Sunday, November 21, 2010

Preparing for Pregnancy: Part IV



Preparing for Pregnancy: Part IV
(Summarized from “Plan to Get Pregnant: 10 Steps to Maximum Fertility by Zita West)
Previous parts:



Sebenarnya artikel ini ingin saya selesaikan semua di part III dulu, tapi karena kesibukan saya sendiri akhirnya terpaksa dilanjutkan lagi di part IV ini. Kali ini benar benar terakhir, tidak bersambung lagi, semoga masih belum bosan ya membacanya.

Step nine: Assisted Reproduction
Jika berbagai cara natural untuk memperoleh buah hati tidak kunjung berhasil juga, ayo kita mulai melirik “assisted reproduction” yang bervariasi, dari minum obat untuk memicu ovulasi hingga program bayi tabung (In Vitro Fertilization/IVF). Terlebih lagi jika masuk dalam kategori berikut, jangan berlama lama mencari bantuan medis untuk mendapatkan si buah hati:
- usia lebih dari 35 tahun
- siklus menstruasi tidak teratur
- mempunyai riwayat hamil di luar kandungan (ectopic pregnancy)
- mempunyai riwayat keguguran berulang
- ada riwayat menopause dini dalam keluarga
- pasangan belum pernah menjalani test sperma atau sudah menjalani, dan hasilnya tidak normal
- mulai merasakan emosi meningkat disertai gangguan depresi akibat tidak kunjung hamil
Satu hal yang penting di sini, kesuksesan dari program medis ini butuh kerjasama sebagaiPASANGAN, bukan individual. Program yang harus dijalani kerap panjang dan melelahkan, baik secara fisik maupun psikis, dan keberadaan pasangan yang saling menyokong satu sama lain sangat membantu sekali untuk mencapai keberhasilan.
Tes awal yang biasanya harus dijalani oleh setiap pasangan yaitu cek darah bagi si wanita untuk memastikan ada tidaknya ketidakseimbangan hormon dalam tubuh yang mempengaruhi fertilitas, dan analisis semen bagi si pria untuk menilai kualitas sperma. Tes ini sebaiknya dijalankan bersamaan, jangan hanya si istri saja atau suami saja, agar tidak banyak membuang waktu hanya untuk mendeteksi masalah yang ada.
Jika hasil tes awal normal, dilanjutkan tes berikutnya untuk mengetahui apakah ada masalah yang menghambat pertemuan antara sperma dan ovum, misalnya ada sumbatan atau abnormalitas dari saluran tuba dan seberapa berat masalah tersebut mengganggu proses terjadinya kehamilan.
Dari hasil tes tes yang dijalani, selanjutnya ada beberapa pilihan program medis yang bisa dijalani yakni:
- Ovulation induction (OI)
Disini ovulasi akan diinduksi dengan bantuan obat hormonal yang dapat membantu pematangan sel telur. Tehnik ini banyak membantu pada wanita dengan siklus mensturasi yang tidak teratur dan masih berusia sekitar atau di bawah 35 tahun. Selain itu, tehnik ini tidak invasif dan juga lebih murah dibandingkan tehnik lainnya. Sayangnya efek samping dari meminum obat obatan hormonal seperti mual, sakit kepala, menjadi gemuk, dsb cukup mengganggu. Jangan lupa juga konsultasikan dengan dokter jika ada riwayat keluarga yang menderita kanker karena ada kemungkinan obat obatan hormonal tersebut memicu timbulnya kanker seperti kanker payudara.
- Intrauterine insemination (IUI)
Menjelang ovulasi, sperma dengan kualitas yang bagus akan dimasukkan dalam rahim dengan bantuan kateter sehingga bisa berada sedekat mungkin dengan sel telur untuk memudahkan terjadinya pembuahan. Tehnik ini berguna jika tidak ada sumbatan pada saluran tuba wanita dan tidak ada masalah pada sperma. Tehnik ini biasanya cepat, tidak sakit dan tidak harus meminum obat obatan hormonal. Sayangnya, meski dibantu dengan obat hormonal pun, tingkat keberhasilannya cukup rendah sehingga bisa banyak waktu terbuang tanpa ada hasil.
- In vitro fertilization (IVF) dan intracytoplasmic sperm injection (ICSI)
Tehnik ini dikenal sebagai “the best-known form of assisted reproduction” karena tehnik ini bisa diterapkan pada banyak kasus, pada wanita di atas usia 35 tahun, pada kasus adanya sumbatan di saluran tuba, ketidakseimbangan hormon, abnormalitas jumlah dan kualitas sperma, maupun pada pasangan yang membawa kelainan genetik dimana pasangan dapat melakukan preimplantation diagnosis (PGD) terlebih dahulu sehingga bisa dipilih embrio yang bebas dari cacat genetik.
Sayangnya, tehnik ini membutuhkan biaya besar dan waktu yang panjang sehingga cukup melelahkan secara fisik dan psikis. “IVF is emotionally and physically demanding”. Prosedur IVF meliputi pengambilan sel telur matang istri dan sel sperma suami yang kemudian akan digabung atau istilahnya dilakukan fertilisasi di laboratorium. Sel telur dan sel sperma akan ditempatkan pada satu wadah dan dibiarkan untuk terjadinya pembuahan. Setelah terjadi fertilisasi, embrio dengan kualitas yang baik akan ditransfer kembali ke dalam rahim dan setelah kira kira 14 hari akan dilakukan test untuk memastikan apakah embrio tersebut bisa tertanam dengan baik dalam rahim. Sementara itu dengan bantuan obat obatan hormonal, rahim juga disiapkan untuk bisa menerima embrio tersebut.
Tergantung dari kondisi individual tiap pasangan dan kualitas embrio yang didapat, jumlah embrio yang ditanam kembali dalam rahim bervariasi dari satu hingga (optimal) lima buah. Jika kebetulan semua embrio yang ditanam kembali sukses berkembang, bisa berakibat kehamilan kembar lebih dari dua anak. Saya ingat pernah baca di Intisari dulu, anak kembar tujuh! Aduh lucu lucu banget fotonya ….tapi saya tidak terbayang gimana ya mengurusnya.
Prosedur ICSI serupa dengan IVF tetapi disini sel seperma diinjeksi langsung ke sel telur. Karena itu ICSI dapat diterapkan pada kondisi dimana jumlah dan kualitas sperma sangat rendah. Ejakulasi juga tidak perlu dilakukan karena sperma dapat diambil langsung dari dalam testis.

Step ten: Staying Pregnant
Jika sudah sampai di step ini, SELAMAT! Berarti kehamilan sudah terjadi dan tinggal menjaganya hingga akhir masa kehamilan. Masa kehamilan dibagi dalam 3 periode trimesters, dan trimester awal (hingga usia kehamilan 13 minggu) adalah masa paling penting dan rawan dalam kehamilan karena saat itulah keseluruhan cikal bakal organ tubuh seorang anak manusia terbentuk. “What you do in the first trimester lays the building blocks for your baby’s growth, because this is when all key organ and skeletal development takes place”.
Biasanya kehamilan baru disadari setelah tanggal menstruasi berikutnya terlambat, dan saat dikatakan positif, usia kehamilan sudah sekitar 4 atau 5 minggu. Dengan kata lain, proses perkembangan janin bahkan sudah terjadi sebelum kehamilan itu sendiri diketahui.
Problem umum yang paling sering terjadi saat awal kehamilan dikenal dengan istilah “morning sickness” Perubahan metabolisme tubuh yang terjadi saat kehamilan diduga sebagai penyebab morning sickness ini. Tidak semua wanita dan tidak semua kehamilan harus mengalami morning sickness, dan rasa tidak enak yang terjadi juga tidak harus di pagi hari, ada yang siang atau bahkan malam hari. Intinya, “every pregnancy is different….just enjoy it!”.

-----
Semoga artikel ini berguna bagi yang membutuhkan. Dulu saya membeli bukunya untuk menambah pengetahuan saya dalam mempersiapkan kehamilan, tapi belum sempat dibaca sudah hamil duluan. Jadinya artikel ini (part I-IV) semua dibuat dalam masa kehamilan, dan saya seperti belajar sambil praktek langsung jadinya hehehe. OK, sampai ketemu di artikel berikutnya ya!

Salam sehat
Kathryn-Tokyo

Monday, September 27, 2010

Do We Have Food Safety in Indonesia?


Do We Have Food Safety in Indonesia?

Sambil istirahat makan siang biasanya saya suka menyempatkan diri baca berita berita dari Indonesia ataupun buka KoKi. Tidak sengaja, mata saya melihat berita ini:
Pas baca isinya, aduh tiba tiba selera makan siang saya hilang karena ingat sehari sebelumnya, baru saja mami saya beli kemiri di toko Indonesia yang berada di Tokyo. Saya jadi khawatir, dan mami menghibur katanya, mungkin tidak apa apa karena kemiri kualitas ekspor. Tapi justru itu, jadi was was… apa yang bentuknya bagus, bersih justru malah yang sebenarnya hasil polesan bahan kimia.
Saya jadi membayangkan sudah berapa banyak bahan kimia, pestisida dan sebagainya yang masuk ke perut saya selama puluhan tahun saat masih tinggal di Indonesia. Jangankan restoran restoran atau warung yang ada di pinggir jalan, yang di mall atau hotelpun, apakah bisa menjamin kualitas bahan masakan yang mereka pakai. Kebetulan lagi masakan Indonesia kebanyakan tidak perlu daging segar, tidak ada kebiasaan makan makanan mentah atau masakan dengan sedikit bumbu. Di Indonesia kebanyakan masakan kaya bumbu, sering daging atau sayur sudah direndam bumbu berhari hari, digoreng dengan berbagai macam perasa sehingga tidak perduli kualitas rasa dagingnya, yang masuk di lidah adalah rasa bumbunya, bukan dagingnya. Berbeda dengan masakan di Jepang yang rata rata hambar sehingga kualitas daging atau sayurnya yang penting, plus, kebiasaan makan makanan mentah yang justru menuntut kesegaran bahan makanan yang disajikan.
Berawal dari berita tentang merica dan kemiri, saya jadi iseng mencari berita berita lain yang berkaitan, dan ini hasilnya:
Boraks dan formalin: Lalat saja nggak doyan:
Korban jamu oplosan jadi 11:
BPOM Denpasar Temukan Ribuan Produk Makanan Berbahaya:
Muara Karang dan Teluk Jakarta Tercemar Logam Berat:
Ini baru sebagian dari berita berita yang saya dapat, dan sayangnya saya tidak (atau mungkin belum) menemukan berita selanjutnya tentang tindakan nyata yang diambil oleh pemerintah terkait kasus kasus tersebut.
Di kepala saya jadi berputar lagi mengkaitkan kualitas keamanan bahan makanan di Indonesia dengan meningkatnya kasus kanker di Indonesia. Saya tidak punya data angka yang jelas berapa banyak kasus kanker di Indonesia dari tahun ke tahun, sepintas saya coba cari di internet dan saya mendapatkan sumber dari tempo interaktif. Dikatakan, kasus kematian akibat kanker di Indonesia meningkat dari 3.4 % (tahun 1980) menjadi 6% (tahun 2001), berarti hampir 2 kali lipat meningkat! Tidak heran saya merasa di sekeliling saya, banyak orang yang saya kenal menderita kanker di usia yang masih muda, 30 hingga 40 tahunan, bahkan ada yang masih di usia 20 tahunan. Moderator KoKi tercinta kita juga harus pergi meninggalkan kita di usia yang masih muda ...lagi lagi karena kanker.

Memang penyebab pasti kanker belum jelas, yang bisa kita tahu hanya ada faktor faktor resiko yang bisa mempengaruhi seseorang untuk terkena suatu jenis kanker. Salah satu faktor yang sering kita dengar adalah faktor genetik, betul memang, ada beberapa jenis kanker yang terjadi secara familial atau herediter dan jika ada anggota keluarga dekat yang menderita kanker, sebaiknya anggota keluarga lain juga perlu waspada. Nah, tidak ada faktor genetik bukan berarti kita lengah, faktor lingkungan dan gaya hidup sehari hari pun berperan besar untuk menjadi pencetus timbulnya kanker.

Banyak pasien yang divonis kanker kaget setengah mati ...kok bisa?! Sudah rajin olahraga, berat badan stabil, kolesterol bagus, rajin makan sayur, buah, ikan dsb, tapi kok bisa kena kanker? dan jawaban umumnya, ini cobaan dari Tuhan. Betul, memang banyak hal yang masih di luar jangkauan akal pikiran kita dan kuasa Tuhan berperan disini, tapi bukan berarti kita tidak mencoba menganalisa apa yang menjadi pencetus timbulnya si kanker ini. Salah satu yang akhirnya timbul di kepala saya ya ini, KUALITAS KEAMANAN bahan makanan di Indonesia. Rajin makan tempe, tahu ....tapi apa itu betulan tempe? betulan tahu? Apakah sayuran yang dimakan aman dari pestisida berlebihan? Apakah ikan yang dimakan tidak tercemar logam berat seperti berita di atas? Apakah merica yang dipakai bukan hasil pencucian bahan kimia? Mami saya cerita, sekarang kalau beli tahu di pasar harus tanya dulu mana tahu yang betulan tahu dan mana yang pakai formalin. Katanya kalau yang tidak pakai formalin biasanya harganya lebih mahal dan harus pesan dulu karena tidak tahan lama. Aduh, kasihannya rakyat Indonesia ....uang belanja jadi tidak cukup karena harus beli apa apa yang lebih mahal supaya terjamin kualitasnya. Bayangkan juga kalau yang ke pasar itu pembantu rumah tangga yang kebetulan tidak mengerti, cuma tahunya dikasih uang belanja yang harus cukup sebulan, pasti beli tahu yang murah ........dan berarti yang pakai formalin?? hanya Tuhan yang tahu.

Masalah keamanan bahan pangan di Indonesia ini harusnya juga jadi masalah bersama yang perlu dibahas dan masuk ke “prime time” televisi di Indonesia, bukan hanya gosip artis, atau sinetron tidak jelas. Sudah waktunya masyarakat Indonesia dibuka pikirannya terhadap masalah ini dan sudah waktunya pemerintah memberikan prioritas untuk mengatasinya. Apalagi sekarang ramai wisata kuliner di Indonesia, banyak restoran restoran yang menarik untuk dicoba. Jika kualitas bahan makanan yang dipakai tidak terjamin, entah zat apa yang masuk ke dalam perut, bertumpuk sedikit demi sedikit, sampai akhirnya mencetuskan penyakit (baca: kanker) dan angka harapan hidup generasi Indonesia mendatang ....bisa jadi mentok sampai usia 40 tahunan saja.
Semoga semua pikiran buruk saya ini tidak terjadi. Semoga ..semoga.

Salam sehat,
Kathryn-Tokyo.
References:
- Penderita kanker di Indonesia meningkat: