Common Childhood
Diseases (part II)
Halo semuanya, apa kabar? Ini tulisan penutup akhir tahun, melunasi hutang lanjutan artikel
tahun lalu “Common Childhood Diseases (part I)”. Link artikel sebelumnya bisa
diakses juga di:
http://kolomkita.detik.com/baca/artikel/33/2837/common_childhood_diseases_part_i
Yah.. meskipun telat banget tapi
yang penting lunas ya hutangnya hehehehe. Selamat membaca!
Di artikel sebelumnya, saya telah
membahas tentang batuk pilek (common cold), influenza, dan diare, mencret.
Sekarang saya lanjutkan dengan roseola, RS virus (Respiratory Syncytial virus),
dan penyakit mulut, tangan, dan kaki (hand foot and mouth disease). Yuk kita
lihat satu persatu.
4.
Roseola = roseola infantum, exanthema subitum, sudden rash
Roseola ini merupakan salah satu
penyakit umum pada anak. Sering orang awam bilangnya kena “tampek”, “campak”, “gabak”
dll.
Sebelumnya mari kita bereskan dulu istilah yang dipakai.
Sebelumnya mari kita bereskan dulu istilah yang dipakai.
* Istilah campak sebenarnya
merujuk pada istilah “measles” dalam bahasa Inggris (latin: Rubeola).
(http://id.wikipedia.org/wiki/Campak)
Campak/measles/rubeola, sudah termasuk
dalam vaksin anak, yang dikenal sebagai MMR (Mumps Measles Rubella).
Jadi campak/measles di sini
BERBEDA dengan roseola.
Sering banyak yang menanyakan dan
protes, kenapa sudah divaksin pun masih kena campak. Lha ya ini, memang lain soalnya. Virus penyebabnya lain, jadi meski sudah vaksin MMR,
bisa saja kena Roseola, yang memang belum ada vaksinnya. Selama ini yang sering dibilang anak kena “tampek, campak” dll sebenarnya merujuk pada roseola,
bukan measles.
Di Jepang, istilah yang dipakai “toppatsu
(= mendadak)” merujuk pada istilah Inggris, “sudden fever, sudden rash”.
* Campak German, German measles
(latin: Rubella), juga sudah termasuk dalam vaksin MMR. Ini juga berbeda dengan
Roseola. Rubella ini penting untuk diketahui, terutama untuk wanita sebelum
hamil. Terpapar virus Rubella saat kehamilan, bisa berakibat cacat bawaan pada
bayi yang dikandungnya.
* Karena banyaknya istilah yang
dipakai, saya memutuskan untuk memakai istilah latin saja.
Sekali lagi, Roseola berbeda dengan Rubeola, dan berbeda pula dengan Rubella. Gejalanya,
mirip mirip tapi masing masing penyakit tersendiri, dengan penyebab virus yang
berbeda.
Saat ini yang akan saya bahas
lebih detil adalah Roseola.
Penyebab: Human
herpesvirus (HHV6, dan HHV7).
Gejala: Roseola umum
terjadi pada anak usia 6 bulan hingga 2 atau 3 tahun. Panas tinggi mendadak
kira kira selama 2 atau 3 hari. Setelah itu panas turun, dan keluar bintik
bintik merah kecil, biasanya di daerah leher, muka, tangan. Meskipun demam
tinggi, biasanya si anak baik baik saja (behave almost normally), masih bisa
main seperti biasanya. Bintik bintik merah yang keluar juga biasanya tidak
gatal.
Ini berbeda dengan
campak/measles/rubeola, anak cenderung sakit, lemas, selain demam tinggi juga
ada batuk, mata merah, pilek. Roseola biasanya tidak berbahaya, bisa sembuh
sendiri. Sedangkan pada campak/measles/rubeola, komplikasi fatal bisa terjadi.
Penanganan: Obat penurun
panas bisa diberikan pada demam tinggi, meskipun biasanya tidak perlu selama si
anak baik baik saja. Yang perlu diwaspadai, kemungkinan terjadinya kejang
demam, di sini perlu diberikan obat penurun panas segera. Jadi cukup sediakan
obat penurun panas, dan pantau kondisi anak. Bintik bintik merah/rash yang
keluar biasanya akan hilang dan pudar dengan sendirinya setelah 2 atau 3 hari.
Roseola menular biasanya sebelum
gejala timbul pada si anak. Setelah gejala timbul, biasanya sudah tidak menular
lagi.
Berikut ada sharing pengalaman
dari orang tua yang anaknya pernah kena roseola (toppatsu, dalam bahasa Jepang).
# Mama Ct:
“Saat liburan di Bali, Ct (11
bulan) panas tinggi banget..sampai 40 derajat lebih dikit. Kita pikir masuk
angin kali..tapi tidak ada batuk pilek, cuma demam doank. Bawa ke dokter, diperiksa
darah, periksa urine, tidak ada apa apa. Dokternya sudah curiga toppatsu juga
sih, dia bilang..kemungkinan nanti begitu panasnya turun bisa keluar merah2.
Pas hari ketiga dia demam, kita sudah mesti balik ke Jepang. Sama dokternya
dikasih obat penurun panas, just in case di pesawat panas lagi. Ternyata bener
juga...di pesawat panas lagi 40 derajat...duh...(sutris juga mamanya). Setelah kasih
obat, Ct akhirnya bisa bobo. Sampai di jepang, sudah sehat banget, tidak ada panas
sama sekali. Besoknya dibawa ke dokter, dan confirmed ..ternyata benar itu
toppatsu soalnya sudah keluar bintik bintik merah”.
# Mama Als:
“Als baru umur setahun saat kena.
Gejalanya, panas tinggi 38-40 sekitar 2-3 hari. Ke dokter dibilangnya mungkin
batuk pilek biasa, trus diberikan obat penurun panas, in case anaknya rewel.
Tapi karena Als waktu itu keliatannya masih sehat, jadi obatnya tidak diminumkan.
Setelah 3-4 hari panasnya turun, keluar bintik2 merah kecil dimulai dari muka,
tangan, badan terus turun ke kaki. Dengar dengar anak lain yang sudah pernah
kena, ga ada obatnya yang khusus, jadi ya tidak dibawa ke dokter buat
konfirmasi dll. Akhirnya Als sembuh sendiri”
5.
Respiratory Syncytial Virus (RS virus)
RS virus ini penyebab utama
infeksi saluran pernafasan pada bayi dan anak anak. Merupakan penyebab utama kasus
bronchitis, bronchiolitis (radang saluran nafas), dan pneumonia (radang paru
paru) pada anak anak. Kasus RS virus sering terjadi pada musim dingin (“annual
epidemic during winter months”), atau musim hujan pada negara negara dengan
iklim tropis. Umumnya menyerang anak anak di bawah usia 2 tahun. Infeksi pada
bayi, sering menyebabkan bayi jadi sulit minum ASI, rewel, susah tidur, dan sering
terpaksa harus masuk RS jika kondisinya memburuk. Infeksi RS virus sebenarnya
menghasilkan antibody pada tubuh, sayangnya antibody ini cepat turun sehingga
sering anak anak terkena infeksi RS virus berulang kali. Pada orang dewasa pun
bisa terkena juga, tapi biasanya gejalanya ringan, tidak berbeda dengan gejala
batuk pilek biasa.
Penyebab: Human
respiratory syncytial virus (RS virus).
Gejala: Bersin, pilek,
batuk, dan biasanya ada demam (38-39 derajat). Batuk keras, ngikil kadang jadi
gejala utama. Anak anak sering mengalami susah nafas, dan akibatnya juga sulit
tidur. Pada anak anak normal sehat, sebenarnya RS virus tidak perlu dibedakan
dengan batuk pilek biasa (common cold). Tapi, pada kasus kasus tertentu, seperti
pada anak yang lahir prematur atau ada riwayat kesehatan tertentu, biasanya pemeriksaan
khusus dilakukan untuk mengidentifikasi RS virus.
Penanganan: Saat ini belum
ada vaksin untuk RS virus. Obat penurun panas bisa diberikan jika demam tinggi.
Pantau kondisi anak, selama anak cukup sehat, masih mau makan, minum tidak
perlu perawatan khusus. Biasanya anak akan membaik dalam seminggu. Jika anak
mengalami kesulitan bernafas, tidak mau makan minum, bisa diberikan bantuan oksigen
dan infus di RS.
RS virus sangat mudah menular,
sama seperti virus batuk pilek lainnya. Sekali lagi, jangan lupa menjaga
kebersihan, Sering sering mencuci tangan terutama setelah kontak dengan
penderita, biasakan menutup hidung atau mulut ketika bersin (atau memakai
masker), dan tidak membuang ludah atau dahak sembarangan. Bayi bayi terutama di
bawah usia 6 bulan, sedapat mungkin hindari kontak dengan orang yang sedang
batuk pilek.
Berikut ini sharing pengalaman
dari orang tua yang anaknya pernah kena RS virus.
# Mama Nat:
“RS virus kena pertama kali saat
Nat umur 2 thn. Gejala awalnya batuk basah ga berhenti, pilek, dan demam 38
derajat keatas. Gara gara batuk & demam, trus Nat dibawa ke dokter, dokternya
curiga radang paru, disuruh rontgen, keliatan ada bagian putih di salah satu
parunya, langsung dirujuk ke hospital, check darah dll ternyata positif RS
virus. Langsung Nat masuk RS selama seminggu. Selama di RS, tiap hari di-nebulizer
sambil disedot riaknya. Kena RS virus kedua kalinya pas Nat mau umur 4 tahun,
juga sama gejalanya, batuk ga berhenti & panas diatas 38 derajat. Tapi
karena udah gedean, jadi lebih tahan (mamanya sih yg ga tahan dengerin
batuknya). Sekali batuk lama banget, terus menerus, terutama mau tidur rasanya
susah banget, tengah tengah tidurpun batuk. Dikasih obat macam macam dari obat
batuk (medicon), anti alergi, obat penurun panas (kalau panas masih diatas 38
derajat, akhirnya ga keminum sih). Anaknya hari pertama doank yang rada lemes,
selain itu sih walau ga se-sehat biasanya, ga doyan makan, tapi masih anteng
nonton tv atau main sendiri”.
# Mama In:
“In pernah kena RS virus waktu
umur setahunan. Waktu itu panas sekitar 38-39.5 derajat, batuknya rada beda dan
paru2nya banyak phlem. Dibawa ke dokter klinik, dan disuruh ke rumah sakit buat
check lebih lanjut. Tapi, sama dokter rumah sakit cuma dicek biasa dan disuruh
banyak istirahat dan tepok2 dada, punggung sering2. Tidur disuruh rada tegak,
dan balik check up lagi 3 hari setelahnya. Asal cukup cairan dan bisa makan
dikit2 aja ga apa apa katanya. Pas balik lagi ke dokternya, katanya dah mendingan.
Kita tanya kemungkinan RS virus, kata dokternya mungkin, tapi karena gak
diambil test khusus, jadi gak tahu pasti. Anyway, karena sudah baikan jauh, gak
perlu khawatir...cuma tetap on observation. Memang sih pas sakit kali ini, In
rada rewel karena hidung mampet dan banyak phlem di dada, jadi rada suka mau
muntah dan susah banget buat tidur enak”.
6.
Penyakit mulut, tangan, dan kaki (hand, foot and mouth disease/HFMD).
Hati hati, penyakit ini tidak
sama dengan penyakit mulut dan kuku (Foot and mouth disease/ FMD) yang sering
menyerang hewan ternak. Di Singapore, penyakit mulut, tangan dan kaki (HFMD)
ini pernah outbreak, sehingga dikenal istilah “flu Singapore”. Jadi, flu
Singapore disini, merujuk pada HFMD. Berbeda ya dengan flu Mexico, flu HongKong
dll yang merujuk pada outbreak virus influenza. Wabah HFMD sering terjadi di
day care, atau taman kanak kanak. Biasanya sering pada musim panas atau musim
gugur. Penularan melalui kontak langsung, melalui air liur, atau feses
penderita.
Gejala: Masa inkubasi
3-7 hari. Gejala awal biasanya demam yang tidak terlalu tinggi, anak kelihatan
agak lemas. Setelah itu keluar bintik bintik merah kecil terutama di telapak
tangan, telapak kaki, dan sekitar mulut. Kadang bintik bintik merah tersebut
ditemukan juga di daerah paha dan lengan (badan biasanya bersih). Bintik merah
ini kadang ada yang berbentuk seperti gelembung kecil kecil isi air (vesikel) seperti
pada cacar air, tapi tidak gatal. Gejala yang biasanya bikin keluhan yaitu keluar
sariawan di dalam mulut, karena sakit dan menyebabkan anak tidak bisa makan. Setelah
seminggu, biasanya anak sudah kembali sehat.
Penanganan: Pantau kondisi
anak. Sariawan di mulut biasanya menyebabkan sakit dan anak tidak mau makan.
Berikan makanan lunak yang dingin sedikit sedikit, seperti pudding, es krim. Di
Jepang, biasanya disarankan untuk memberi udon (Japanese noodle), yang
kebetulan juga enak dimakan dingin dingin dan anak anak biasanya suka. Justru
nasi, bubur ayam yang panas, bisa membuat iritasi di mulut dan sariawan tambah
sakit. Yang penting jaga asupan cairan agar tidak sampai anak mengalami
dehidrasi. Setelah 2 atau 3 hari, biasanya sariawan juga mereda dan anak anak
mulai kembali bisa makan normal. Rash merah yang keluar juga akan hilang dengan
sendirinya.
Sharing pengalaman anak yang
terkena HFMD:
# Mama Yb:
“Dari day care Yb keluar
pengumuman ada beberapa anak yang terkena HFMD, dan orang tua diminta untuk
berhati hati memantau anaknya. Beberapa hari kemudian, gurunya memberitahu
kalau Yb demam, dan ada bintik kecil merah di sekitar telapak kaki. Karena
memang sudah tahu sedang ada outbreak HFMD, ya sudah siap siap kemungkinan
HFMD. Besokannya dibawa ke dokter, ternyata di dalam mulut sudah keluar
sariawan kecil kecil, jadi positif deh terkena HFMD. Gak dikasih obat apa2
juga, dibiarkan saja. Saat itu anaknya masih baik, masih mau makan minum
seperti biasanya. Baru keesokan harinya, sariawan di mulut tambah banyak, tiap
kali masuk makanan, mulutnya langsung ditutup pakai tangan sambil bilang sakit.
Gak bisa makan apa apa saat itu, cuma dikasih kuah sup dingin, dan banyak minum.
Pas sariawan sudah mulai kurangan, mau makan udon, biskuit, senbei kesukaan dia
dikit dikit. Baru boleh masuk day care lagi setelah seminggu kemudian karena
harus ada surat keterangan dokter kalau anaknya sudah baik dari HFMD”
Di artikel ini, rencananya hanya
penyakit penyakit di atas yang saya bahas. Tapi, ada titipan tambahan cerita,
tentang “Intussusception” , salah satu masalah gawat darurat yang sering
terjadi pada anak anak kecil. Jadi yuk, kita coba mengenali sedikit kasus ini.
7.
Intussusception
Intussusception (susah ya
bacanya, nulisnya juga susah.. sering keblinger hehehe) merupakan istilah medik
yang dipakai untuk menggambarkan kasus dimana salah satu bagian usus masuk ke
bagian usus lainnya. Hal ini menyebabkan terjadinya sumbatan pada usus, usus
jadi bengkak, inflamasi, dan aliran darah ke bagian usus yang tersumbat juga
terhambat. Akibatnya bisa diduga, sakit perut yang biasanya cukup sakit, bisa
bikin anak nangis jerit jerit kesakitan atau pada bayi hampir menyerupai kolik
tapi lebih intense. Biasanya tidak ada demam. Sakitnya bisa hilang timbul, saat
tidak sakit anak biasanya tenang. Sakit yang berkurang bukan disebabkan karena
usus yang masuk tadi terlepas, tapi karena sementara si usus berhenti
berkontraksi (gerakan peristaltik usus stop sebentar). Karena masalah di usus
ini, feses yang keluar bisa ada darahnya. Intussusception lebih sering terjadi
pada anak laki laki ketimbang perempuan.
Penangangan: Dimasukkan
cairan yang mengandung udara, barium (zat kontras), atau air yang mengandung
zat kontras melalui anus. Sambil dimasukkan cairan tersebut, dokter bisa
memantau lokasi usus yang mengalami masalah. Tekanan dari udara atau zat
kontras yang dimasukkan sekaligus bisa membuat usus yang kemasuk tadi, keluar
kembali ke posisinya semula. Jika cara ini tidak berhasil, baru dilakukan
tindakan surgery.
Berikut sharing cerita tentang
Intussusception.
# Mama Zh:
Kejadiannya pas bulan september
akhir, pagi masih ngga papa, terus jam 11:00-an abis nyusu Zh muntahin semua
nya. mukanya pucat banget dan nangis terus jadi langsung dibawa ke dokter.
Dokter bilang masuk angin biasa. Tapi abis gitu, dia kayaknya laper minta susu,
tiap abis nyusu dia muntah, mau ditidurin dia juga muntah terus, dikasih obat
ga bisa karena dimuntahin. Dikasih minum muntah juga. Akhirnya karena terus
kecapean muntah dia ketiduran. Abis tidur bawa ke dokter lagi, tapi mukanya ga
sepucat pas pagi. Trus sama dokter bilang suruh tunggu sampe jam 19:00 kalo
masih ga masuk apa2 dan muntah terus, disuruh bawa ke RS gede. Ternyata sampe
jam 19:00 masih muntah juga. Jadi nya dibawa ke RS gede, terus di rontgen perutnya,
sama dokternya dari pantat-nya dimasukkin obat biar keluar stool-nya. Kalo
stoolnya ada darah nya berarti intussusceptions, yg mana artinya ususnya
mendelep ke usus yg laen.Ternyata emang berdarah stoolnya, disuruh lagi pergi
ke RS lain karena di RS itu baru ada alat alat khusus untuk anak2.
Jadi kita naik ambulans ke RS rujukan itu.... rasanya horor banget dech. Sampe di sana, perutnya Zh di USG, terus dari pantat nya disemprot air, abis gitu usus nya balik lagi normal.
Malem itu disuruh tinggal di RS 24 jam karena kata dokternya dalam 24 jam itu ada kemungkinan ususnya balik mendelep ke usus yg laen lagi gitu. Jadi kita tinggal di RS, untung ususnya engga balik mendelep lagi.
Menurut dokternya memang intsussusception = choujyuuseki 腸重積 ini bisa terjadi untuk baby yg lagi belajar makan padat. Biasanya baby boy dan kejadiannya sering pas musim spring or fall, karena pas musim2 gitu lebih gampang kena flu perut. Jadi pada dasarnya karena pas lagi belajar makan solid gitu, pergerakan usus peristaltik ya... masih belum sempurna, alias lagi belajar juga ususnya bergerak, dan arah gerakannya bisa salah. Apalagi habis kena flu perut,usus nya agak sedikit membengkak sehingga usus yang satu bisa mudah mendelep masuk ke bagian usus lain. Haissh.... untung udah lewat dan moga2 ga ada yang kena kayak gini.
Oh iya dokternya bilang, selama dia jadi dokter anak, dia pernah menangani ada anak umur 13 taon, kena juga”.
Jadi kita naik ambulans ke RS rujukan itu.... rasanya horor banget dech. Sampe di sana, perutnya Zh di USG, terus dari pantat nya disemprot air, abis gitu usus nya balik lagi normal.
Malem itu disuruh tinggal di RS 24 jam karena kata dokternya dalam 24 jam itu ada kemungkinan ususnya balik mendelep ke usus yg laen lagi gitu. Jadi kita tinggal di RS, untung ususnya engga balik mendelep lagi.
Menurut dokternya memang intsussusception = choujyuuseki 腸重積 ini bisa terjadi untuk baby yg lagi belajar makan padat. Biasanya baby boy dan kejadiannya sering pas musim spring or fall, karena pas musim2 gitu lebih gampang kena flu perut. Jadi pada dasarnya karena pas lagi belajar makan solid gitu, pergerakan usus peristaltik ya... masih belum sempurna, alias lagi belajar juga ususnya bergerak, dan arah gerakannya bisa salah. Apalagi habis kena flu perut,usus nya agak sedikit membengkak sehingga usus yang satu bisa mudah mendelep masuk ke bagian usus lain. Haissh.... untung udah lewat dan moga2 ga ada yang kena kayak gini.
Oh iya dokternya bilang, selama dia jadi dokter anak, dia pernah menangani ada anak umur 13 taon, kena juga”.
---
Demikian cerita saya tentang
penyakit penyakit yang umum terjadi pada anak anak. Masih banyak penyakit lain,
tapi nanti deh saya bahasnya di lain kesempatan ya.
Semoga artikel ini bisa menambah
pengetahuan dan berguna untuk semuanya.
Salam sehat,
Kathryn – Tokyo
References:
http://kidshealth.org/parent/system/surgical/intussusception.html
images:
http://www.topnews.in/health/hand-foot-mouth-disease-kills-10-children-vietnam-22377
http://www.lifescript.com/health/a-z/conditions_a-z/conditions/r/roseola.aspx
images:
http://www.topnews.in/health/hand-foot-mouth-disease-kills-10-children-vietnam-22377
http://www.lifescript.com/health/a-z/conditions_a-z/conditions/r/roseola.aspx
isi buku absensi dulu ya ... pa kabar Bu Dokter Piper ? Sukses selalu ya .... Salam hangat dari Sirpa-Kali Pornia
ReplyDeletePak Sirpa! apa kabar? sehat? Seneng banget nih dapet absen dari Kali Pornia :D
ReplyDeleteSalam hangat juga dari Tokyo!