Post Vaccination Antibody and Breakthrough Infection
Akhirnya vaksin mulai jalan ya di Jepang
dan bahkan sudah mulai banyak yang selesai terima komplit dua dosis. Kali ini saya mau share cerita tentang antibody
yang diharapkan terbentuk pasca vaksinasi COVID-19.
Saya ikut clinical trial untuk mengukur
kadar antibody setelah vaksinasi. Jadi kami diambil darahnya sebelum vaksin dan
kemudian secara teratur diambil lagi setelah vaksin komplit. Saya terima vaksin
pertama dan kedua selesai bulan Maret 2021, menggunakan vaksin Pfizer. Jadi sharing
cerita saya ini berdasarkan data pribadi, dan referensi untuk Pfizer.
Saat ini memang mengukur kadar
antibody pasca vaksinasi belum dianjurkan ya oleh MHLW karena vaksin yang
digunakan di Jepang dipercaya efektif sehingga tanpa perlu test masing-masing
individual, kadar titer antibody bisa dianggap naik. Selain itu antibody kits
dan patokan yang dipakai beragam sehingga penilaian satu sama lain bisa berbeda.
[Ref1]
Di tempat saya antibody kits yang dipakai
juga sudah divalidasi terlebih dahulu dan sudah diambil referensi patokan untuk
nilai ambang batas (cut-off value) kadar antibody yang dianggap positif dan negatif.
Kadar yang diukur adalah anti SARS-CoV-2 spike receptor binding domain (RBD) Immunoglobulin
G (IgG)
Kadar titer IgG terlihat meningkat pada
seluruh partisipan dengan nilai tertinggi (peak) pada minggu ketiga pasca vaksinasi
kedua. Setelah itu bertahap menurun hingga pengukuran pada tiga bulan pasca
vaksinasi. Meski bertahap menurun, kadar titer antibody yang terlihat masih
lebih tinggi di atas ambang batas nilai. Hasil studi terbaru dari UK juga
menunjukkan adanya penurunan antibody bertahap pasca suntikan kedua vaksinasi Pfizer [Ref 2].
Selain itu juga terlihat kalau partisipan
yang mengalami reaksi efek samping yang cukup berat pasca vaksinasi memiliki
kadar antibody yang lebih tinggi dibandingkan yang tidak. Reaksi efek samping
ini lebih banyak dirasakan oleh wanita dan memang peningkatan antibody terlihat
lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria.
Saya sendiri termasuk yang mengalami efek
samping minimal, tanpa demam maupun reaksi sistemik lainnya. Meski titer antibody
saya agak lebih rendah dari rata-rata peak titer IgG keseluruhan tapi masih
jauh naik di atas ambang batas, melebihi perkiraan saya sendiri. [Fig1]
Mungkin kemudian ada yang merasa hopeless.
Sudah vaksinasipun bakal turun juga antibody nya.
à Ya bikin kecewa
sih, tapi tidak mengherankan. Sejak dulu vaksinasi anak-anak juga hampir semua
perlu diulang untuk menginduksi imunitas yang lebih baik. MMR, DPT, pneumonia, hepatitis,
dsb. Jadi ini fenomena yang cukup biasa dalam dunia imunologi. Tidak gampang memang induksi “lifelong
immunity” dengan vaksinasi yang bahkan targetnya ini virus yang rutin bermutasi.
Sampai saat ini berapa lama imunitas
akan bertahan, sampai berapa jauh akan turun, belum ada final jawaban yang pasti.
Vaksinasi paling cepat baru dimulai akhir tahun 2020 lalu, jadi baru akan menjelang
setahun pada akhir tahun ini. Sabar ya pemirsa, saya juga belum bisa jawab kalau
ada pertanyaan apakah setahun kemudian vaksinnya harus diulang? Let’s wait and see.
Kami juga sedang melihat apakah
vaksinasi bisa menginduksi T-cell immune response jangka panjang, dan saat ini sedang
menunggu publikasi resmi. Data masih bergerak, saat ini semua sedang memantau
dan mempertimbangkan kemungkinan vaksinasi ulangan.
Jadi apakah vaksin berguna?
à Nah kalau
ini, jawabannya tentu dong. Vaksinasi adalah salah satu cara yang sudah
terbukti bisa membantu eradikasi penyakit menular. Contohnya, penyakit smallpox
(variola). Smallpox resmi dinyatakan berhasil dieradikasi di dunia pada tahun
1980 oleh WHO. [Ref 3]
Sekarang kita berharap vaksinasi COVID-19 juga bisa memberikan hasil yang sama, meski tantangannya jauh lebih besar. Kita juga sudah tahu gelombang ke-5 kali ini di Jepang, kasus infeksi maupun gejala berat lebih didominasi dari golongan muda dibandingkan dengan golongan lansia [Fig2]. Seperti juga banyak laporan dari luar Jepang, ini bisa dikatakan sebagai hasil baik dari vaksinasi. Di Tokyo usia 65 tahun keatas dengan dua kali vaksinasi sudah mencapai 80% - 13 Agustus 2021. [Ref4, 5]
Lalu apakah setelah vaksinasi komplit pasti
aman tidak terkena infeksi?
à Semua
juga sudah tahu ya, jawabannya tidak. Ada istilah yang sekarang mulai ramai terdengar
yaitu “breakthrough infection”. Ini adalah kejadian infeksi yang terjadi
pada seseorang yang sudah mendapatkan vaksinasi komplit. Kasus seperti ini sebenarnya
bukan hal baru, influenza contohnya, pasti biasa sering dengar ada yang kena
influenza meski sudah menerima vaksin.
Penyebab breakthrough infection setelah
vaksinasi COVID-19 masih banyak harus dipelajari. Setidaknya ada dua hal yang
diduga berperan menjadi penyebab yakni:
- varian Delta yang saat ini sedang meluas
penyebarannya. Sudah ada laporan studi yang menyatakan efek neutralisasi antibody
terhadap strain delta menurun [Ref6]
- imunitas yang tidak bertahan lama sesudah
vaksinasi. Ini seperti yang saya bahas di atas ya. Studi dari Israel, negara yang
paling cepat menyelesaikan vaksinasi untuk penduduknya, menunjukkan kalau orang
yang menerima suntikan kedua dari Pfizer lebih dari lima bulan cenderung beresiko
tes positif dibandingkan mereka yang baru menyelesaikan vaksinasi. [Ref7] Di Jepang,
setelah sebelumnya angka kasus baru di kalangan nakes turun, sekarang sudah ada
laporan kembali nakes yang mengalami breakthrough infection. Begitupula di tempat
saya, teman di satu bagian juga sudah ada yang kena.
---
Pasti semua sudah bosan ya, entah kapan selesai pandemik ini. Virus SARS-CoV-2
ini sepertinya memang tidak akan hilang dan akan hidup bareng bersama kita,
tapi semoga dalam posisi yang bisa dikendalikan seperti halnya virus lainnya. Salah
satu cara mengendalikan dengan mencegah penularan meluas: menahan mobilisasi,
mematuhi protokol kesehatan sebaik mungkin, dan vaksinasi.
Saat ini kita semua sudah menemukan berbagai
variasi cara adaptasi untuk bertahan di tengah pandemik. Bisa tetap “berkumpul”
meski jauh, sudah tidak aneh lagi meeting dari rumah, jam kerja yang lebih
fleksibel, kebiasaan menjaga sanitasi yang lebih baik, dsb
I believe we will have a much better world
after we get through this pandemic nightmare.
頑張りましょう。
“Stay Safe, Get Informed, and Be Wise”
Tokyo, 15 Agustus 2021
Dr. Kathryn Effendi
References:
1. https://www.cov19-vaccine.mhlw.go.jp/qa/0088.html
2. https://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(21)01642-1/fulltext
3. https://www.who.int/health-topics/smallpox#tab=tab_1
4. https://www3.nhk.or.jp/news/special/coronavirus/vaccine/pref/tokyo/
5. https://news.yahoo.co.jp/byline/kutsunasatoshi/20210731-00250705
6. https://www.nature.com/articles/s41586-021-03777-9
7. https://www.medrxiv.org/content/10.1101/2021.08.03.21261496v1
No comments:
Post a Comment