Thursday, April 16, 2020

Lupus Patients : Potential Victims of Covid-19


Lupus Patients : Potential Victims of Covid-19

Pernah dengar penyakit Lupus? 
Lupus adalah penyakit autoimun dimana sistem kekebalan tubuh seseorang menyerang sel sel sehat dan jaringan tubuhnya sendiri. Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini sangat beraneka ragam tergantung jaringan tubuh yang diserang sehingga Lupus dikenal juga dengan sebutan "the great imitator" atau penyakit seribu wajah. Lupus bisa menyerang organ tubuh yang penting seperti jantung, paru, ginjal, maupun sistem saraf dan otak. Jika terlambat dikenali dan diatasi dengan baik, Lupus bisa berakibat fatal. Sampai saat ini Lupus belum bisa disembuhkan, tapi bisa dikendalikan sehingga orang dengan Lupus (Odapus) berada dalam kondisi remisi – kondisi dimana gejala berkurang atau hilang sehingga penderita bisa menjalankan aktivitas sehari hari.

Bagaimana mengendalikan Lupus?
Dengan berbagai obat yang sesuai untuk mengatasi gejala yang keluar. Kadang pasien Lupus butuh waktu sampai tahunan untuk bisa mendapatkan kombinasi obat obatan yang cocok untuk bisa mengatasi gejala Lupus yang dialami.
Selain obat obatan anti inflamasi, corticosteroid, immunosuppresants, dsb; obat antimalaria juga menjadi salah satu obat pilihan untuk Lupus. Obat antimalaria yang biasanya dipakai penderita Lupus contohnya: hydroxychloroquine (Plaquenil) dan chloroquine (Aralen). Obat antimalaria, melalui modulasi komponen sistem imun tubuh dapat membantu meminimalisir gejala Lupus yang timbul dan bahkan diharapkan bisa membantu mencegah Lupus menyerang organ tertentu seperti ginjal dan susunan saraf pusat.  

Apa hubungannya Lupus dengan Covid-19?
Salah satu obat yang dianggap potensial mengatasi Covid-19 adalah chloroquine - obat anti malaria. Meskipun sampai saat ini belum terbukti jelas secara ilmiah dan investigasi pun masih terus berlangsung; banyak orang yang sudah berbondong bondong membeli chloroquine dan bahkan meminumnya sendiri tanpa indikasi medis apapun selain dengan harapan bisa melindungi diri sendiri dari Covid-19. Akibatnya bisa ditebak, obat antimalaria yang memang dibutuhkan sehari hari oleh pasien Lupus ini hilang dari pasaran.

Bagaimana kondisi Odapus saat ini?
Pasien Lupus yang bergantung pada obat chloroquine dalam pengobatannya, tentu sudah kewalahan. Mereka sudah tidak mudah lagi membeli chloroquine, stok habis dimana mana.  Yayasan Lupus Indonesia melalui ketuanya, Tiara Savitri sudah bersuara mengenai hal ini:  

Begitupula di Amerika. Berikut kutipan dari artikel yang dikeluarkan dari kredibel medical journal, JAMA: 
“As we have learned from consumer behavior with toilet paper, hand sanitizers, and masks during the COVID-19 crisis, even as the supply of hydroxychloroquine increases, barriers for patients with lupus who are vulnerable may persist. Stockpiling of hydroxychloroquine to prevent or treat COVID-19, despite very limited evidence of benefit, thus exposes these patients to enormous risks.”

---
Saya secara khusus menulis artikel ini karena memang sudah ada odapus yang curhat masalah ini ke saya, dan saya berjanji untuk membantu menyebarluaskan kondisi ini supaya lebih banyak orang yang sadar. Jadi yuk, kita yang baca ini tulisan ini berusaha memberi edukasi ke keluarga dan teman teman lain untuk tidak gila gilaan memborong obat yang saat ini belum resmi pasti efektivitasnya, tetapi sudah membahayakan jiwa orang lain yang justru benar benar membutuhkan dengan segera obat tersebut.

“Don’t Panic – Stay Alert – Get Informed, and Be Wise

Tokyo, 15 April 2020

Image: taken from 



UPDATE: 

Pencabutan izin darurat Hydroxychloroquine Sulfate dan Chloroquine Phosphate untuk mengobati pasien Covid-19

https://www.cnbcindonesia.com/tech/20201118123707-37-202711/bpom-ri-cabut-izin-pakai-darurat-2-obat-covid-19-ini


Monday, March 23, 2020

Penularan Covid-19 di Jepang

Catatan penting penularan dan pencegahan Covid-19 di Jepang

Pemerintah dan tim ahli dari MHLW (Ministry of Health, Labour and Welfare) memberikan himbauan untuk selalu mewaspadai tiga lokasi atau kondisi yang rawan terjadi penularan Covid-19, yaitu:

1.
換気の悪い密閉空 (tempat tertutup dengan sirkulasi udara buruk)
2. 多数が集まる密集場所 (tempat yang padat, banyak orang berkumpul)
3. 間近で会話や発声する密接場面 (kondisi dimana percakapan antar orang dilakukan dalam jarak dekat-sejauh jangkauan tangan)

Jika ketiga kondisi ini terpenuhi, resiko terjadinya penularan meningkat (mudah terbentuk cluster transmission).
Untuk mencegah hal tersebut disarankan:
1. Atur ventilasi udara dalam ruangan. Buka jendela dari dua arah bersaaman agar sirkulasi udara mengalir
2. Kurangi kepadatan orang yang berkumpul. Buka jarak 1-2 meter antar orang
3. Hindari percakapan dalam jarak dekat. Jika terpaksa, pakai masker dan jaga jangan sampai air liur keluar/muncrat saat berbicara.

---
Places where outbreaks occur tend to be:
1. Closed space with poor ventilation,
2. Crowded space with many people
3. Conversations and vocalization in close proximity (within arm's reach of one another).

Untuk yang tinggal di Jepang, analisa resiko sebelum beraktivitas dengan ingat:

密閉 (mippei - tertutup, sealed) - 密集 (misshu - padat, crowd) - 密接 (missetsu - jarak dekat, close)”



“Don’t Panic – Stay Alert – Get Informed”
Tokyo, 23 Maret 2020

Ref:
Update terakhir laporan analisis keadaan dan masukan tim ahli di Jepang (19 Maret 2020) bisa lihat translate dalam bahasa Indonesia dari:
https://www.facebook.com/yati.anggarini/posts/10159514978164689