sedini mungkin dilakukan, tapi di lain pihak pasien juga merasa depresi dan cemas. Perlu berpikir masak masak dan perlu pendampingan psikologis juga sebelum dan sesudah genetic testing ini.
Di artikel ini saya cantumkan lagi data yang sudah pernah keluar di artikel sebelumnya tentang angka kejadian dan kematian di negara maju dan di negara berkembang, untuk wanita.
(Global Cancer Statistic, 2002, A Cancer Journal for Clinicians)
Meski angka kejadian (incidence) kanker payudara masih menduduki peringkat pertama, tapi dengan deteksi dini, angka kematian (mortality) pada kanker payudara bisa ditekan.
Sama seperti pada artikel sebelumnya, pesan terakhir saya hanya satu: “Mencegah lebih baik daripada mengobati” Uang bisa membeli dokter, tapi tidak kesehatan.
Salam sehat,
Kathryn-Tokyo
Sumber:
- American Cancer Society (ACS) Cancer Reference Information: http://www.cancer.org/docroot/CRI/CRI_0.asp
- U.S. National Institutes of Health (National Cancer Institute): http://www.cancer.gov/
- Global Cancer Statistic, 2002, A Cancer Journal for Clinicians
- Department of Health and Human Services, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) : http://www.cdc.gov/cancer/breast/basic_info/