Report of Anaphylaxis Following COVID-19 Vaccination
Belakangan ini kasus COVID-19 di
Jepang kembali naik. Di Osaka sudah mencetak rekor melewati 1000 kasus harian,
Tokyo sudah kembali tembus 700 kasus. Pemerintah juga sudah mempertimbangkan
untuk memberlakukan kembali “State of Emergency”.
Di lain pihak, pelaksanaan vaksin
COVID-19 juga menghadapi tantangan. Stok yang terbatas, distribusi yang belum
lancar, dan semakin banyak varian virus baru yang keluar juga beresiko membuat
efektivitas vaksin berkurang. Saya sendiri sangat berharap secepatnya vaksin bisa
menjangkau banyak orang di Jepang.
Untuk penerimaan vaksin, sekali lagi,
jangan lupa pantau informasi dari pemda di wilayah tempat tinggal masing-masing.
Karena jumlah vaksin yang tersedia masih terbatas, begitu dibuka reservasi, ada
kemungkinan slot segera habis dengan cepat. Ini sudah terbukti dalam
pelaksanaan vaksin lansia yang dimulai di Hachioji. Untuk bulan April,
reservasi vaksin sudah habis hanya dalam 1~2 hari sejak dibuka.
Saran saya, pelajari dahulu
informasi, Q &A vaksinasi, dsb yang sudah ada [Ref1]. Jadi begitu kupon
vaksin datang, tidak bingung lagi apa ya kontra indikasinya, bagaimana harus
isi formulir pemeriksaannya, apakah saya boleh ikut vaksin atau tidak, dsb.
Setelah datang kupon, bisa segera reservasi di lokasi yang ditentukan. Jangan
sampai ketinggalan kereta meski kita orang asing. Begitupula jika
masih ragu apakah akan menerima vaksin atau tidak. Pakai kesempatan untuk
belajar dan cari informasi dahulu, jangan sampai sudah reservasi malah akhirnya
batal datang karena vaksin yang sudah dipersiapkan bisa terbuang percuma.
Berikut saya rangkum informasi terkait
efek samping setelah vaksin COVID-19.
1. Apa saja efek samping yang sering dilaporkan
terkait vaksin Covid-19?
- Demam, sakit kepala
- Rasa lelah, capek (malaise)
Hingga dua hari (48時間以内) pasca vaksinasi, gejala-gejala
tersebut masih dianggap sebagai reaksi umum “normal” pasca vaksin. Tetapi, jika
lebih dari dua hari atau diikuti dengan gejala seperti kehilangan indera
pengecapan, penciuman, dsb dianjurkan untuk segera menghubungi institusi medis.
Dari data海外・ 国内における臨床試験 [Ref2],
efek samping ini tercatat lebih banyak terjadi pada suntikan kedua dibandingkan
suntikan pertama. Dari pengalaman saya, memang teman teman sejawat saya lebih
banyak yang mengeluh keluar efek samping pasca dosis kedua. Saya sendiri beruntung, baik suntikan pertama
maupun kedua tidak ada efek samping yang terasa selain agak pegal linu di lengan
tempat suntikan.
2. Apa sih reaksi anafilaksis?
Anafilaksis (anaphylaxis, アナフィラキシー) adalah
reaksi alergi yang berpotensi membahayakan jiwa dan harus segera ditangani
secepat mungkin. Anafilaksis bisa terjadi setelah pemberian vaksin, umumnya
terjadi dalam hitungan menit hingga jam. Di Jepang, juga di Indonesia, setelah
vaksinasi biasanya diminta untuk menunggu di area yang sudah ditentukan selama
30 menit untuk memantau kemungkinan reaksi anafilaksis yang terjadi.
3. Berapa besar kemungkinan
anafilaksis terjadi?
Rate atau angka kasus anafilaksis di
US dilaporkan 4.7 kasus/1 juta dosis suntikan (Pfizer-BioNTech) dan 2.5 kasus
kasus/1 juta dosis (Moderna).
Di Jepang, sayangnya, kasus anafilaksis cukup tinggi dibandingkan di US. Dari laporan MHLW, terhitung sejak 17 Februari – 4 April 2021, tercatat 79 kasus diduga anafilaksis yang dilaporkan. Angka kasus di Jepang tercatat mencapai 72 kasus/1 juta dosis suntikan. [Ref3]
Dari total 79 kasus yang dilaporkan, 8
orang pria dan 71 orang wanita. Tidak hanya di Jepang, di US juga kejadian
anafilaksis sekitar 95% dilaporkan terjadi di wanita (female predominance).
Saat ini yang diduga menjadi biang
keladi anafilaksis adalah komponen dari COVID-19 vaccine, polyethylene glycol
(PEG atau dikenal juga sebagai macrogols). PEG maupun senyawa yang terkait
dengannya banyak dipakai di dalam produk kosmetik, chemical peeling, dsb. PEG
ini digunakan dalam teknologi mRNA vaksin (Pfizer dan Moderna) untuk membantu
stabilisasi dan optimisasi mRNA ke dalam sel tubuh. Pasien yang mengalami
anafilaksis di dosis pertama vaksin, tidak diperbolehkan menerima dosis kedua.
Dan tidak dianjurkan menerima vaksin yang menggunakan komponen yang serupa.
[Ref4]
4. Seperti apa gejala anafilaksis?
Biasanya yang sering keluar:
- gatal, ruam (urticaria) di badan
- gejala sumbatan di jalan nafas
(kesulitan bernafas, sesak nafas, “mengi” atau wheezing)
- kram, sakit perut, mual, muntah
- tekanan darah turun, pusing, atau
bahkan pingsan
Saat ini di berbagai negara banyak clinical
trials yang sudah dimulai untuk menilai antibody pasca vaksinasi. Hasil
clinical trials diharapkan bisa memberikan informasi-informasi baru misalnya, untuk
melihat apakah vaksin perlu dilakukan rutin setahun sekali seperti vaksin
influenza.
Kebetulan saya ikutan clinical trials
ini di tempat kerja. Sebelum vaksin nilai antibody saya lebih rendah dari batas
threshold yang dipakai, jadi dianggap memang belum punya kekebalan terhadap
COVID-19. Pasca vaksin secara berkala saya akan diukur nilainya, moga-moga
memang ada peningkatan yang efektif. 結果を楽しみに待っています!
Saya sertakan pamphlet resmi dari MHLW dan saya akhiri ya cerita tentang vaksin COVID-19 di Jepang. Semoga bisa berguna untuk semuanya. 💗
--
Tokyo, 22 Maret 2021
Dr. Kathryn Effendi
#kesehatanwibj
#wibjcovid19
References:
[1] https://www.mhlw.go.jp/stf/seisakunitsuite/bunya/vaccine_tagengo.html
[2] https://www.mhlw.go.jp/stf/seisakunitsuite/bunya/vaccine_pfizer.html#002
[3] https://www.mhlw.go.jp/content/10906000/000767203.pdf
[4] https://www.sps.nhs.uk/articles/advising-individuals-with-allergies-on-their-suitability-for-pfizer-biontech-covid-19-vaccine/
No comments:
Post a Comment