Wednesday, January 16, 2013

Influenza Vaccine: Yes or No?



Influenza Vaccine: Yes or No?

Beberapa waktu lalu saya sempat menulis status di facebook kalau saya baru selesai menerima vaksin influenza. Ternyata habis itu muncul banyak pertanyaan tentang perlu atau tidaknya vaksin influenza. Jadi kali ini saya memutuskan menulis artikel tentang masalah ini. Semoga bisa bermanfaat untuk semuanya. 

Sebelum bicara soal vaksin, sekali lagi saya mau merapihkan soal istilah yang dipakai dulu. Di Indonesia (termasuk saya dulu) sering bilang lagi “flu” kalo pas lagi pilek. Pokoknya kalo bersin bersin, hidung meler, tersumbat, batuk, sakit tenggorokan, suara serak dll, ya berarti lagi “flu”. Setelah di Jepang, baru pelan pelan sadar, ada yang salah dengan istilah yang dipakai selama ini. Memakai istilah yang benar penting sebenarnya karena salah istilah sering akhirnya berujung salah kaprah dalam memutuskan tindakan medis, termasuk dalam soal vaksin influenza ini.

Influenza, atau sering disingkat flu, sebenarnya merujuk pada influenza yang disebabkan oleh influenza virus. Sedangkan yang sering biasa kita sebut “flu” itu sebenarnya adalah “common cold”. Orang bule bilang “I have a cold” ; orang Jepang bilang “kaze wo hiiteiru”.
Jadi “a cold” atau “kaze” disini merujuk pada “common cold’ BUKAN flu. Gejalanya sepintas mirip, tapi ada perbedaannya.
Berikut ringkasan perbedaan “common cold” dan “influenza”

COMMON COLD INFLUENZA
penyebab  Lebih dari 200 tipe virus bisa menyebabkan common cold. Penyebab terbanyak:
rhinovirus (30-35%), coronavirus (10-15%), parainfluenza virus, respiratory syncitial virus.
influenza virus A, B dan C (RNA virus)
demam tidak ada, atau demam ringan demam tinggi (38-40 derajat)
gejala utama
hanya menyerang saluran pernafasan: bersin, hidung meler atau tersumbat, batuk berdahak
demam, disertai otot pegal, sendi sakit.
(biasanya jarang bersin dan batuk kering)
radang tenggorokan sering hampir tidak ada
chills (menggigil) ringan berat
kondisi lain yang
menyertai gejala utama
hampir tidak ada
(biasanya sakit kepala saja)
sakit sedang - berat (badan lemas, pegal pegal,
sakit otot, sendi dsb): "affects the entire body"
onset
(timbulnya penyakit)
perlahan lahan  mendadak
(kemarin sehat, tiba tiba esok harinya sakit berat) 
komplikasi
sedikit, hampir tidak ada
radang saluran pernafasan hingga pneumonia
(radang paru paru)
penyebaran sporadik biasanya wabah 


Dilihat dari tabel di atas, gejala “common cold” atau batuk pilek biasanya lebih ringan daripada influenza. Jadi sebenarnya yang sering kita alami adalah “common cold”, bukan influenza. Virus penyebabnya banyak dan mudah mutasi menghasilkan virus baru lainnya. Itu sebabnya kita berulang kali sering kena batuk pilek. Anak kecil apalagi, dalam satu tahun bisa sampai 12 kali kena batuk pilek, dengan kata lain 1 bulan 1 kali mesti berurusan dengan batuk pilek. Saking seringnya, si “common cold” ini menjadi penyakit yang menduduki peringkat pertama alasan orang berobat ke dokter. Karena itu, ibu ibu yang anaknya sering batuk pilek, jangan panik dan cepat cepat memberikan berbagai suplemen yang tidak jelas asal usulnya. Batuk pilek hal biasa, saat itu si anak sedang dilatih membangun imunitas tubuhnya.

Saat ini tidak ada vaksin untuk “common cold”. Sekarang yang tersedia baru vaksin influenza, bukan vaksin common cold. Jadi, seandainya tidak ada salah kaprah istilah, kita sudah bisa tahu kalau ada yang tidak beres jika ada pernyataan: “sebaiknya diberikan vaksin influenza karena sering flu”. Atau, ada keluhan: “padahal sudah vaksin flu, bayar mahal mahal… tetep aja bolak balik kena flu” Lha ya ini “flu” yang mana dulu yang dimaksud?

Influenza virus dibagi menjadi 3 tipe, A, B dan C. Influenza virus tipe A dan B-lah yang biasanya bertanggung jawab menyebabkan wabah flu setiap tahunnya (seasonal influenza), sedangkan tipe C biasanya hanya menyebabkan gejala flu ringan dan jarang menyebabkan wabah. Untuk pandemic influenza yang belakangan ini merebak, tipe A influenza virus yang menjadi penyebab utamanya. Tipe A influenza virus bisa dibagi lagi dalam beberapa strain, tergantung dari kombinasi 2 jenis protein yang terdapat di permukaan si virus, hemagglutinin (H) dan neuraminidase (N). Ada 16 jenis hemagglutinin dan 9 jenis neuraminidase, dan berdasarkan inilah tipe A influenza virus sendiri dibedakan strain-nya. Strain influenza virus tipe A yang saat ini diketahui menyerang manusia adalah H1N1, H1N2 dan H3N2. Strain H1N1 ini pernah menyebabkan pandemik di tahun 1918 yang dikenal dengan “Spanish flu”. Berdasarkan wikipedia, virus ini dikatakan sanggup membunuh hingga 25 juta orang hanya dalam waktu 25 minggu sejak terjadinya wabah (bandingkan dengan virus HIV/AIDS yang juga membunuh 25 juta orang, tapi dalam 25 tahun). Begitu cepatnya virus menyebar dan membunuh sekian banyak orang menyebabkan pandemic ini digambarkan sebagai “the greatest medical holocaust in history”. 

Masih ingat outbreak Mexico flu tahun 2009? Virus influenza ini memiliki strain H1N1, sama seperti kasus pandemic Spanish flu tahun 1918. Gawatnya, virus ini sudah bermutasi sehingga memiliki genetik material dari burung, babi dan sekaligus manusia, sehingga dikenal juga sebagai “swine flu”. Penularan sangat mudah terjadi antar manusia, dengan gejala komplikasi berat hingga menyebabkan kematian. Di Mexico, sekolah sekolah dan tempat tempat umum ditutup sementara untuk mencegah penyebaran lebih lanjut. Karena virus ini memiliki potensi besar menyebabkan pandemic, WHO sempat mengeluarkan larangan untuk tidak berpergian ke Mexico dan daerah daerah tertentu di Amerika. Jepang juga sempat mengeluarkan kebijakan untuk memantau semua pendatang terutama dari daerah daerah yang sudah dilaporkan ada kasusnya. Sejak dari dalam pesawat sudah dicek kondisi kesehatannya, dan jika mencurigakan, langsung dikarantina. Untunglah vaksin influenza terhadap virus baru ini bisa segera dibuat sebelum memakan korban lebih banyak lagi seperti pada tahun 1918.  

Di negara negara dengan empat musim, biasanya kasus influenza meningkat pada musim dingin. Karena itu, vaksin influenza sendiri biasanya diberikan rutin setiap tahun menjelang masuknya musim dingin. Isi vaksin influenza setiap tahun berbeda, biasanya disesuaikan dengan strain virus influenza yang sedang mewabah saat itu. Vaksin influenza untuk tahun 2010-2011, misalnya, berisi strain influenza virus seasonal type A (H3N2), type B (Brisbane-like virus), dan type A (H1N1, pandemic 2009 virus). Untuk tahun 2012-2013, berisi type A (H3N2)-like virus, type B (Wisconsin 2010-like virus), dan type A (H1N1, pandemic 2009 virus). Strain virus influenza tersebut dipilih berdasarkan hasil seleksi dari WHO berkerjasama dengan lembaga lembaga riset influenza yang berlokasi di 5 negara (Atlanta, USA; London, UK; Melbourne, Australia; Tokyo, Japan; dan Beijing, China).
Setiap tahun mereka melakukan seleksi dan update data tentang strain influenza virus yang ditemukan dan menganalisa kemampuan virulensinya atau penyebarannya untuk dijadikan dasar pertimbangan dalam pembuatan vaksin influenza.

Nah, dari latar belakang penjelasan di atas, disesuaikan dengan kondisi kita masing masing, kita bisa mempertimbangkan kira kira perlu atau tidaknya vaksin influenza.
Berikut dari pandangan saya sendiri:
* Untuk yang tinggal di daerah 4 musim, sebaiknya menerima vaksin influenza setiap tahun. Di sini pola penyebaran virus influenza biasanya sudah jelas. Virus influenza biasanya lebih tahan hidup pada udara dingin dan kering sehingga mudah terjadi outbreak wabah influenza saat musim dingin. Tidak hanya anak anak, orang dewasa pun sebaiknya menerimanya. Saat outbreak, tidak pandang bulu, semua kena baik dewasa maupun anak anak. Belakangan banyak kasus kasus mutasi influenza virus yang menyebabkan virus jadi lebih ganas, dan komplikasi lebih fatal. Sulit sekali atau hampir tidak mungkin menghindar dari penularan influenza jika sampai terjadi outbreak. Sementara ini cara termudah dan efektif yang bisa lakukan untuk menghadapi influenza adalah dengan vaksin influenza. Tidak sengaja ketemu link video saat pandemic influenza virus H1N1 tahun 1918, silahkan dilihat untuk sekedar mendapatkan gambaran bahwa influenza bukan penyakit yang bisa diremehkan.

* Untuk orang orang yang sering berpergian ke berbagai negara, juga sebaiknya menerima vaksin influenza, terutama jika hendak berpergian ke daerah yang sedang melewati musim dingin. Transmisi penularan influenza cepat dan mudah sekali. Cukup satu orang dalam pesawat yang terkena virus influenza, sudah bisa bikin menular hampir semua orang yang berada dalam pesawat yang sama. Saat wabah influenza 2009 lalu, airport di Jepang dibuat sibuk dengan pengawasan dan pengamanan yang ketat terhadap penumpang yang datang. Semua penumpang harus melewati “thermal scanner” untuk mendeteksi jika ada penumpang yang mengalami kenaikan suhu (demam), sebagai salah satu gejala influenza. Selain pesawat, hotel tempat menginap orang orang dari berbagai negara menjadi salah satu sumber outbreak influenza.
Pada tahun 2003, terjadi outbreak HongKong flu. Penyebabnya bukan influenza virus, tapi SARS-coronovirus, virus saluran pernafasan yang menyebar dengan cara yang sama seperti influenza virus. Awal mula outbreak HongKong flu ini dikatakan berasal dari satu orang penderita yang menginap di salah satu hotel di HongKong.

“How SARS changed the world in less than six months
The global outbreak of severe acute respiratory syndrome (SARS) can be traced to one man and one night he spent in a Hong Kong hotel on 21 February 2003. Scientists are still baffled as to how Dr Liu Jianlun, a 64-year-old medical doctor from China’s Guangdong province, where the mysterious virus originated, could have transferred SARS to at least 16 other guests on the same floor during his brief stay. But there is no doubt those travellers fanned out across the world, triggering outbreaks in Singapore, Toronto in Canada, and Hanoi in VietNam as well as in Hong Kong itself. In less than four months, some 4000 cases and 550 deaths of SARS outside China and Taiwan can be traced to Dr Jianlun’s visit to Hong Kong; the Metropole Hotel is considering turning the ninth floor (he stayed in room 911) into a SARS museum; and SARS has proved that the worst-case scenario long mooted by infectious disease experts can come
true; but also that such an outbreak, for all its speed and force, can be contained.
SARS has travelled more widely, swiftly and lethally than any other recent new disease so far. Near the end of June 2003, the total of cases was 8456 in 30 countries and areas, 809 of which had resulted in death.”

* Untuk yang tinggal di daerah tropis, tipikal penyebaran influenza virus belum jelas seperti di negara negara empat musim. Kasus influenza bisa ditemukan sepanjang tahun, dan di musim hujan jumlahnya cenderung meningkat. Saat ini jumlah kasus di negara tropis masih sedikit dibandingkan negara negara empat musim. Entah, ini memang karena pengaruh iklim atau karena kebetulan di negara beriklim tropis (yang kebanyakan negara berkembang) belum ada sistem pencatatan data dan pemerikasaan laboratorium yang akurat untuk menyatakan positif kasus influenza. Menerima atau tidak vaksin influenza disesuaikan dengan kondisi dan urgensi masing masing keluarga. Jika sering berpergian ke negara lain seperti yang sudah saya bahas di atas, sebaiknya menerima vaksin. Khusus sistem kesehatan di Indonesia, saat ini harga vaksin influenza cukup mahal dan tanpa bantuan asuransi. Hal ini mau tidak mau juga jadi pertimbangan menerima atau tidaknya vaksin influenza. Semoga kelak urusan biaya kesehatan di Indonesia bisa lebih baik dan terkontrol.

Terhadap pernyataan seperti ini:
- Vaksin influenza belum perlu, infeksi saluran nafas tak hanya disebabkan virus influenza, banyak virus lainnya. Infeksi influenza pada anak normal, sehat tak jadi masalah karena bisa sembuh sendiri asalkan daya tahan tubuh penderita baik.
à Ya benar, infeksi saluran nafas disebabkan banyak virus dan umumnya bisa sembuh sendiri. Tapi jangan lengah, ingat juga kasus wabah influenza Meksiko 2009, banyak diantara yang meninggalpun orang muda yang sehat. Ini menjadi perhatian serius lembaga kesehatan saat itu. Virus influenza termasuk virus pintar, mudah mutasi mejadi lebih ganas. Kita tetap harus berhati hati, jangan terlalu yakin anak sehat pasti sembuh sendiri. Di Jepang, begitu terdeteksi penyebab influenza-nya dari strain tipe A (type A influenza) biasanya langsung diberikan obat antivirus, tamiflu. Di Indonesia, virus flu burung H5N1 (yang tadinya hanya di unggas atau terkena pada orang erat kontak dengan unggas), ternyata terdeteksi bisa juga menyebar antar manusia. Intinya, jangan anggap remeh. “It is true, influenza can kill you”.

- Vaksin influenza tak menjamin anak bebas dari penyakit influenza.
à Betul. Tapi jangan salah kaprah lagi dengan istilah “flu” untuk “common cold” ya. Batuk pilek biasa tetap bisa kena karena memang bukan ini tujuan vaksin influenza.
Influenza virus punya banyak strain, sedangkan influenza vaksin hanya meng-cover virus influenza yang sedang merjalela atau yang diangggap berbahaya saat itu. Ada kemungkinan tetap terkena virus influenza dari strain lain. CDC sendiri mengeluarkan pernyatan kalau vaksin influenza ternyata bisa membangun imunitas (cross-protection) untuk strain lain yang mirip.

Sebagai penutup, menghadapi penyakit saluran pernafasan apapun, tentunya kebiasaan sehat sehari hari penting juga diperhatikan. Jangan lupa sering biasakan cuci tangan, kumur kumur. Tutup mulut/hidung ketika batuk/bersin. Jangan buang dahak/ludah sembarangan.
Semoga artikel ini bisa membantu memberi pengertian lebih baik soal vaksin influenza. 




Salam sehat,
Kathryn-Tokyo

References:
Images taken from:
http://minnesota.publicradio.org/display/web/2009/10/16/h1n1-flu-update
http://www.wakeems.com/blog/?p=129
http://www.cdc.gov/flu/freeresources/buttons_badges.htm






Wednesday, December 19, 2012

Common Childhood Diseases (part II)



Common Childhood Diseases (part II)

Halo semuanya, apa kabar?  Ini tulisan penutup akhir tahun, melunasi hutang lanjutan artikel tahun lalu “Common Childhood Diseases (part I)”. Link artikel sebelumnya bisa diakses juga di: 
http://kolomkita.detik.com/baca/artikel/33/2837/common_childhood_diseases_part_i
Yah.. meskipun telat banget tapi yang penting lunas ya hutangnya hehehehe. Selamat membaca!

Di artikel sebelumnya, saya telah membahas tentang batuk pilek (common cold), influenza, dan diare, mencret. Sekarang saya lanjutkan dengan roseola, RS virus (Respiratory Syncytial virus), dan penyakit mulut, tangan, dan kaki (hand foot and mouth disease). Yuk kita lihat satu persatu.

4. Roseola = roseola infantum, exanthema subitum, sudden rash

Roseola ini merupakan salah satu penyakit umum pada anak. Sering orang awam bilangnya kena “tampek”, “campak”, “gabak” dll.
Sebelumnya mari kita bereskan dulu istilah yang dipakai. 
* Istilah campak sebenarnya merujuk pada istilah “measles” dalam bahasa Inggris (latin: Rubeola).
(http://id.wikipedia.org/wiki/Campak)
Campak/measles/rubeola, sudah termasuk dalam vaksin anak, yang dikenal sebagai MMR (Mumps Measles Rubella).
Jadi campak/measles di sini BERBEDA dengan roseola.
Sering banyak yang menanyakan dan protes, kenapa sudah divaksin pun masih kena campak. Lha ya ini, memang lain soalnya. Virus penyebabnya lain, jadi meski sudah vaksin MMR, bisa saja kena Roseola, yang memang belum ada vaksinnya. Selama ini yang sering dibilang anak kena “tampek, campak” dll sebenarnya merujuk pada roseola, bukan measles.
Di Jepang, istilah yang dipakai “toppatsu (= mendadak)” merujuk pada istilah Inggris, “sudden fever, sudden rash”.

* Campak German, German measles (latin: Rubella), juga sudah termasuk dalam vaksin MMR. Ini juga berbeda dengan Roseola. Rubella ini penting untuk diketahui, terutama untuk wanita sebelum hamil. Terpapar virus Rubella saat kehamilan, bisa berakibat cacat bawaan pada bayi yang dikandungnya.

* Karena banyaknya istilah yang dipakai, saya memutuskan untuk memakai istilah latin saja.
Sekali lagi, Roseola berbeda dengan Rubeola, dan berbeda pula dengan Rubella. Gejalanya, mirip mirip tapi masing masing penyakit tersendiri, dengan penyebab virus yang berbeda.
Saat ini yang akan saya bahas lebih detil adalah Roseola.

Penyebab: Human herpesvirus (HHV6, dan HHV7).
Gejala: Roseola umum terjadi pada anak usia 6 bulan hingga 2 atau 3 tahun. Panas tinggi mendadak kira kira selama 2 atau 3 hari. Setelah itu panas turun, dan keluar bintik bintik merah kecil, biasanya di daerah leher, muka, tangan. Meskipun demam tinggi, biasanya si anak baik baik saja (behave almost normally), masih bisa main seperti biasanya. Bintik bintik merah yang keluar juga biasanya tidak gatal.
Ini berbeda dengan campak/measles/rubeola, anak cenderung sakit, lemas, selain demam tinggi juga ada batuk, mata merah, pilek. Roseola biasanya tidak berbahaya, bisa sembuh sendiri. Sedangkan pada campak/measles/rubeola, komplikasi fatal bisa terjadi.
Penanganan: Obat penurun panas bisa diberikan pada demam tinggi, meskipun biasanya tidak perlu selama si anak baik baik saja. Yang perlu diwaspadai, kemungkinan terjadinya kejang demam, di sini perlu diberikan obat penurun panas segera. Jadi cukup sediakan obat penurun panas, dan pantau kondisi anak. Bintik bintik merah/rash yang keluar biasanya akan hilang dan pudar dengan sendirinya setelah 2 atau 3 hari.
Roseola menular biasanya sebelum gejala timbul pada si anak. Setelah gejala timbul, biasanya sudah tidak menular lagi.

Berikut ada sharing pengalaman dari orang tua yang anaknya pernah kena roseola (toppatsu, dalam bahasa Jepang).
# Mama Ct:
“Saat liburan di Bali, Ct (11 bulan) panas tinggi banget..sampai 40 derajat lebih dikit. Kita pikir masuk angin kali..tapi tidak ada batuk pilek, cuma demam doank. Bawa ke dokter, diperiksa darah, periksa urine, tidak ada apa apa. Dokternya sudah curiga toppatsu juga sih, dia bilang..kemungkinan nanti begitu panasnya turun bisa keluar merah2. Pas hari ketiga dia demam, kita sudah mesti balik ke Jepang. Sama dokternya dikasih obat penurun panas, just in case di pesawat panas lagi. Ternyata bener juga...di pesawat panas lagi 40 derajat...duh...(sutris juga mamanya). Setelah kasih obat, Ct akhirnya bisa bobo. Sampai di jepang, sudah sehat banget, tidak ada panas sama sekali. Besoknya dibawa ke dokter, dan confirmed ..ternyata benar itu toppatsu soalnya sudah keluar bintik bintik merah”.

# Mama Als:
“Als baru umur setahun saat kena. Gejalanya, panas tinggi 38-40 sekitar 2-3 hari. Ke dokter dibilangnya mungkin batuk pilek biasa, trus diberikan obat penurun panas, in case anaknya rewel. Tapi karena Als waktu itu keliatannya masih sehat, jadi obatnya tidak diminumkan. Setelah 3-4 hari panasnya turun, keluar bintik2 merah kecil dimulai dari muka, tangan, badan terus turun ke kaki. Dengar dengar anak lain yang sudah pernah kena, ga ada obatnya yang khusus, jadi ya tidak dibawa ke dokter buat konfirmasi dll. Akhirnya Als sembuh sendiri”  

5. Respiratory Syncytial Virus (RS virus)

RS virus ini penyebab utama infeksi saluran pernafasan pada bayi dan anak anak. Merupakan penyebab utama kasus bronchitis, bronchiolitis (radang saluran nafas), dan pneumonia (radang paru paru) pada anak anak. Kasus RS virus sering terjadi pada musim dingin (“annual epidemic during winter months”), atau musim hujan pada negara negara dengan iklim tropis. Umumnya menyerang anak anak di bawah usia 2 tahun. Infeksi pada bayi, sering menyebabkan bayi jadi sulit minum ASI, rewel, susah tidur, dan sering terpaksa harus masuk RS jika kondisinya memburuk. Infeksi RS virus sebenarnya menghasilkan antibody pada tubuh, sayangnya antibody ini cepat turun sehingga sering anak anak terkena infeksi RS virus berulang kali. Pada orang dewasa pun bisa terkena juga, tapi biasanya gejalanya ringan, tidak berbeda dengan gejala batuk pilek biasa.  

Penyebab: Human respiratory syncytial virus (RS virus).
Gejala: Bersin, pilek, batuk, dan biasanya ada demam (38-39 derajat). Batuk keras, ngikil kadang jadi gejala utama. Anak anak sering mengalami susah nafas, dan akibatnya juga sulit tidur. Pada anak anak normal sehat, sebenarnya RS virus tidak perlu dibedakan dengan batuk pilek biasa (common cold). Tapi, pada kasus kasus tertentu, seperti pada anak yang lahir prematur atau ada riwayat kesehatan tertentu, biasanya pemeriksaan khusus dilakukan untuk mengidentifikasi RS virus.
Penanganan: Saat ini belum ada vaksin untuk RS virus. Obat penurun panas bisa diberikan jika demam tinggi. Pantau kondisi anak, selama anak cukup sehat, masih mau makan, minum tidak perlu perawatan khusus. Biasanya anak akan membaik dalam seminggu. Jika anak mengalami kesulitan bernafas, tidak mau makan minum, bisa diberikan bantuan oksigen dan infus di RS.
RS virus sangat mudah menular, sama seperti virus batuk pilek lainnya. Sekali lagi, jangan lupa menjaga kebersihan, Sering sering mencuci tangan terutama setelah kontak dengan penderita, biasakan menutup hidung atau mulut ketika bersin (atau memakai masker), dan tidak membuang ludah atau dahak sembarangan. Bayi bayi terutama di bawah usia 6 bulan, sedapat mungkin hindari kontak dengan orang yang sedang batuk pilek.

Berikut ini sharing pengalaman dari orang tua yang anaknya pernah kena RS virus.
# Mama Nat:
“RS virus kena pertama kali saat Nat umur 2 thn. Gejala awalnya batuk basah ga berhenti, pilek, dan demam 38 derajat keatas. Gara gara batuk & demam, trus Nat dibawa ke dokter, dokternya curiga radang paru, disuruh rontgen, keliatan ada bagian putih di salah satu parunya, langsung dirujuk ke hospital, check darah dll ternyata positif RS virus. Langsung Nat masuk RS selama seminggu. Selama di RS, tiap hari di-nebulizer sambil disedot riaknya. Kena RS virus kedua kalinya pas Nat mau umur 4 tahun, juga sama gejalanya, batuk ga berhenti & panas diatas 38 derajat. Tapi karena udah gedean, jadi lebih tahan (mamanya sih yg ga tahan dengerin batuknya). Sekali batuk lama banget, terus menerus, terutama mau tidur rasanya susah banget, tengah tengah tidurpun batuk. Dikasih obat macam macam dari obat batuk (medicon), anti alergi, obat penurun panas (kalau panas masih diatas 38 derajat, akhirnya ga keminum sih). Anaknya hari pertama doank yang rada lemes, selain itu sih walau ga se-sehat biasanya, ga doyan makan, tapi masih anteng nonton tv atau main sendiri”.

# Mama In:
“In pernah kena RS virus waktu umur setahunan. Waktu itu panas sekitar 38-39.5 derajat, batuknya rada beda dan paru2nya banyak phlem. Dibawa ke dokter klinik, dan disuruh ke rumah sakit buat check lebih lanjut. Tapi, sama dokter rumah sakit cuma dicek biasa dan disuruh banyak istirahat dan tepok2 dada, punggung sering2. Tidur disuruh rada tegak, dan balik check up lagi 3 hari setelahnya. Asal cukup cairan dan bisa makan dikit2 aja ga apa apa katanya. Pas balik lagi ke dokternya, katanya dah mendingan. Kita tanya kemungkinan RS virus, kata dokternya mungkin, tapi karena gak diambil test khusus, jadi gak tahu pasti. Anyway, karena sudah baikan jauh, gak perlu khawatir...cuma tetap on observation. Memang sih pas sakit kali ini, In rada rewel karena hidung mampet dan banyak phlem di dada, jadi rada suka mau muntah dan susah banget buat tidur enak”.

6. Penyakit mulut, tangan, dan kaki (hand, foot and mouth disease/HFMD).

Hati hati, penyakit ini tidak sama dengan penyakit mulut dan kuku (Foot and mouth disease/ FMD) yang sering menyerang hewan ternak. Di Singapore, penyakit mulut, tangan dan kaki (HFMD) ini pernah outbreak, sehingga dikenal istilah “flu Singapore”. Jadi, flu Singapore disini, merujuk pada HFMD. Berbeda ya dengan flu Mexico, flu HongKong dll yang merujuk pada outbreak virus influenza. Wabah HFMD sering terjadi di day care, atau taman kanak kanak. Biasanya sering pada musim panas atau musim gugur. Penularan melalui kontak langsung, melalui air liur, atau feses penderita.

Penyebab: Coxsakie A virus dan enterovirus 71 (EV-71).
Gejala: Masa inkubasi 3-7 hari. Gejala awal biasanya demam yang tidak terlalu tinggi, anak kelihatan agak lemas. Setelah itu keluar bintik bintik merah kecil terutama di telapak tangan, telapak kaki, dan sekitar mulut. Kadang bintik bintik merah tersebut ditemukan juga di daerah paha dan lengan (badan biasanya bersih). Bintik merah ini kadang ada yang berbentuk seperti gelembung kecil kecil isi air (vesikel) seperti pada cacar air, tapi tidak gatal. Gejala yang biasanya bikin keluhan yaitu keluar sariawan di dalam mulut, karena sakit dan menyebabkan anak tidak bisa makan. Setelah seminggu, biasanya anak sudah kembali sehat.
Penanganan: Pantau kondisi anak. Sariawan di mulut biasanya menyebabkan sakit dan anak tidak mau makan. Berikan makanan lunak yang dingin sedikit sedikit, seperti pudding, es krim. Di Jepang, biasanya disarankan untuk memberi udon (Japanese noodle), yang kebetulan juga enak dimakan dingin dingin dan anak anak biasanya suka. Justru nasi, bubur ayam yang panas, bisa membuat iritasi di mulut dan sariawan tambah sakit. Yang penting jaga asupan cairan agar tidak sampai anak mengalami dehidrasi. Setelah 2 atau 3 hari, biasanya sariawan juga mereda dan anak anak mulai kembali bisa makan normal. Rash merah yang keluar juga akan hilang dengan sendirinya.

Sharing pengalaman anak yang terkena HFMD:
# Mama Yb:
“Dari day care Yb keluar pengumuman ada beberapa anak yang terkena HFMD, dan orang tua diminta untuk berhati hati memantau anaknya. Beberapa hari kemudian, gurunya memberitahu kalau Yb demam, dan ada bintik kecil merah di sekitar telapak kaki. Karena memang sudah tahu sedang ada outbreak HFMD, ya sudah siap siap kemungkinan HFMD. Besokannya dibawa ke dokter, ternyata di dalam mulut sudah keluar sariawan kecil kecil, jadi positif deh terkena HFMD. Gak dikasih obat apa2 juga, dibiarkan saja. Saat itu anaknya masih baik, masih mau makan minum seperti biasanya. Baru keesokan harinya, sariawan di mulut tambah banyak, tiap kali masuk makanan, mulutnya langsung ditutup pakai tangan sambil bilang sakit. Gak bisa makan apa apa saat itu, cuma dikasih kuah sup dingin, dan banyak minum. Pas sariawan sudah mulai kurangan, mau makan udon, biskuit, senbei kesukaan dia dikit dikit. Baru boleh masuk day care lagi setelah seminggu kemudian karena harus ada surat keterangan dokter kalau anaknya sudah baik dari HFMD”

Di artikel ini, rencananya hanya penyakit penyakit di atas yang saya bahas. Tapi, ada titipan tambahan cerita, tentang “Intussusception” , salah satu masalah gawat darurat yang sering terjadi pada anak anak kecil. Jadi yuk, kita coba mengenali sedikit kasus ini.

7. Intussusception

Intussusception (susah ya bacanya, nulisnya juga susah.. sering keblinger hehehe) merupakan istilah medik yang dipakai untuk menggambarkan kasus dimana salah satu bagian usus masuk ke bagian usus lainnya. Hal ini menyebabkan terjadinya sumbatan pada usus, usus jadi bengkak, inflamasi, dan aliran darah ke bagian usus yang tersumbat juga terhambat. Akibatnya bisa diduga, sakit perut yang biasanya cukup sakit, bisa bikin anak nangis jerit jerit kesakitan atau pada bayi hampir menyerupai kolik tapi lebih intense. Biasanya tidak ada demam. Sakitnya bisa hilang timbul, saat tidak sakit anak biasanya tenang. Sakit yang berkurang bukan disebabkan karena usus yang masuk tadi terlepas, tapi karena sementara si usus berhenti berkontraksi (gerakan peristaltik usus stop sebentar). Karena masalah di usus ini, feses yang keluar bisa ada darahnya. Intussusception lebih sering terjadi pada anak laki laki ketimbang perempuan.
Penangangan: Dimasukkan cairan yang mengandung udara, barium (zat kontras), atau air yang mengandung zat kontras melalui anus. Sambil dimasukkan cairan tersebut, dokter bisa memantau lokasi usus yang mengalami masalah. Tekanan dari udara atau zat kontras yang dimasukkan sekaligus bisa membuat usus yang kemasuk tadi, keluar kembali ke posisinya semula. Jika cara ini tidak berhasil, baru dilakukan tindakan surgery.

Berikut sharing cerita tentang Intussusception.
# Mama Zh:
Kejadiannya pas bulan september akhir, pagi masih ngga papa, terus jam 11:00-an abis nyusu Zh muntahin semua nya. mukanya pucat banget dan nangis terus jadi langsung dibawa ke dokter. Dokter bilang masuk angin biasa. Tapi abis gitu, dia kayaknya laper minta susu, tiap abis nyusu dia muntah, mau ditidurin dia juga muntah terus, dikasih obat ga bisa karena dimuntahin. Dikasih minum muntah juga. Akhirnya karena terus kecapean muntah dia ketiduran. Abis tidur bawa ke dokter lagi, tapi mukanya ga sepucat pas pagi. Trus sama dokter bilang suruh tunggu sampe jam 19:00 kalo masih ga masuk apa2 dan muntah terus, disuruh bawa ke RS gede. Ternyata sampe jam 19:00 masih muntah juga. Jadi nya dibawa ke RS gede, terus di rontgen perutnya, sama dokternya dari pantat-nya dimasukkin obat biar keluar stool-nya. Kalo stoolnya ada darah nya berarti intussusceptions, yg mana artinya ususnya mendelep ke usus yg laen.Ternyata emang berdarah stoolnya, disuruh lagi pergi ke RS lain karena di RS itu baru ada alat alat khusus untuk anak2.
Jadi kita naik ambulans ke RS rujukan itu.... rasanya horor banget dech. Sampe di sana, perutnya Zh di USG, terus dari pantat nya disemprot air, abis gitu usus nya balik lagi normal.
Malem itu disuruh tinggal di RS 24 jam karena kata dokternya dalam 24 jam itu ada kemungkinan ususnya balik mendelep ke usus yg laen lagi gitu. Jadi kita tinggal di RS, untung ususnya engga balik mendelep lagi.
Menurut dokternya memang intsussusception = choujyuuseki
腸重積 ini bisa terjadi untuk baby yg lagi belajar makan padat. Biasanya baby boy dan kejadiannya sering pas musim spring or fall, karena pas musim2 gitu lebih gampang kena flu perut. Jadi pada dasarnya karena pas lagi belajar makan solid gitu, pergerakan usus peristaltik ya... masih belum sempurna, alias lagi belajar juga ususnya bergerak, dan arah gerakannya bisa salah. Apalagi habis kena flu perut,usus nya agak sedikit membengkak sehingga usus yang satu bisa mudah mendelep masuk ke bagian usus lain. Haissh.... untung udah lewat dan moga2 ga ada yang kena kayak gini.
Oh iya dokternya bilang, selama dia jadi dokter anak, dia pernah menangani ada anak umur 13 taon, kena juga”.


---
Demikian cerita saya tentang penyakit penyakit yang umum terjadi pada anak anak. Masih banyak penyakit lain, tapi nanti deh saya bahasnya di lain kesempatan ya.
Semoga artikel ini bisa menambah pengetahuan dan berguna untuk semuanya.

Salam sehat,
Kathryn – Tokyo

References:
http://kidshealth.org/parent/system/surgical/intussusception.html
images:
http://www.topnews.in/health/hand-foot-mouth-disease-kills-10-children-vietnam-22377
http://www.lifescript.com/health/a-z/conditions_a-z/conditions/r/roseola.aspx