Wednesday, December 19, 2012

Common Childhood Diseases (part II)



Common Childhood Diseases (part II)

Halo semuanya, apa kabar?  Ini tulisan penutup akhir tahun, melunasi hutang lanjutan artikel tahun lalu “Common Childhood Diseases (part I)”. Link artikel sebelumnya bisa diakses juga di: 
http://kolomkita.detik.com/baca/artikel/33/2837/common_childhood_diseases_part_i
Yah.. meskipun telat banget tapi yang penting lunas ya hutangnya hehehehe. Selamat membaca!

Di artikel sebelumnya, saya telah membahas tentang batuk pilek (common cold), influenza, dan diare, mencret. Sekarang saya lanjutkan dengan roseola, RS virus (Respiratory Syncytial virus), dan penyakit mulut, tangan, dan kaki (hand foot and mouth disease). Yuk kita lihat satu persatu.

4. Roseola = roseola infantum, exanthema subitum, sudden rash

Roseola ini merupakan salah satu penyakit umum pada anak. Sering orang awam bilangnya kena “tampek”, “campak”, “gabak” dll.
Sebelumnya mari kita bereskan dulu istilah yang dipakai. 
* Istilah campak sebenarnya merujuk pada istilah “measles” dalam bahasa Inggris (latin: Rubeola).
(http://id.wikipedia.org/wiki/Campak)
Campak/measles/rubeola, sudah termasuk dalam vaksin anak, yang dikenal sebagai MMR (Mumps Measles Rubella).
Jadi campak/measles di sini BERBEDA dengan roseola.
Sering banyak yang menanyakan dan protes, kenapa sudah divaksin pun masih kena campak. Lha ya ini, memang lain soalnya. Virus penyebabnya lain, jadi meski sudah vaksin MMR, bisa saja kena Roseola, yang memang belum ada vaksinnya. Selama ini yang sering dibilang anak kena “tampek, campak” dll sebenarnya merujuk pada roseola, bukan measles.
Di Jepang, istilah yang dipakai “toppatsu (= mendadak)” merujuk pada istilah Inggris, “sudden fever, sudden rash”.

* Campak German, German measles (latin: Rubella), juga sudah termasuk dalam vaksin MMR. Ini juga berbeda dengan Roseola. Rubella ini penting untuk diketahui, terutama untuk wanita sebelum hamil. Terpapar virus Rubella saat kehamilan, bisa berakibat cacat bawaan pada bayi yang dikandungnya.

* Karena banyaknya istilah yang dipakai, saya memutuskan untuk memakai istilah latin saja.
Sekali lagi, Roseola berbeda dengan Rubeola, dan berbeda pula dengan Rubella. Gejalanya, mirip mirip tapi masing masing penyakit tersendiri, dengan penyebab virus yang berbeda.
Saat ini yang akan saya bahas lebih detil adalah Roseola.

Penyebab: Human herpesvirus (HHV6, dan HHV7).
Gejala: Roseola umum terjadi pada anak usia 6 bulan hingga 2 atau 3 tahun. Panas tinggi mendadak kira kira selama 2 atau 3 hari. Setelah itu panas turun, dan keluar bintik bintik merah kecil, biasanya di daerah leher, muka, tangan. Meskipun demam tinggi, biasanya si anak baik baik saja (behave almost normally), masih bisa main seperti biasanya. Bintik bintik merah yang keluar juga biasanya tidak gatal.
Ini berbeda dengan campak/measles/rubeola, anak cenderung sakit, lemas, selain demam tinggi juga ada batuk, mata merah, pilek. Roseola biasanya tidak berbahaya, bisa sembuh sendiri. Sedangkan pada campak/measles/rubeola, komplikasi fatal bisa terjadi.
Penanganan: Obat penurun panas bisa diberikan pada demam tinggi, meskipun biasanya tidak perlu selama si anak baik baik saja. Yang perlu diwaspadai, kemungkinan terjadinya kejang demam, di sini perlu diberikan obat penurun panas segera. Jadi cukup sediakan obat penurun panas, dan pantau kondisi anak. Bintik bintik merah/rash yang keluar biasanya akan hilang dan pudar dengan sendirinya setelah 2 atau 3 hari.
Roseola menular biasanya sebelum gejala timbul pada si anak. Setelah gejala timbul, biasanya sudah tidak menular lagi.

Berikut ada sharing pengalaman dari orang tua yang anaknya pernah kena roseola (toppatsu, dalam bahasa Jepang).
# Mama Ct:
“Saat liburan di Bali, Ct (11 bulan) panas tinggi banget..sampai 40 derajat lebih dikit. Kita pikir masuk angin kali..tapi tidak ada batuk pilek, cuma demam doank. Bawa ke dokter, diperiksa darah, periksa urine, tidak ada apa apa. Dokternya sudah curiga toppatsu juga sih, dia bilang..kemungkinan nanti begitu panasnya turun bisa keluar merah2. Pas hari ketiga dia demam, kita sudah mesti balik ke Jepang. Sama dokternya dikasih obat penurun panas, just in case di pesawat panas lagi. Ternyata bener juga...di pesawat panas lagi 40 derajat...duh...(sutris juga mamanya). Setelah kasih obat, Ct akhirnya bisa bobo. Sampai di jepang, sudah sehat banget, tidak ada panas sama sekali. Besoknya dibawa ke dokter, dan confirmed ..ternyata benar itu toppatsu soalnya sudah keluar bintik bintik merah”.

# Mama Als:
“Als baru umur setahun saat kena. Gejalanya, panas tinggi 38-40 sekitar 2-3 hari. Ke dokter dibilangnya mungkin batuk pilek biasa, trus diberikan obat penurun panas, in case anaknya rewel. Tapi karena Als waktu itu keliatannya masih sehat, jadi obatnya tidak diminumkan. Setelah 3-4 hari panasnya turun, keluar bintik2 merah kecil dimulai dari muka, tangan, badan terus turun ke kaki. Dengar dengar anak lain yang sudah pernah kena, ga ada obatnya yang khusus, jadi ya tidak dibawa ke dokter buat konfirmasi dll. Akhirnya Als sembuh sendiri”  

5. Respiratory Syncytial Virus (RS virus)

RS virus ini penyebab utama infeksi saluran pernafasan pada bayi dan anak anak. Merupakan penyebab utama kasus bronchitis, bronchiolitis (radang saluran nafas), dan pneumonia (radang paru paru) pada anak anak. Kasus RS virus sering terjadi pada musim dingin (“annual epidemic during winter months”), atau musim hujan pada negara negara dengan iklim tropis. Umumnya menyerang anak anak di bawah usia 2 tahun. Infeksi pada bayi, sering menyebabkan bayi jadi sulit minum ASI, rewel, susah tidur, dan sering terpaksa harus masuk RS jika kondisinya memburuk. Infeksi RS virus sebenarnya menghasilkan antibody pada tubuh, sayangnya antibody ini cepat turun sehingga sering anak anak terkena infeksi RS virus berulang kali. Pada orang dewasa pun bisa terkena juga, tapi biasanya gejalanya ringan, tidak berbeda dengan gejala batuk pilek biasa.  

Penyebab: Human respiratory syncytial virus (RS virus).
Gejala: Bersin, pilek, batuk, dan biasanya ada demam (38-39 derajat). Batuk keras, ngikil kadang jadi gejala utama. Anak anak sering mengalami susah nafas, dan akibatnya juga sulit tidur. Pada anak anak normal sehat, sebenarnya RS virus tidak perlu dibedakan dengan batuk pilek biasa (common cold). Tapi, pada kasus kasus tertentu, seperti pada anak yang lahir prematur atau ada riwayat kesehatan tertentu, biasanya pemeriksaan khusus dilakukan untuk mengidentifikasi RS virus.
Penanganan: Saat ini belum ada vaksin untuk RS virus. Obat penurun panas bisa diberikan jika demam tinggi. Pantau kondisi anak, selama anak cukup sehat, masih mau makan, minum tidak perlu perawatan khusus. Biasanya anak akan membaik dalam seminggu. Jika anak mengalami kesulitan bernafas, tidak mau makan minum, bisa diberikan bantuan oksigen dan infus di RS.
RS virus sangat mudah menular, sama seperti virus batuk pilek lainnya. Sekali lagi, jangan lupa menjaga kebersihan, Sering sering mencuci tangan terutama setelah kontak dengan penderita, biasakan menutup hidung atau mulut ketika bersin (atau memakai masker), dan tidak membuang ludah atau dahak sembarangan. Bayi bayi terutama di bawah usia 6 bulan, sedapat mungkin hindari kontak dengan orang yang sedang batuk pilek.

Berikut ini sharing pengalaman dari orang tua yang anaknya pernah kena RS virus.
# Mama Nat:
“RS virus kena pertama kali saat Nat umur 2 thn. Gejala awalnya batuk basah ga berhenti, pilek, dan demam 38 derajat keatas. Gara gara batuk & demam, trus Nat dibawa ke dokter, dokternya curiga radang paru, disuruh rontgen, keliatan ada bagian putih di salah satu parunya, langsung dirujuk ke hospital, check darah dll ternyata positif RS virus. Langsung Nat masuk RS selama seminggu. Selama di RS, tiap hari di-nebulizer sambil disedot riaknya. Kena RS virus kedua kalinya pas Nat mau umur 4 tahun, juga sama gejalanya, batuk ga berhenti & panas diatas 38 derajat. Tapi karena udah gedean, jadi lebih tahan (mamanya sih yg ga tahan dengerin batuknya). Sekali batuk lama banget, terus menerus, terutama mau tidur rasanya susah banget, tengah tengah tidurpun batuk. Dikasih obat macam macam dari obat batuk (medicon), anti alergi, obat penurun panas (kalau panas masih diatas 38 derajat, akhirnya ga keminum sih). Anaknya hari pertama doank yang rada lemes, selain itu sih walau ga se-sehat biasanya, ga doyan makan, tapi masih anteng nonton tv atau main sendiri”.

# Mama In:
“In pernah kena RS virus waktu umur setahunan. Waktu itu panas sekitar 38-39.5 derajat, batuknya rada beda dan paru2nya banyak phlem. Dibawa ke dokter klinik, dan disuruh ke rumah sakit buat check lebih lanjut. Tapi, sama dokter rumah sakit cuma dicek biasa dan disuruh banyak istirahat dan tepok2 dada, punggung sering2. Tidur disuruh rada tegak, dan balik check up lagi 3 hari setelahnya. Asal cukup cairan dan bisa makan dikit2 aja ga apa apa katanya. Pas balik lagi ke dokternya, katanya dah mendingan. Kita tanya kemungkinan RS virus, kata dokternya mungkin, tapi karena gak diambil test khusus, jadi gak tahu pasti. Anyway, karena sudah baikan jauh, gak perlu khawatir...cuma tetap on observation. Memang sih pas sakit kali ini, In rada rewel karena hidung mampet dan banyak phlem di dada, jadi rada suka mau muntah dan susah banget buat tidur enak”.

6. Penyakit mulut, tangan, dan kaki (hand, foot and mouth disease/HFMD).

Hati hati, penyakit ini tidak sama dengan penyakit mulut dan kuku (Foot and mouth disease/ FMD) yang sering menyerang hewan ternak. Di Singapore, penyakit mulut, tangan dan kaki (HFMD) ini pernah outbreak, sehingga dikenal istilah “flu Singapore”. Jadi, flu Singapore disini, merujuk pada HFMD. Berbeda ya dengan flu Mexico, flu HongKong dll yang merujuk pada outbreak virus influenza. Wabah HFMD sering terjadi di day care, atau taman kanak kanak. Biasanya sering pada musim panas atau musim gugur. Penularan melalui kontak langsung, melalui air liur, atau feses penderita.

Penyebab: Coxsakie A virus dan enterovirus 71 (EV-71).
Gejala: Masa inkubasi 3-7 hari. Gejala awal biasanya demam yang tidak terlalu tinggi, anak kelihatan agak lemas. Setelah itu keluar bintik bintik merah kecil terutama di telapak tangan, telapak kaki, dan sekitar mulut. Kadang bintik bintik merah tersebut ditemukan juga di daerah paha dan lengan (badan biasanya bersih). Bintik merah ini kadang ada yang berbentuk seperti gelembung kecil kecil isi air (vesikel) seperti pada cacar air, tapi tidak gatal. Gejala yang biasanya bikin keluhan yaitu keluar sariawan di dalam mulut, karena sakit dan menyebabkan anak tidak bisa makan. Setelah seminggu, biasanya anak sudah kembali sehat.
Penanganan: Pantau kondisi anak. Sariawan di mulut biasanya menyebabkan sakit dan anak tidak mau makan. Berikan makanan lunak yang dingin sedikit sedikit, seperti pudding, es krim. Di Jepang, biasanya disarankan untuk memberi udon (Japanese noodle), yang kebetulan juga enak dimakan dingin dingin dan anak anak biasanya suka. Justru nasi, bubur ayam yang panas, bisa membuat iritasi di mulut dan sariawan tambah sakit. Yang penting jaga asupan cairan agar tidak sampai anak mengalami dehidrasi. Setelah 2 atau 3 hari, biasanya sariawan juga mereda dan anak anak mulai kembali bisa makan normal. Rash merah yang keluar juga akan hilang dengan sendirinya.

Sharing pengalaman anak yang terkena HFMD:
# Mama Yb:
“Dari day care Yb keluar pengumuman ada beberapa anak yang terkena HFMD, dan orang tua diminta untuk berhati hati memantau anaknya. Beberapa hari kemudian, gurunya memberitahu kalau Yb demam, dan ada bintik kecil merah di sekitar telapak kaki. Karena memang sudah tahu sedang ada outbreak HFMD, ya sudah siap siap kemungkinan HFMD. Besokannya dibawa ke dokter, ternyata di dalam mulut sudah keluar sariawan kecil kecil, jadi positif deh terkena HFMD. Gak dikasih obat apa2 juga, dibiarkan saja. Saat itu anaknya masih baik, masih mau makan minum seperti biasanya. Baru keesokan harinya, sariawan di mulut tambah banyak, tiap kali masuk makanan, mulutnya langsung ditutup pakai tangan sambil bilang sakit. Gak bisa makan apa apa saat itu, cuma dikasih kuah sup dingin, dan banyak minum. Pas sariawan sudah mulai kurangan, mau makan udon, biskuit, senbei kesukaan dia dikit dikit. Baru boleh masuk day care lagi setelah seminggu kemudian karena harus ada surat keterangan dokter kalau anaknya sudah baik dari HFMD”

Di artikel ini, rencananya hanya penyakit penyakit di atas yang saya bahas. Tapi, ada titipan tambahan cerita, tentang “Intussusception” , salah satu masalah gawat darurat yang sering terjadi pada anak anak kecil. Jadi yuk, kita coba mengenali sedikit kasus ini.

7. Intussusception

Intussusception (susah ya bacanya, nulisnya juga susah.. sering keblinger hehehe) merupakan istilah medik yang dipakai untuk menggambarkan kasus dimana salah satu bagian usus masuk ke bagian usus lainnya. Hal ini menyebabkan terjadinya sumbatan pada usus, usus jadi bengkak, inflamasi, dan aliran darah ke bagian usus yang tersumbat juga terhambat. Akibatnya bisa diduga, sakit perut yang biasanya cukup sakit, bisa bikin anak nangis jerit jerit kesakitan atau pada bayi hampir menyerupai kolik tapi lebih intense. Biasanya tidak ada demam. Sakitnya bisa hilang timbul, saat tidak sakit anak biasanya tenang. Sakit yang berkurang bukan disebabkan karena usus yang masuk tadi terlepas, tapi karena sementara si usus berhenti berkontraksi (gerakan peristaltik usus stop sebentar). Karena masalah di usus ini, feses yang keluar bisa ada darahnya. Intussusception lebih sering terjadi pada anak laki laki ketimbang perempuan.
Penangangan: Dimasukkan cairan yang mengandung udara, barium (zat kontras), atau air yang mengandung zat kontras melalui anus. Sambil dimasukkan cairan tersebut, dokter bisa memantau lokasi usus yang mengalami masalah. Tekanan dari udara atau zat kontras yang dimasukkan sekaligus bisa membuat usus yang kemasuk tadi, keluar kembali ke posisinya semula. Jika cara ini tidak berhasil, baru dilakukan tindakan surgery.

Berikut sharing cerita tentang Intussusception.
# Mama Zh:
Kejadiannya pas bulan september akhir, pagi masih ngga papa, terus jam 11:00-an abis nyusu Zh muntahin semua nya. mukanya pucat banget dan nangis terus jadi langsung dibawa ke dokter. Dokter bilang masuk angin biasa. Tapi abis gitu, dia kayaknya laper minta susu, tiap abis nyusu dia muntah, mau ditidurin dia juga muntah terus, dikasih obat ga bisa karena dimuntahin. Dikasih minum muntah juga. Akhirnya karena terus kecapean muntah dia ketiduran. Abis tidur bawa ke dokter lagi, tapi mukanya ga sepucat pas pagi. Trus sama dokter bilang suruh tunggu sampe jam 19:00 kalo masih ga masuk apa2 dan muntah terus, disuruh bawa ke RS gede. Ternyata sampe jam 19:00 masih muntah juga. Jadi nya dibawa ke RS gede, terus di rontgen perutnya, sama dokternya dari pantat-nya dimasukkin obat biar keluar stool-nya. Kalo stoolnya ada darah nya berarti intussusceptions, yg mana artinya ususnya mendelep ke usus yg laen.Ternyata emang berdarah stoolnya, disuruh lagi pergi ke RS lain karena di RS itu baru ada alat alat khusus untuk anak2.
Jadi kita naik ambulans ke RS rujukan itu.... rasanya horor banget dech. Sampe di sana, perutnya Zh di USG, terus dari pantat nya disemprot air, abis gitu usus nya balik lagi normal.
Malem itu disuruh tinggal di RS 24 jam karena kata dokternya dalam 24 jam itu ada kemungkinan ususnya balik mendelep ke usus yg laen lagi gitu. Jadi kita tinggal di RS, untung ususnya engga balik mendelep lagi.
Menurut dokternya memang intsussusception = choujyuuseki
腸重積 ini bisa terjadi untuk baby yg lagi belajar makan padat. Biasanya baby boy dan kejadiannya sering pas musim spring or fall, karena pas musim2 gitu lebih gampang kena flu perut. Jadi pada dasarnya karena pas lagi belajar makan solid gitu, pergerakan usus peristaltik ya... masih belum sempurna, alias lagi belajar juga ususnya bergerak, dan arah gerakannya bisa salah. Apalagi habis kena flu perut,usus nya agak sedikit membengkak sehingga usus yang satu bisa mudah mendelep masuk ke bagian usus lain. Haissh.... untung udah lewat dan moga2 ga ada yang kena kayak gini.
Oh iya dokternya bilang, selama dia jadi dokter anak, dia pernah menangani ada anak umur 13 taon, kena juga”.


---
Demikian cerita saya tentang penyakit penyakit yang umum terjadi pada anak anak. Masih banyak penyakit lain, tapi nanti deh saya bahasnya di lain kesempatan ya.
Semoga artikel ini bisa menambah pengetahuan dan berguna untuk semuanya.

Salam sehat,
Kathryn – Tokyo

References:
http://kidshealth.org/parent/system/surgical/intussusception.html
images:
http://www.topnews.in/health/hand-foot-mouth-disease-kills-10-children-vietnam-22377
http://www.lifescript.com/health/a-z/conditions_a-z/conditions/r/roseola.aspx




Saturday, November 19, 2011

Common Childhood Diseases (part I)


Common Childhood Diseases (part I)

Halo semuanya, apa kabar? Akhirnya saya punya kesempatan lagi untuk kembali menulis artikel yang tentunya “masih seperti yang dulu” tidak jauh jauh dari topik kesehatan. Berhubung sudah jadi ibu ibu, tema kali ini seputar penyakit anak yang belakangan sering dijumpai seperti batuk pilek, flu, diare, roseola, RS virus, serta penyakit mulut, tangan dan kaki, yang akhir akhir ini juga ngetop. Saya yakin banyak yang sudah tahu tentang berbagai penyakit tersebut, apalagi para ibu ibu senior, bisa sudah hafal deh. Jadi saya hanya membahas secara umum dan ringkas saja ya.

Pertama tama, kita rapihkan dulu istilah yang dipakai. Terus terang, saya sering bingung kalau dapat pertanyaan atau pas mencari istilah yang tepat saat translate dari bahasa Jepang ke bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Baru sadar, kok ya yang dimaksud jadi berbeda dari yang dijawab. Ternyata gara gara salah istilah, bukan tidak mungkin jadi salah diagnosa, dan gawat khan kalau sampai pengobatannya pun ikutan salah.

Jadi ini istilah yang akan saya pakai di artikel ini:
- batuk pilek = common cold, nasopharyngitis
- flu = influenza
*hati hati istilah awam “flu” karena biasanya yang dimaksud “flu” ini bukan influenza, tapi justru batuk pilek biasa alias “common cold”. Di artikel ini, kata “flu” yang saya pakai, merujuk pada “influenza”.
- diare, mencret = diarrhea
- roseola = roseola infantum, exanthema subitum, sudden rash
* Saya tidak menggunakan istilah bahasa Indonesia, karena sering salah kaprah antara “campak” dan “tampek”. Campak = measles, rubeola.). Campak, measles ini termasuk dalam program imunisasi MMR (Measles, Mumps, Rubella). Sedangkan “tampek” ini saya sendiri kurang jelas, apa benar ini istilah bahasa Jawa yang merujuk pada campak? Atau berbeda dan berarti merujuk pada roseola? Yang pasti, si campak (measles) dan roseola adalah 2 penyakit berbeda yang sering salah diagnosa karena mirip, dan disini yang saya bahas adalah roseola.
Hati hati, bedakan juga ya “rubeola” dengan “rubella”, yang satunya measles, yang satunya German measles atau campak German.
- RS virus = respiratory syncytial virus (RSV)
- penyakit mulut, tangan dan kaki = hand foot and mouth disease (HFM). Dikenal juga sebagai “flu Singapur” saat terjadi outbreak pada tahun 2009.
* hati hati dengan istilah penyakit kuku dan mulut pada binatang (foot and mouth disease or hoof and mouth disease). Keduanya penyakit yang berbeda, disebabkan oleh virus yang berbeda.

1. Batuk pilek = common cold, nasopharyngitis
Pasti semua sudah tahu ya, anak anak biasanya langganan kena batuk pilek. Rata rata satu bulan atau dua bulan sekali, langganan bolak balik ke dokter anak. Jangankan anak, kita yang orang dewasa juga sudah biasa bolak balik kena batuk pilek. Di Jepang sampai ada istilah “baka ha kaze o hikanai” artinya kurang lebih “fools don’t catch a cold”, sindiran untuk menghibur yang lagi kena pilek, karena orang yang pilek biasanya habis capek kerja, belajar dll, jadi katanya hanya orang bodoh yang lolos dari pilek :)

Penyebab: common cold virus (paling banyak disebabkan oleh rhinovirus).
Gejala: sakit tenggorokan, hidung meler atau tersumbat, batuk, nafsu makan turun, demam yang tidak terlalu tinggi (low grade fever, sekitar 37-38.5 derajat celcius).
Penanganan: banyak istirahat, banyak minum.
Anak yang sedang sakit, biasanya memang tidak nafsu makan karena tubuhnya sedang berkonsentrasi melawan si penyakit, jadi tidak perlu dipaksa makan dengan porsi biasanya. Cukup perhatikan kebutuhan cairan terpenuhi untuk menghindari dehidrasi. Seiring dengan membaiknya penyakit, biasanya sekitar 5-7 hari, nafsu makan anak akan kembali dan saat itu bisa kita bantu memberikan makanan lunak yang banyak mengandung vitamin dan mineral untuk membantu mempercepat proses penyembuhan.

Hidung yang tersumbat bisa dibantu bersihkan dengan suction menggunakan “rubber-bulb syringe”, bisa diulang kapan saja asal jangan lupa juga membersihkan alatnya. Kebetulan di Tokyo pengobatan anak gratis dan ada klinik anak yang kebetulan juga dekat dari rumah, jadi saya tinggal minta tolong hidungnya disedot langsung dengan selang aspirator kecil, lebih bersih dan puas meski anaknya nangis sih ….

Kita juga sering dengar kalau sup ayam bagus buat dimakan saat batuk pilek. Saya sendiri memang di keluarga dari dulu suka makan sup sup yang hangat saat sedang gak enak badan. Ternyata sepertinya memang sup ayam punya khasiat membantu mempercepat penyembuhan batuk pilek. Saya belum mendapatkan paper resmi tentang ini, tapi dari salah satu reference yang saya baca dikatakan kalau sup ayam mengandung asam amino, cysteine yang bisa membantu mengencerkan mucus, lendir hidung sehingga mengurangi gejala hidung tersumbat.
Pada anak, cairan ingus yang sulit keluar berpotensi menimbulkan radang telinga, jadi memang tidak salah rasanya makan sup ayam saat batuk pilek.

2. Flu = Influenza
Influenza sering disingkat “flu”, tapi hati hati karena biasanya yang dibilang flu justru sebenarnya “common cold” biasa. Belakangan juga banyak wabah influenza, ada Hong Kong flu, Mexico flu, Singapore flu, Avian flu, dsb yang cukup membingungkan. Bagi yang berminat,  saya pernah tulis artikel mengenai hal tersebut, silahkan jika ingin membacanya: http://charmedkath.blogspot.com/2009/04/bird-flu-hong-kong-flu-singapore-flu.html

Penyebab: influenza virus (ada 3 tipe: influenza virus A, influenza virus B, influenza virus C)
Influenza virus tipe A dan B yang biasanya menjadi penyebab wabah flu musiman (seasonal influenza).
Gejala: menyerupai gejala batuk pilek, tapi disini biasanya gejala lebih parah, dan ada demam tinggi (bisa mendadak timbulnya). Bayi dan anak anak tentu lebih rentan daripada orang dewasa. Jika kondisi si anak terlihat memburuk, segera bawa ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan lebih lanjut.
Penanganan: Tidak banyak berbeda dengan penanganan batuk pilek biasa, banyak istirahat, banyak minum. Obat penurun demam juga boleh diberikan, tapi hati hati jangan memberikan aspirin kepada anak karena bisa memicu terjadinya “Reye’s syndrome” (a rare but serious illness that can affect the brain and liver). Juga dengan antivirus (contoh: Tamiflu)

Vaksin influenza dapat diberikan sebagai salah satu tindakan pencegahan terhadap flu. Anak anak diatas usia 6 bulan sudah boleh menerima vaksin influenza rutin setiap tahun. Kenapa mesti rutin setiap tahun? Karena vaksin influenza saat ini belum bisa memberikan efek imunitas jangka lama karena adanya kemampuan mutasi genetik dari virus sehingga mudah menghasilkan strain berbeda dari yang dicover oleh vaksin. Setiap tahun isi vaksinnya berbeda, disesuaikan dengan strain virus influenza yang sedang mewabah pada waktu tersebut. Vaksin influenza yang diberikan pada tahun 2010 hingga 2011 misalnya, untuk melindungi terhadap seasonal influenza dan virus flu H1N1 (swine flu) yang sempat mewabah di tahun 2009. Meskipun begitu, perlu disadari juga bahwa setelah vaksin pun bukan berarti bebas sama sekali dari kemungkinan mendapat flu. Strain virus flu banyak sekali dan mudah mengalami mutasi sehingga tidak semua bisa ter-cover dalam vaksin yang diberikan. Karena butuh waktu sekitar 2 minggu setelah diberikan supaya bisa vaksin bisa efektif bekerja, di Jepang vaksin influenza rutin mulai diberikan sekitar bulan Oktober – November, tepat sebelum peak season flu di musim dingin.

Oh ya, jangan lupa… baik batuk pilek, maupun flu, merupakan penyakit yang mudah menular. Jadi jangan lupa menjaga kebersihan. Biasakan anak dan seluruh anggota keluarga untuk menutup hidung/mulutnya ketika bersin, cuci tangan dengan sabun, dan tidak membuang ludah/dahak sembarangan.

3. Diare, mencret = diarrhea
Pada orang dewasa, diare di-definisikan sebagai buang air besar yang lebih encer dari biasanya dengan frekuensi lebih dari tiga kali sehari. Pada bayi dan anak anak, frekuensi normal buang air besar lebih sering dari pada orang dewasa (frekuensi buang air besar ini akan berkurang dengan sendirinya seiring usianya yang meningkat) sehingga lebih penting memperhatikan konsistensinya daripada frekuensi buang air besar. Jika konsistensi feses lebih encer, lembek dan frekuensi juga lebih banyak dari biasanya, bisa jadi ini diare. 

Penyebab: virus (yang umum: adenovirus, rotavirus, norovirus), bakteri (salmonella, shigella, E. coli), antibiotic, alergi makanan, atau penyakit seperti inflammatory bowel disease (IBD). Sering juga dikenal istilah “flu perut”, “stomach flu” yang biasanya merujuk pada diare yang disebabkan oleh virus (viral gastroenteritis). Antibiotik bisa mengganggu keseimbangan bakteri baik dan buruk di dalam usus sehingga menyebabkan diare. Pemberian antibiotik untuk anak disini biasanya ditambah “biofermin” untuk membantu menjaga populasi bakteri baik di usus.   
Gejala: tergantung dari penyebab. Peningkatan frekuensi buang air besar, disertai feses yang lembek, encer dari biasanya. Pada infeksi rotavirus, biasanya disertai demam, sakit perut dan muntah yang cukup sering. Pada infeksi yang disebabkan bakteri, di feses bisa ditemukan darah atau nanah.
Penanganan: Tidak ada penanganan yang spesifik berbeda, meski penyebab diarenya berbeda beda. Paling penting menjaga agar anak tidak sampai dehidrasi karena cairan yang keluar banyak saat diare. Meskipun kondisi anak membaik, biasanya diare masih berlangsung sampai beberapa hari lagi, saluran pencernaan butuh waktu lebih lambat untuk pulih kembali. Sebagai ganti cairan tubuh yang hilang, boleh diberikan “ion drink”, minuman khusus yang mengandung elektrolit yang diperlukan tubuh. Di Jepang dijual khusus ion drink untuk bayi dengan rasa apel, dan peach supaya lebih enak diminumnya.

Selain minuman, bisa dibantu dengan memberikan makanan yang banyak mengandung “pectin”. Pectin merupakan zat yang berfungsi membantu mengentalkan (thickening agent, gelling agent) di makanan, sehingga bisa membantu meningkatkan viskositas, kekentalan feses. Salah satu obat diare yang terkenal, kaopectate, menggunakan pectin sebagai salah satu kandungan utamanya. Pectin banyak terdapat di apel, wortel, labu kuning (tips: kerja pectin lebih maksimal jika bahan bahan tersebut diserut). Sebaiknya berikan apel dari buah, bukan jus apel karena jus apel sudah kehilangan kandungan pectin-nya dan malah mengandung gula sorbitol yang justru bisa memperparah diare.  

-----
Saya sudahi dulu ya ceritanya di artikel ini, nanti tentang roseola, RS virus, serta penyakit mulut, tangan, dan kaki saya sambung di artikel berikutnya. Semoga artikel ini bisa berguna buat menambah pengetahuan semuanya.

Salam sehat,
Kathryn - Tokyo

References:
Japanese childcare book:よくわかる離乳食 (上田玲子)
Image source (sick smurf): http://bluebuddies.com/Smurfs_Black_and_White_Smurf_Pictures-31.htm
Image source (H1N1 virus): http://en.wikipedia.org/wiki/File:H1N1_navbox.jpg