Children and COVID-19:
What we know so far.
Saat ini
Tokyo, Chiba, Kanagawa, dan Saitama sedang berada dalam situasi “State of
Emergency”- Status keadaan darurat terhitung sejak tanggal 8 Januari 2020.
Dalam situasi ini, diberlakukan berbagai pembatasan kegiatan seperti yang sudah
dirangkum sebelumnya oleh Yati Anggarini.
Meskipun
begitu, kegiatan belajar mengajar di sekolah dijadwalkan tetap berlangsung
seperti biasa. Ini tentu membuat kita yang punya anak usia sekolah was-was juga
ya. Nah, berikut saya rangkum hal-hal yang perlu kita ketahui tentang virus ini
di anak-anak [1]. Saya harap dengan mau belajar mengetahui informasi yang benar,
kita juga bisa lebih tenang tapi sekaligus tetap siap dan tidak menyepelekan
virus ini, karena si virus juga terus berevolusi.
1. Berdasarkan
data dari MHLW saat ini, Infeksi SARS-CoV-2 pada anak-anak lebih sedikit
jumlahnya dibandingkan pada orang dewasa. Jumlah orang yang terinfeksi paling
banyak di usia 20’s; sedangkan yang paling sedikit berasal dari usia di
bawah 10 thn dan usia remaja 10’s. Ini bukan karena populasi mereka lebih
sedikit, tapi memang dari data kependudukan, angka yang terinfeksi di bawah
usia 10 tahun atau 10’s, lebih sedikit dibandingkan angka distribusi populasi
mereka.
2. Anak-anak cenderung
lebih sulit terinfeksi; dan jika terinfeksi gejalanya cenderung ringan atau tanpa
gejala (asymptomatic). Kenapa bisa begitu? Salah satu hipotesa alasan yang
dikemukakan yaitu ekspresi genes yang berkaitan dengan ACE2 receptor sebagai
pintu masuk coronavirus ke dalam sel induk, ditemukan lebih rendah pada anak-anak.
Selain itu ada juga hipotesa tentang “cross-reactive antibodies”. Ditemukannya
peningkatan antibody yang reaktif terhadap SARS-CoV-2 pada orang-orang yang justru
belum pernah terinfeksi, (dan terutama pada anak-anak atau usia muda) diduga
menjadi penyebab mereka lebih jarang terinfeksi [2]. Team riset Covid-19 di
tempat saya juga sudah mulai mengumpulkan data tentang ini, kami menyebutnya sebagai faktor “Y” mengikuti Yamanaka Shinya sensei yang tahun lalu
pernah terkenal menyebut faktor “X” sebagai faktor yang berkontribusi pada rendahnya
kasus dan fatalitas Covid-19 di Jepang [3].
3. Cluster
penularan (5 orang atau lebih terinfeksi) yang berasal dari sekolah (学校内感染) dilaporkan
sedikit jumlahnya. Sampai Oktober 2020 tahun lalu, dilaporkan ada 1761 cluster
penularan, tetapi sejak 6 Juni-25 Nov 2020 tercatat “hanya” ada 61 cluster dari
sekolah [4]. Perlu diperhatikan, berdasarkan laporan dari Japanese Society of
Pediatrics, penularan pada anak 75% berasal dari orangtuanya. Dengan
kata lain, sebagian besar penularan terjadi bukan antar anak melainkan berasal
dari keluarga atau orang tua. Jadi penting sekali untuk orang dewasa berusaha
tidak terinfeksi dan menularkan pada anak di rumah.
4. Meskipun
data data yang ada sementara menunjukkan anak-anak lebih cenderung sulit
terinfeksi, atau gejalanya ringan. Jangan lupa, ini BUKAN berarti anak-anak
pasti tidak akan mengalami gejala yang parah. Di US, 121 orang pasien di bawah
usia 21 tahun (0.03%) meninggal karena Covid-19. Di Jepang juga pernah
dilaporkan pasien usia 24 tahun yang mengalami meningitis/encephalitis karena Covid-19
[5]. Selain itu, strain mutasi baru dari UK (VOC-202012/01) dilaporkan lebih
mudah menginfeksi anak-anak. Kita tahu strain ini juga sudah ditemukan
masuk di Tokyo, jika ini menyebar luas, penularan infeksi di anak-anak bisa
meningkat.
5. Ada beberapa kondisi kesehatan anak-anak yang perlu diperhatikan karena mempunyai resiko gejala menjadi berat (重症化リスクが高い) [6]:
- bayi di
bawah usia 1 tahun (1歳未満)
- obesity
(BMI>95th percentile for age and sex)
- medical
complexity/children with medical complexity (CMC)
- severe
genetic disorders
- severe
neurologic disorders
- inherited
metabolic disorders
- sickle cell
disease
- congenital
heart disease
- diabetes
- chronic kidney
disease
- asthma and
other chronic pulmonary diseases
- immunosuppression
due to malignancy or immune-weakening medications
Semoga rangkuman ini bisa membantu kita menimbang lebih baik situasi yang mungkin perlu peran kita sebagai orang tua untuk mengambil keputusan terkait kegiatan anak-anak. Penularan di dalam keluarga sulit dicegah, sementara di lain pihak saat ini penularan semakin meluas. Mari kita ingat lagi pepatah lama, “lebih baik mencegah daripada mengobati”.
“Don’t Panic – Stay Alert –
Get Informed, and Be Wise”
Tokyo, 11 Januari 2021
Dr. Kathryn Effendi
#kesehatanwibj
#wibjcovid19
References:
1. https://news.yahoo.co.jp/byline/kutsunasatoshi/20210106-00215943/
2. https://science.sciencemag.org/content/370/6522/1339
3. https://asia.nikkei.com/Business/Science/Yamanaka-on-COVID-19/Uncovering-Japan-s-coronavirus-X-factor-matters-to-the-world
4. https://www.mext.go.jp/content/20201203-mxt_kouhou01-000004520_01.pdf
5. https://www.ijidonline.com/article/S1201-9712(20)30195-8/fulltext
6. https://www.uptodate.com/contents/coronavirus-disease-2019-covid-19-clinical-manifestations-and-diagnosis-in-children?search=undefined&source=covid19_landing&usage_type=main_section
No comments:
Post a Comment