Monday, February 14, 2022

Omicron? Delta? Kafunsho?

Omicron? Delta? Kafunsho?

Beberapa hari ini jumlah kasus positif Covid-19 di Jepang menurun dibanding minggu lalu. Semoga ini tanda baik permulaan kurva kasus mulai melandai ya.

Di tengah gelombang kasus varian Omicron, kita juga mulai memasuki musim pollen allergies alias kafunsho.

Mungkin sudah banyak yang berpikir, gawat …ini gejala mirip semua, bagaimana membedakannya?
Ya memang tidak mudah membedakan penyakit yang gejalanya mirip-mirip. Seperti yang pernah saya tulis sebelumnya, untuk membedakan dokter perlu analisa menyeluruh, baik riwayat penyakit, gejala subyektif (symptoms) maupun obyektif (signs).

Gejala varian Omicron secara khusus sudah pernah saya tulis juga di tulisan sebelumnya, bisa cek di sana. Varian Omicron sendiri sudah punya adik ya. Varian pertama Omicron dikenal dengan istilah BA.1 sedangkan adiknya disebut BA.2 Dari preliminary analysis, si adik BA.2 menunjukkan kemampuan penularan yang lebih cepat dibandingkan si kakak.

Tes PCR tidak membedakan varian yang terkena. Hanya menunjukkan amplifikasi material genetik virus yang bisa terdeteksi melalui sampel yang diambil. Ini yang kita kenal dengan isitilah “Ct value”. Semakin rendah nilai Ct value, semakin banyak materi genetik virus yang ada dalam sampel. Hasil Ct value dalam rentang nilai tertentu yang sudah ditentukan akan memberikan hasil POSITIF.

Untuk membedakan pasti jenis varian apa yang terkena perlu genome sequencing. Ini makan waktu dan tidak semua sampel perlu dilakukan analisis genome.

(Saya pernah melakukan analisis genome untuk cek mutasi genetik pada salah satu gen penyebab kanker, …percayalah uban bisa tambah banyak dalam sekejap 😵). 


Meskipun kita tidak bisa tahu pasti terkena varian apa, tapi dari berbagai laporan yang ada kita sudah bisa mewaspadai gejala yang keluar. Untuk varian Omicron, gejala yang banyak dilaporkan antara lain: demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, batuk, hidung meler/tersumbat, nyeri otot. Sedangkan kehilangan indra perasa/penciuman dilaporkan lebih sedikit dibandingkan varian Delta sebelumnya.


** Sakit tenggorokan ini bahkan sudah mulai dianggap sebagai “predictor” untuk gejala dari varian Omicron.


Sudah pernah saya tulis sebelumnya, gejala Omicron mirip dengan batuk pilek biasa, yang gawatnya juga mirip dengan gejala kafunsho. Jadi gimana dong membedakan dengan kafunsho?
Jangankan masyarakat awam, dokterpun bisa pusing mikir gimana membedakan ini semua.

Well, berikut tips dari saya:

1. Kenali diri sendiri dengan baik.

Tingkat keparahan maupun gejala kafunsho bisa berbeda-beda tiap orang. Misal, biasanya kafunsho hanya mata gatal berair, tapi kali ini ada demam, ada hidung meler, dan apalagi ada sakit tenggorokan. Nah, ya harus siap-siap berpikir kemungkinan Covid.

2. Kenali situasi dengan baik.

Apakah di lingkungan terdekat ada yang sudah positif Covid dan kemungkinan besar sudah jadi orang dengan kontak erat (close contact)? Apakah hari ini laporan jumlah kafun tinggi dan memang banyak beraktivitas di luar ruangan? Riwayat penyakit merupakan salah satu bantuan penting dalam menegakkan diagnosis.

3. Siap berlaga.

Untuk yang sudah memang langganan kafunsho, mari siapkan antisipasi lebih cepat obat-obatan yang diperlukan. Penanganan yang cepat akan membuat gejala kafunsho bisa diatasi dengan lebih mudah, sekaligus bisa melindungi diri sendiri dari kemungkinan penularan Covid karena misalnya tangan harus bolak balik mengusap hidung atau mengucek mata yang gatal.

Berikut himbauan dari Japanese Society of Otorhinolaryngology-Head and Neck Surgery:

[ご自身と周りの大切な方を守るためにも、オミクロン株が流行している今シーズンは、花粉症が本格化する前にお近くの耳鼻咽喉科医へご相談下さい。] – Sebelum memasuki puncak musim kafunsho, sebaiknya siapkan diri dulu konsultasi ke dr THT terdekat.

--

Semoga peak gelombang Omicron segera turun dan tahun ini kita semua bisa melewati musim kafunsho dengan baik ya. 頑張りましょう!


“Don’t Panic – Stay Alert – Get Informed, and Be Wise”

Tokyo, 13 Februari 2022


References:

1. https://news.yahoo.co.jp/byline/kutsunasatoshi/20220115-00277455

2. https://www.nbcchicago.com/news/local/heres-one-early-omicron-symptom-you-should-watch-for-as-infections-climb/2729427/

3. http://www.jibika.or.jp/citizens/covid19/kafunsho.html

Sunday, January 30, 2022

Learn More and Keep Calm ~ Omicron variant ~ Japan 2022

 Learn More and Keep Calm 
~ Omicron variant ~ Japan 2022

MHLW dan tim ahli penanganan Covid baru saja mengeluarkan guidelines terbaru untuk penanganan COVID-19 di Jepang (2022/01/27 発行). Guidelines ini ditujukan untuk membantu tenaga medis, paramedis mengevaluasi situasi di lapangan terkait diagnosis dan penanganan COVID-19 saat ini. Naiknya jumlah kasus dan karakter penyebaran varian Omicron yang berbeda dengan varian sebelumnya membuat tata cara diagnosis, masa karantina, penanganan, dsb banyak yang berubah.  

 

Saya tidak share guidelines ini secara umum, tapi saya ambilkan beberapa point yang mungkin bisa membantu menjadi acuan terutama untuk orang dengan gejala ringan, tidak bergejala, atau kontak erat (close contact, 濃厚接触者). Saat ini jumlah orang yang melakukan karantina mandiri banyak sekali dan sudah melebihi kapasitas kemampuan untuk dipantau oleh hokenjo atau dokter terkait. Jadi saya rasa dengan mengetahui beberapa hal di bawah ini, bisa membantu kita lebih tenang memantau kondisi masing-masing.

 

1. Definisi orang dengan kontak erat:

Pasien Covid-19 (hasil test positif) berpotensi menularkan ke orang lain sejak kira-kira 2 hari sebelum onset gejala keluar. Orang lain di sekitar pasien yang bisa menjadi kontak erat:

- tinggal bersama pasien, atau ada kontak erat dalam waktu panjang (dalam mobil, pesawat dsb)

- orang yang melakukan pemeriksaan atau merawat pasien tanpa menggunakan alat pelindung diri dengan baik

- orang yang berpotensi tinggi kontak langsung terkena percikan droplet atau cairan tubuh dari pasien.

- orang yang berbicara dalam jarak dekat (touchable distance).

Dalam jarak 1 meter, tanpa masker, selama 15 menit atau lebih.

患者が発症する2日前から、1メートル程度の距離で、マスクをせずに15分以上会話した場合などが該当します。

**Note: Hati-hati pergi ke restoran atau makan satu meja bersama dengan orang lain. Di sini terbuka peluang menjadi orang dengan kontak erat.

 

2. Sebagian besar orang dengan gejala ringan bisa membaik spontan tanpa perlu perawatan medis khusus. 経過観察のみで自然に軽快することが多い。

Obat minum diberikan sesuai gejala yang keluar, umumnya: penurun panas dan obat batuk.

** Note: Obat penurun panas dengan kandungan acetaminophen (paracetamol) seperti Calonal; maupun dengan kandungan ibuprofen, loxoprofen seperti Loxonin, boleh saja digunakan. Kecuali untuk anak-anak, ibu hamil, menyusui, sebaiknya Calonal. Baik EMA, FDA, maupun WHO sudah mengeluarkan pernyatan bahwa tidak didapatkan scientific evidence yang jelas jika ibuprofen memperburuk gejala Covid-19. Di Jepang, MHLW juga sudah memberikan konfirmasi.

新型コロナウイルスに感染した時にイブプロフェンの服用により新型コロナウイルス感染症が悪化することを示す科学的な根拠は得られていません。厚生労働省では、引き続き新しい情報を収集・分析し、今後も情報提供に努めます。[Ref2]

 

Untuk menghindari kemungkinan memburuk dengan adanya “silent hypoxia”, jika memungkinkan rutin ukur SpO2 dengan pulse oximeter.

(*ukur dan buat catatan, sehari 3 kali). Untuk gejala ringan SpO2 ≥ 96%

Jika SpO2 turun, kurang dari 96%, hubungi institusi medis untuk evaluasi lebih lanjut.

                                                                            

3. Faktor-faktor resiko yang memungkinkan gejala Covid menjadi berat:

- usia 65 thn ke atas

- memiliki penyakit keganasan

- memiliki penyakit saluran pernapasan kronis (COPD)

- memiliki penyakit ginjal kronis

- type 2 diabetes mellitus

- hipertensi

- dislipidemia (kondisi di mana kadar lemak dalam darah berada dalam range abnormal)

- obesitas (BMI ≥30)

- merokok

- gangguan autoimun

- hamil trimester akhir

(Ref: US CDC. Evidence for conditions that increase risk of severe illness, 14 Oct 2021)

 

Berdasarkan studi di Jepang (COVIREGI-JP), faktor-faktor resiko yang memungkinkan pasien Covid-19 membutuhkan bantuan oksigen di RS:

penyakit saluran pernapasan kronis, pria, obesitas, penyakit kardiovaskular, diabetes, dan hipertensi.

**Note: Studi di Keio University tahun 2020 juga menunjukkan adanya korelasi antara hyperuicemia (asam urat, gout) dengan resiko menjadi fatal/death. [Ref 3]

 

4. Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menggunakan antigen kit (qualitative) yang dijual secara komersial:

- Pada prinsipnya tes antigen memiliki spesifisitas dan sensitivitas yang lebih rendah dibandingkan dengan PCR test. Terutama pada orang-orang yang sudah dicurigai terkena atau ada kontak erat, sebaiknya hati-hati untuk interpretasi hasil tes antigen. Tes antigen dengan hasil negatif tidak berarti pasti tidak ada infeksi. Ada kemungkinan “false negative”.

- Hati-hati dengan antigen komersial yang dijual dengan tulisan [研究用] (for research) – [Ref lihat gambar]. Antigen kit ini tidak memiliki approval penggunaan resmi.

** Note: Untuk antigen kit yang sudah resmi memperoleh izin di Jepang (mis: ESPLINE-SARS-CoV-2, Fujirebio), hasil test negatif bisa dikatakan pasti negatif dengan kondisi tertentu (dalam 2-9 hari setelah gejala keluar, dan dipastikan oleh dokter). Antigen kit seperti ini yang biasanya dipakai di klinik/RS. 
 

 



Saya harap ini sedikit banyak bisa membantu kita mengevaluasi situasi dan resiko masing-masing. Semoga cepat sembuh untuk semua yang sedang isolasi mandiri.

 

“Don’t Panic – Stay Alert – Get Informed, and Be Wise”

Tokyo, 30 Januari 2022

Dr. Kathryn Effendi

References:

1.新型コロナウイルス感染症診療の手引き6.2

2. https://www.mhlw.go.jp/stf/seisakunitsuite/bunya/kenkou_iryou/dengue_fever_qa_00004.html#Q22

3. https://dx.doi.org/10.1016%2Fj.jinf.2020.08.052

4. https://www.mhlw.go.jp/stf/seisakunitsuite/bunya/0000121431_00132.html