Sunday, August 7, 2022

Monkeypox Outbreak 2022 – A Short Review

 

Monkeypox Outbreak 2022 – A Short Review

Belakangan bertubi-tubi seolah ada saja virus baru yang muncul ya. Belum selesai pandemik Covid-19, muncul laporan hepatitis akut pada anak-anak. Belum tuntas masalah hepatitis akut ini, sudah muncul lagi cacar monyet atau monkeypox yang ditetapkan sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) oleh WHO pada 23 Juli 2022.

Monkeypox sebenarnya bukan penyakit baru. Di sebuah journal ilmiah tahun 1973, dikatakan penyakit ini pertama kali diidentifikasi pada koloni kera di Copenhagen tahun 1958 dan sejak itu diberi nama “monkeypox”. [Ref1]

Monkeypox merupakan penyakit zoonosis viral, penyakit yang menular dari hewan yang sudah terinfeksi ke manusia. Sebenarnya diduga jika reservoir awal hewan ini justru hewan pengerat (rodents), bukan monyet. Hanya kebetulan saja monyet juga bisa terinfeksi. Sehingga banyak ahli yang mengatakan penamaan monkeypox ini sebenarnya tidak tepat.

Monkeypox tidak ada hubungan dengan Chickenpox, meskipun terkesan namanya mirip, tapi keduanya berasal dari golongan virus yang berbeda. Monkeypox virus berasal dari golongan orthopoxvirus, sedangkan chickenpox disebabkan oleh varicella-zoster virus. Monkeypox virus justru lebih dekat dengan smallpox virus karena berasal dari golongan yang sama. Smallpox sendiri sudah berhasil direadikasi berkat program vaksinasi. Kasus penularan alami terakhir dilaporkan tahun 1977, dan tahun 1980 WHO mengeluarkan pernyataan keberhasilan eradikasi smallpox. [Ref2]

Penularan Monkeypox bisa terjadi dari hewan ke manusia dan antar manusia melalui kontak fisik langsung & erat dengan penderita. Adanya kontak langsung dengan cairan tubuh, luka, ataupun dengan material yang sudah terkontaminasi.

Human-to-human transmission occurs through close or direct physical contact (face-to-face, skin-to-skin, mouth-to-mouth, mouth-to-skin) with infectious lesions or mucocutaneous ulcers including during sexual activity, respiratory droplets (and possibly short-range aerosols), or contact with contaminated materials (e.g., linens, bedding, electronics, clothing, sex toys). [Ref3]

 Sementara ini, kebanyakan dari kasus yang dilaporkan terjadi di pria dengan usia relatif muda (20s~40s). Laporan dari 528 kasus (16 negara) mengatakan 98% terjadi pada pria gay atau biseksual dengan usia rata-rata 38 tahun. [Ref4, 5]  
*Jangan stigmatisasi ya. Pada dasarnya semua orang bisa kena dan menularkan monkeypox.

Sejak Mei 2022, laporan adanya kasus Monkeypox meningkat dengan cepat di banyak negara yang akhirnya memicu WHO mengeluarkan PHEIC. Pada bulan Juni 2022 ada publikasi studi yang menganalisa evolusi phylogenomic dari monkeypox virus (MPXV). Hasilnya, monkeypox virus yang terdeteksi saat ini ternyata sudah berevolusi dan berbeda dengan virus sebelumnya yang diisolasi di Nigeria tahun 2018. Evolusi ini diduga meningkatkan kemampuan adaptasi virus dalam penyebaran antar manusia.  

“Notably, the 2022 MPXV diverges from the related 2018–2019 viruses by a mean of 50 single-nucleotide polymorphisms (SNPs), which is far more (roughly 6–12-fold more) than one would expect considering previous estimates of the substitution rate for Orthopoxviruses (1–2 substitutions per genome per year). Such a divergent branch might represent accelerated evolution[Ref 6]

Di Jepang 25 Juli 2022, keluar laporan pertama ada kasus Monkeypox di dalam negeri. Di kasus ini pasien pria usia 30 tahunan, ada riwayat perjalanan ke Eropa dan riwayat kontak dengan orang yang ternyata juga terinfeksi Monkeypox sebelum kembali ke Jepang. [Ref 7]
Menyusul 28 Juli 2022, kasus kedua pada pria (30s) yang juga baru kembali dari perjalanan di luar negeri, dan 5 Agustus 2022 dilaporkan kasus ketiga pada pria (20s) ada riwayat kontak dengan visitor yang datang dari luar Jepang. [Ref 8, 9}

Bagaimana gejala monkeypox?

Gejala monkeypox, smallpox, atau chickenpox (varicella) mirip-mirip, sehingga sering sulit dibedakan. Berikut saya cantumkan tabel dari sebuah journal di tahun 2014 yang membandingkan gejala ketiganya. [Ref 10] 

Umumnya rash/ruam di monkeypox timbul beberapa hari setelah gejala pendahuluan seperti demam, sakit kepala, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Ruam yang keluar di tubuh sering terjadi pada fase/stage yang sama, dimulai dari ruam merah, berubah menjadi lenting vesikel berisi cairan dan akan berubah mengering membentuk keropeng di kulit. Lokasi timbul ruam yang paling sering dilaporkan di sekitar anus, area genital (73%), diikuti oleh badan/kaki (55%), wajah (25%) dan telapak tangan/kaki (10%). [Ref 4]

 

---

Demikian sementara rangkuman tentang monkeypox. Semoga bisa membantu ya.

Saya berharap monkeypox tidak meluas dan peak gelombang Covid-19 saat ini juga bisa segera turun. Tidak hanya pelaku ekonomi, travel, dsb yang capai dengan kondisi seperti ini, tenaga kesehatan juga capai. Saya membaca ada komentar yang seolah mengolok-olok nakes; pakai pakaian lucu mirip astronot, bikin muak, takut berlebihan, dsb. Mereka yang bekerja sambil berusaha melindungi dirinya sendiri bisa jadi punya penyakit bawaan yang beresiko fatal jika terkena Covid. Ada lho nakes yang harus suntik insulin, ada yang sedang dalam siklus pengobatan kanker, ada juga yang berusaha menjaga keluarga mereka karena harus tinggal bersama ibunya yang usia lanjut, ada yang anaknya punya penyakit bawaan, dsb.

Covid-19 sendiri tidak sama dengan influenza. The Office for National Statistics (ONS) di UK sudah mengeluarkan laporan, there have been more deaths due to COVID-19 than flu in every year since 1929. They noted that 73,766 deaths in 2020 were due to COVID-19, and 67,258 in 2021, while there were 73,212 deaths due to flu in 1929” [Ref 11]

Kita beruntung saat ini mutasi virus dengan strain Omicron menyebabkan gejala yang lebih ringan dibandingkan strain Delta sebelumnya.  Saya sendiri sudah kehilangan keluarga, teman sekolah, teman sejawat, dosen, selama masa pandemik ini. Semoga situasi yang sulit untuk semua orang ini menjadikan kita lebih bijaksana dan punya empati untuk orang lain, bukan sebaliknya.

“Don’t Panic – Stay Alert – Get Informed, and Be Wise”

Tokyo, 07 Agustus 2021

Dr. Kathryn Effendi


References

1. https://journals.asm.org/doi/epdf/10.1128/br.37.1.1-18.1973

2. https://www.niaid.nih.gov/diseases-conditions/smallpox

3. https://www.who.int/emergencies/disease-outbreak-news/item/2022-DON393

4. https://news.yahoo.co.jp/byline/kutsunasatoshi/20220725-00307278

5. NEJM: DOI: 10.1056/NEJMoa2207323

6.  https://www.nature.com/articles/s41591-022-01907-y
7.  https://www.japantimes.co.jp/news/2022/07/25/national/japan-monkeypox-outbreak-preparation/

8. https://www.asahi.com/ajw/articles/14681792

9. https://mainichi.jp/english/articles/20220806/p2a/00m/0na/001000c

10. https://academic.oup.com/cid/article/58/2/260/335791

11. https://www.ons.gov.uk/peoplepopulationandcommunity/healthandsocialcare/conditionsanddiseases/articles/howcoronaviruscovid19compareswithfluasacauseofdeath/2022-05-23

 

 

 

Wednesday, July 27, 2022

Seventh Wave of Covid-19 in Japan

 Seventh Wave of Covid-19 in Japan

Ingat “I’ll be back” Ucapan terkenal yang diucapkan aktor Arnold Schwarzenegger dalam film The Terminator? Saya bayangkan kalau di setiap akhir episode gelombang si virus SARS-CoV-2 bicara seperti ini ke kita semua dan dia kembali dalam bentuk mutasi yang tidak terkendali 😨

Saat ini kita tengah berada di gelombang ketujuh di Jepang dan varian virus yang saat ini sedang naik jumlahnya adalah BA.5 (substrain dari Omicron). Di Tokyo, varian BA.5 ini diduga sudah mencapai sekitar 70% dari kasus yang ada. Dari data-data penelitian se

mentara ini gejala dari varian BA.5 ini tidak banyak berbeda dengan varian awal Omicron, BA.1, BA.2. Tetapi jumlah pasien yang melaporkan ada gejala seperti hidung meler, batuk, demam, sakit kepala, hilang indra perasa, dsb lebih banyak dibandingkan varian sebelumnya. Selain itu durasi gejala dilaporkan lebih panjang. Jadi sebelumnya gejala rata-rata sekitar 5 harian, pada BA.5 ini sekitar 7 harian. [Ref 1]

Data ini terus terang bikin khawatir juga karena justu baru keluar keputusan waktu isolasi mandiri untuk orang dengan kontak erat diperpendek menjadi 5 hari, dan bahkan akan menjadi 3 hari jika tes antigen negatif dalam 2 hari berturut-turut [Ref2]. Ini dilakukan karena tingkat penularan yang tinggi dan dikhawatirkan akan menganggu aktivitas sosial ekonomi jika banyak orang yang harus isolasi dalam waktu lama.

Saya rasa memang sulit ya memilih kebijakan yang tepat pada saat ini. Jadi berpulang ke kita masing-masing. Berusaha untuk menilai situasi, kondisi, resiko yang dihadapi, dan mengatur pencegahan yang diperlukan.

Sekedar informasi, per 26 Juli 2022, angka positivity rate (検査の陽性率) untuk Tokyo tercatat 50.2%. Sedangkan di Kyoto, sudah tercatat 96.2%. Positivity Rate ini angka yang membantu kita untuk menilai situasi yang ada. Semakin tinggi angka positivity rate, semakin tinggi kemungkinan kita akan bertemu dengan orang yang positif di sekitar kita.

Lalu berapa dong batasan positivity rate yang bisa dianggap tinggi? Berdasarkan artikel dari Johns Hopkins, “As a rule of thumb, however, one threshold for the percent positive being “too high” is 5%.” [Ref3]

Bagaimana dengan vaksin?

Seperti yang sudah saya tulis sebelumnya, vaksin diharapkan bisa melatih sel memori (adaptive immunity) dan akhirnya bisa mencegah kondisi memburuk, kematian, atau perlu masuk RS pada orang yang terkena Covid-19. Ini target yang ingin dicapai melalui booster. [Ref4]

Terkait booster vaksin ketiga, saya share info hasil uji klinis pengukuran titer antibody 6 bulan setelah booster di tempat saya. Sama seperti vaksin sebelumnya, ada penurunan titer antibody. Tetapi, dibandingkan dengan penurunan titer antibody pasca suntikan kedua, penurunan setelah booster lebih landai dan nilai titer antibody juga sudah berada di posisi yang lebih tinggi dibandingkan sebelumnya. Kecenderungan penurunan antibody sendiri memang sudah diperkirakan dari data publikasi sebelumnya. [Ref5]

Lalu bagaimana dengan vaksin keempat?

Saya rasa sudah banyak yang menerima pemberitahuan tentang vaksin keempat ya. Pemberitahuan ini dibagikan ke semua penduduk, dan yang memenuhi kriteria target seperti di bawah ini bisa lalu mengirim balik surat permohonan untuk mengambil vaksin tersebut. Baru setelah itu akan datang kupon vaksin yang bisa digunakan mengambil vaksin.

Kriteria target saat ini:  

1. Untuk orang yang berusia 60 tahun ke atas

2. Untuk orang yang berusia 18-60 tahun dengan kondisi memiliki penyakit penyerta. (orang yang secara medis beresiko tinggi akan mempunyai gejala berat jika terkena Covid-19). Contohnya: orang dengan penyakit kronis paru, liver seperti cirrhosis hepatis, diabetes dengan terapi insulin rutin, penyakit kelainan darah, orang yang dalam pengobatan imunosupresif, orang dengan disabilitas fisik karena penyakit neuromuscular, obesitas (BMI lebih dari 30), dsb. Jika ingin mengetahui lebih detil tentang penyakit penyerta, bisa lihat di link referensi no.6 di bawah tulisan ini. [Ref6]

3. Tenaga kesehatan

Sebelumnya tenaga kesehatan tidak termasuk target vaksin selama tidak memenuhi dua kriteria di atas. Tetapi karena tingkat penularan saat ini terus meningkat, sejak 22 Juli 2022 semua tenaga kesehatan bisa mengambil vaksin keempat. [Ref7]

Di wilayah tempat saya tinggal sudah diumumkan pembagian kupon vaksinasi keempat langsung untuk yang memenuhi kriteria target di atas.

Apa yang harus kita lakukan menghadapi situasi saat ini?

Situasi penularan memang meluas di mana mana, tidak hanya di Jepang tapi juga di negara-negara lain. Meski varian BA.5 dilaporkan mirip dengan strain Omicron yang bergejala ringan, di Portugal varian BA.5 ini menyebabkan angka kematian yang tinggi. [Ref8]

Saat ini mungkin sulit untuk menghindari infeksi, tapi setidaknya mari berusaha ingat selalu untuk:

- menghindari 3Cs: “密閉 (mippei-closed spaces) - 密集 (misshu-crowded places) - 密接 (missetsu – close-range, close-contact settings)”

- mengurangi waktu makan, minum sambil ngobrol dengan orang banyak yang mengharuskan lepas masker

- jaga kebersihan, jangan lupa cuci tangan

Lebih berhati-hati jika ada anggota keluarga yang beresiko memberat seperti lansia dan anak-anak di bawah usia 5 tahun yang saat ini belum menjadi target pemberian vaksin. Belum lama ini ada laporan dari Singapore, seorang anak perempuan usia 4 tahun yang meninggal karena radang paru/pneumonia oleh Covid-19. Anak perempuan ini dilaporkan tidak mempunyai penyakit penyerta dan sebelumnya sehat. [Ref9]

--

Pencegahan infeksi seperti di atas semoga juga bisa mencegah penularan monkeypox yang baru saja diumumkan juga ditemukan di Jepang ya. Nanti menyusul saya tuliskan lagi tentang monkeypox.

Jangan bosan baca tulisan saya ya. I’ll be back!😎

“Stay Safe, Get Informed, and Be Wise”

Tokyo, 27 July 2022

#kesehatanwibj

#wibjcovid19

 

References:

1. https://news.yahoo.co.jp/byline/kutsunasatoshi/20220718-00306174

2. https://www3.nhk.or.jp/news/html/20220722/k10013731671000.html

3. https://www.jhsph.edu/covid-19/articles/covid-19-testing-understanding-the-percent-positive.html

4. https://jamanetwork.com/journals/jama/fullarticle/2788105

5. DOI: 10.1056/NEJMc2202542

6. https://www.cov19-vaccine.mhlw.go.jp/qa/uploads/220325_0098.pdf

7.  https://www.mhlw.go.jp/stf/seisakunitsuite/bunya/vaccine_fourth-dose.html

8. https://www.theguardian.com/world/2022/jun/03/omicron-covid-subvariant-drives-spike-in-cases-and-deaths-in-portgual

9. https://www.straitstimes.com/singapore/four-year-old-girl-dies-after-getting-covid-19-second-death-in-singapore-of-patient-under-12