Saturday, November 19, 2011

Common Childhood Diseases (part I)


Common Childhood Diseases (part I)

Halo semuanya, apa kabar? Akhirnya saya punya kesempatan lagi untuk kembali menulis artikel yang tentunya “masih seperti yang dulu” tidak jauh jauh dari topik kesehatan. Berhubung sudah jadi ibu ibu, tema kali ini seputar penyakit anak yang belakangan sering dijumpai seperti batuk pilek, flu, diare, roseola, RS virus, serta penyakit mulut, tangan dan kaki, yang akhir akhir ini juga ngetop. Saya yakin banyak yang sudah tahu tentang berbagai penyakit tersebut, apalagi para ibu ibu senior, bisa sudah hafal deh. Jadi saya hanya membahas secara umum dan ringkas saja ya.

Pertama tama, kita rapihkan dulu istilah yang dipakai. Terus terang, saya sering bingung kalau dapat pertanyaan atau pas mencari istilah yang tepat saat translate dari bahasa Jepang ke bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Baru sadar, kok ya yang dimaksud jadi berbeda dari yang dijawab. Ternyata gara gara salah istilah, bukan tidak mungkin jadi salah diagnosa, dan gawat khan kalau sampai pengobatannya pun ikutan salah.

Jadi ini istilah yang akan saya pakai di artikel ini:
- batuk pilek = common cold, nasopharyngitis
- flu = influenza
*hati hati istilah awam “flu” karena biasanya yang dimaksud “flu” ini bukan influenza, tapi justru batuk pilek biasa alias “common cold”. Di artikel ini, kata “flu” yang saya pakai, merujuk pada “influenza”.
- diare, mencret = diarrhea
- roseola = roseola infantum, exanthema subitum, sudden rash
* Saya tidak menggunakan istilah bahasa Indonesia, karena sering salah kaprah antara “campak” dan “tampek”. Campak = measles, rubeola.). Campak, measles ini termasuk dalam program imunisasi MMR (Measles, Mumps, Rubella). Sedangkan “tampek” ini saya sendiri kurang jelas, apa benar ini istilah bahasa Jawa yang merujuk pada campak? Atau berbeda dan berarti merujuk pada roseola? Yang pasti, si campak (measles) dan roseola adalah 2 penyakit berbeda yang sering salah diagnosa karena mirip, dan disini yang saya bahas adalah roseola.
Hati hati, bedakan juga ya “rubeola” dengan “rubella”, yang satunya measles, yang satunya German measles atau campak German.
- RS virus = respiratory syncytial virus (RSV)
- penyakit mulut, tangan dan kaki = hand foot and mouth disease (HFM). Dikenal juga sebagai “flu Singapur” saat terjadi outbreak pada tahun 2009.
* hati hati dengan istilah penyakit kuku dan mulut pada binatang (foot and mouth disease or hoof and mouth disease). Keduanya penyakit yang berbeda, disebabkan oleh virus yang berbeda.

1. Batuk pilek = common cold, nasopharyngitis
Pasti semua sudah tahu ya, anak anak biasanya langganan kena batuk pilek. Rata rata satu bulan atau dua bulan sekali, langganan bolak balik ke dokter anak. Jangankan anak, kita yang orang dewasa juga sudah biasa bolak balik kena batuk pilek. Di Jepang sampai ada istilah “baka ha kaze o hikanai” artinya kurang lebih “fools don’t catch a cold”, sindiran untuk menghibur yang lagi kena pilek, karena orang yang pilek biasanya habis capek kerja, belajar dll, jadi katanya hanya orang bodoh yang lolos dari pilek :)

Penyebab: common cold virus (paling banyak disebabkan oleh rhinovirus).
Gejala: sakit tenggorokan, hidung meler atau tersumbat, batuk, nafsu makan turun, demam yang tidak terlalu tinggi (low grade fever, sekitar 37-38.5 derajat celcius).
Penanganan: banyak istirahat, banyak minum.
Anak yang sedang sakit, biasanya memang tidak nafsu makan karena tubuhnya sedang berkonsentrasi melawan si penyakit, jadi tidak perlu dipaksa makan dengan porsi biasanya. Cukup perhatikan kebutuhan cairan terpenuhi untuk menghindari dehidrasi. Seiring dengan membaiknya penyakit, biasanya sekitar 5-7 hari, nafsu makan anak akan kembali dan saat itu bisa kita bantu memberikan makanan lunak yang banyak mengandung vitamin dan mineral untuk membantu mempercepat proses penyembuhan.

Hidung yang tersumbat bisa dibantu bersihkan dengan suction menggunakan “rubber-bulb syringe”, bisa diulang kapan saja asal jangan lupa juga membersihkan alatnya. Kebetulan di Tokyo pengobatan anak gratis dan ada klinik anak yang kebetulan juga dekat dari rumah, jadi saya tinggal minta tolong hidungnya disedot langsung dengan selang aspirator kecil, lebih bersih dan puas meski anaknya nangis sih ….

Kita juga sering dengar kalau sup ayam bagus buat dimakan saat batuk pilek. Saya sendiri memang di keluarga dari dulu suka makan sup sup yang hangat saat sedang gak enak badan. Ternyata sepertinya memang sup ayam punya khasiat membantu mempercepat penyembuhan batuk pilek. Saya belum mendapatkan paper resmi tentang ini, tapi dari salah satu reference yang saya baca dikatakan kalau sup ayam mengandung asam amino, cysteine yang bisa membantu mengencerkan mucus, lendir hidung sehingga mengurangi gejala hidung tersumbat.
Pada anak, cairan ingus yang sulit keluar berpotensi menimbulkan radang telinga, jadi memang tidak salah rasanya makan sup ayam saat batuk pilek.

2. Flu = Influenza
Influenza sering disingkat “flu”, tapi hati hati karena biasanya yang dibilang flu justru sebenarnya “common cold” biasa. Belakangan juga banyak wabah influenza, ada Hong Kong flu, Mexico flu, Singapore flu, Avian flu, dsb yang cukup membingungkan. Bagi yang berminat,  saya pernah tulis artikel mengenai hal tersebut, silahkan jika ingin membacanya: http://charmedkath.blogspot.com/2009/04/bird-flu-hong-kong-flu-singapore-flu.html

Penyebab: influenza virus (ada 3 tipe: influenza virus A, influenza virus B, influenza virus C)
Influenza virus tipe A dan B yang biasanya menjadi penyebab wabah flu musiman (seasonal influenza).
Gejala: menyerupai gejala batuk pilek, tapi disini biasanya gejala lebih parah, dan ada demam tinggi (bisa mendadak timbulnya). Bayi dan anak anak tentu lebih rentan daripada orang dewasa. Jika kondisi si anak terlihat memburuk, segera bawa ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan lebih lanjut.
Penanganan: Tidak banyak berbeda dengan penanganan batuk pilek biasa, banyak istirahat, banyak minum. Obat penurun demam juga boleh diberikan, tapi hati hati jangan memberikan aspirin kepada anak karena bisa memicu terjadinya “Reye’s syndrome” (a rare but serious illness that can affect the brain and liver). Juga dengan antivirus (contoh: Tamiflu)

Vaksin influenza dapat diberikan sebagai salah satu tindakan pencegahan terhadap flu. Anak anak diatas usia 6 bulan sudah boleh menerima vaksin influenza rutin setiap tahun. Kenapa mesti rutin setiap tahun? Karena vaksin influenza saat ini belum bisa memberikan efek imunitas jangka lama karena adanya kemampuan mutasi genetik dari virus sehingga mudah menghasilkan strain berbeda dari yang dicover oleh vaksin. Setiap tahun isi vaksinnya berbeda, disesuaikan dengan strain virus influenza yang sedang mewabah pada waktu tersebut. Vaksin influenza yang diberikan pada tahun 2010 hingga 2011 misalnya, untuk melindungi terhadap seasonal influenza dan virus flu H1N1 (swine flu) yang sempat mewabah di tahun 2009. Meskipun begitu, perlu disadari juga bahwa setelah vaksin pun bukan berarti bebas sama sekali dari kemungkinan mendapat flu. Strain virus flu banyak sekali dan mudah mengalami mutasi sehingga tidak semua bisa ter-cover dalam vaksin yang diberikan. Karena butuh waktu sekitar 2 minggu setelah diberikan supaya bisa vaksin bisa efektif bekerja, di Jepang vaksin influenza rutin mulai diberikan sekitar bulan Oktober – November, tepat sebelum peak season flu di musim dingin.

Oh ya, jangan lupa… baik batuk pilek, maupun flu, merupakan penyakit yang mudah menular. Jadi jangan lupa menjaga kebersihan. Biasakan anak dan seluruh anggota keluarga untuk menutup hidung/mulutnya ketika bersin, cuci tangan dengan sabun, dan tidak membuang ludah/dahak sembarangan.

3. Diare, mencret = diarrhea
Pada orang dewasa, diare di-definisikan sebagai buang air besar yang lebih encer dari biasanya dengan frekuensi lebih dari tiga kali sehari. Pada bayi dan anak anak, frekuensi normal buang air besar lebih sering dari pada orang dewasa (frekuensi buang air besar ini akan berkurang dengan sendirinya seiring usianya yang meningkat) sehingga lebih penting memperhatikan konsistensinya daripada frekuensi buang air besar. Jika konsistensi feses lebih encer, lembek dan frekuensi juga lebih banyak dari biasanya, bisa jadi ini diare. 

Penyebab: virus (yang umum: adenovirus, rotavirus, norovirus), bakteri (salmonella, shigella, E. coli), antibiotic, alergi makanan, atau penyakit seperti inflammatory bowel disease (IBD). Sering juga dikenal istilah “flu perut”, “stomach flu” yang biasanya merujuk pada diare yang disebabkan oleh virus (viral gastroenteritis). Antibiotik bisa mengganggu keseimbangan bakteri baik dan buruk di dalam usus sehingga menyebabkan diare. Pemberian antibiotik untuk anak disini biasanya ditambah “biofermin” untuk membantu menjaga populasi bakteri baik di usus.   
Gejala: tergantung dari penyebab. Peningkatan frekuensi buang air besar, disertai feses yang lembek, encer dari biasanya. Pada infeksi rotavirus, biasanya disertai demam, sakit perut dan muntah yang cukup sering. Pada infeksi yang disebabkan bakteri, di feses bisa ditemukan darah atau nanah.
Penanganan: Tidak ada penanganan yang spesifik berbeda, meski penyebab diarenya berbeda beda. Paling penting menjaga agar anak tidak sampai dehidrasi karena cairan yang keluar banyak saat diare. Meskipun kondisi anak membaik, biasanya diare masih berlangsung sampai beberapa hari lagi, saluran pencernaan butuh waktu lebih lambat untuk pulih kembali. Sebagai ganti cairan tubuh yang hilang, boleh diberikan “ion drink”, minuman khusus yang mengandung elektrolit yang diperlukan tubuh. Di Jepang dijual khusus ion drink untuk bayi dengan rasa apel, dan peach supaya lebih enak diminumnya.

Selain minuman, bisa dibantu dengan memberikan makanan yang banyak mengandung “pectin”. Pectin merupakan zat yang berfungsi membantu mengentalkan (thickening agent, gelling agent) di makanan, sehingga bisa membantu meningkatkan viskositas, kekentalan feses. Salah satu obat diare yang terkenal, kaopectate, menggunakan pectin sebagai salah satu kandungan utamanya. Pectin banyak terdapat di apel, wortel, labu kuning (tips: kerja pectin lebih maksimal jika bahan bahan tersebut diserut). Sebaiknya berikan apel dari buah, bukan jus apel karena jus apel sudah kehilangan kandungan pectin-nya dan malah mengandung gula sorbitol yang justru bisa memperparah diare.  

-----
Saya sudahi dulu ya ceritanya di artikel ini, nanti tentang roseola, RS virus, serta penyakit mulut, tangan, dan kaki saya sambung di artikel berikutnya. Semoga artikel ini bisa berguna buat menambah pengetahuan semuanya.

Salam sehat,
Kathryn - Tokyo

References:
Japanese childcare book:よくわかる離乳食 (上田玲子)
Image source (sick smurf): http://bluebuddies.com/Smurfs_Black_and_White_Smurf_Pictures-31.htm
Image source (H1N1 virus): http://en.wikipedia.org/wiki/File:H1N1_navbox.jpg

Sunday, November 21, 2010

Preparing for Pregnancy: Part IV



Preparing for Pregnancy: Part IV
(Summarized from “Plan to Get Pregnant: 10 Steps to Maximum Fertility by Zita West)
Previous parts:



Sebenarnya artikel ini ingin saya selesaikan semua di part III dulu, tapi karena kesibukan saya sendiri akhirnya terpaksa dilanjutkan lagi di part IV ini. Kali ini benar benar terakhir, tidak bersambung lagi, semoga masih belum bosan ya membacanya.

Step nine: Assisted Reproduction
Jika berbagai cara natural untuk memperoleh buah hati tidak kunjung berhasil juga, ayo kita mulai melirik “assisted reproduction” yang bervariasi, dari minum obat untuk memicu ovulasi hingga program bayi tabung (In Vitro Fertilization/IVF). Terlebih lagi jika masuk dalam kategori berikut, jangan berlama lama mencari bantuan medis untuk mendapatkan si buah hati:
- usia lebih dari 35 tahun
- siklus menstruasi tidak teratur
- mempunyai riwayat hamil di luar kandungan (ectopic pregnancy)
- mempunyai riwayat keguguran berulang
- ada riwayat menopause dini dalam keluarga
- pasangan belum pernah menjalani test sperma atau sudah menjalani, dan hasilnya tidak normal
- mulai merasakan emosi meningkat disertai gangguan depresi akibat tidak kunjung hamil
Satu hal yang penting di sini, kesuksesan dari program medis ini butuh kerjasama sebagaiPASANGAN, bukan individual. Program yang harus dijalani kerap panjang dan melelahkan, baik secara fisik maupun psikis, dan keberadaan pasangan yang saling menyokong satu sama lain sangat membantu sekali untuk mencapai keberhasilan.
Tes awal yang biasanya harus dijalani oleh setiap pasangan yaitu cek darah bagi si wanita untuk memastikan ada tidaknya ketidakseimbangan hormon dalam tubuh yang mempengaruhi fertilitas, dan analisis semen bagi si pria untuk menilai kualitas sperma. Tes ini sebaiknya dijalankan bersamaan, jangan hanya si istri saja atau suami saja, agar tidak banyak membuang waktu hanya untuk mendeteksi masalah yang ada.
Jika hasil tes awal normal, dilanjutkan tes berikutnya untuk mengetahui apakah ada masalah yang menghambat pertemuan antara sperma dan ovum, misalnya ada sumbatan atau abnormalitas dari saluran tuba dan seberapa berat masalah tersebut mengganggu proses terjadinya kehamilan.
Dari hasil tes tes yang dijalani, selanjutnya ada beberapa pilihan program medis yang bisa dijalani yakni:
- Ovulation induction (OI)
Disini ovulasi akan diinduksi dengan bantuan obat hormonal yang dapat membantu pematangan sel telur. Tehnik ini banyak membantu pada wanita dengan siklus mensturasi yang tidak teratur dan masih berusia sekitar atau di bawah 35 tahun. Selain itu, tehnik ini tidak invasif dan juga lebih murah dibandingkan tehnik lainnya. Sayangnya efek samping dari meminum obat obatan hormonal seperti mual, sakit kepala, menjadi gemuk, dsb cukup mengganggu. Jangan lupa juga konsultasikan dengan dokter jika ada riwayat keluarga yang menderita kanker karena ada kemungkinan obat obatan hormonal tersebut memicu timbulnya kanker seperti kanker payudara.
- Intrauterine insemination (IUI)
Menjelang ovulasi, sperma dengan kualitas yang bagus akan dimasukkan dalam rahim dengan bantuan kateter sehingga bisa berada sedekat mungkin dengan sel telur untuk memudahkan terjadinya pembuahan. Tehnik ini berguna jika tidak ada sumbatan pada saluran tuba wanita dan tidak ada masalah pada sperma. Tehnik ini biasanya cepat, tidak sakit dan tidak harus meminum obat obatan hormonal. Sayangnya, meski dibantu dengan obat hormonal pun, tingkat keberhasilannya cukup rendah sehingga bisa banyak waktu terbuang tanpa ada hasil.
- In vitro fertilization (IVF) dan intracytoplasmic sperm injection (ICSI)
Tehnik ini dikenal sebagai “the best-known form of assisted reproduction” karena tehnik ini bisa diterapkan pada banyak kasus, pada wanita di atas usia 35 tahun, pada kasus adanya sumbatan di saluran tuba, ketidakseimbangan hormon, abnormalitas jumlah dan kualitas sperma, maupun pada pasangan yang membawa kelainan genetik dimana pasangan dapat melakukan preimplantation diagnosis (PGD) terlebih dahulu sehingga bisa dipilih embrio yang bebas dari cacat genetik.
Sayangnya, tehnik ini membutuhkan biaya besar dan waktu yang panjang sehingga cukup melelahkan secara fisik dan psikis. “IVF is emotionally and physically demanding”. Prosedur IVF meliputi pengambilan sel telur matang istri dan sel sperma suami yang kemudian akan digabung atau istilahnya dilakukan fertilisasi di laboratorium. Sel telur dan sel sperma akan ditempatkan pada satu wadah dan dibiarkan untuk terjadinya pembuahan. Setelah terjadi fertilisasi, embrio dengan kualitas yang baik akan ditransfer kembali ke dalam rahim dan setelah kira kira 14 hari akan dilakukan test untuk memastikan apakah embrio tersebut bisa tertanam dengan baik dalam rahim. Sementara itu dengan bantuan obat obatan hormonal, rahim juga disiapkan untuk bisa menerima embrio tersebut.
Tergantung dari kondisi individual tiap pasangan dan kualitas embrio yang didapat, jumlah embrio yang ditanam kembali dalam rahim bervariasi dari satu hingga (optimal) lima buah. Jika kebetulan semua embrio yang ditanam kembali sukses berkembang, bisa berakibat kehamilan kembar lebih dari dua anak. Saya ingat pernah baca di Intisari dulu, anak kembar tujuh! Aduh lucu lucu banget fotonya ….tapi saya tidak terbayang gimana ya mengurusnya.
Prosedur ICSI serupa dengan IVF tetapi disini sel seperma diinjeksi langsung ke sel telur. Karena itu ICSI dapat diterapkan pada kondisi dimana jumlah dan kualitas sperma sangat rendah. Ejakulasi juga tidak perlu dilakukan karena sperma dapat diambil langsung dari dalam testis.

Step ten: Staying Pregnant
Jika sudah sampai di step ini, SELAMAT! Berarti kehamilan sudah terjadi dan tinggal menjaganya hingga akhir masa kehamilan. Masa kehamilan dibagi dalam 3 periode trimesters, dan trimester awal (hingga usia kehamilan 13 minggu) adalah masa paling penting dan rawan dalam kehamilan karena saat itulah keseluruhan cikal bakal organ tubuh seorang anak manusia terbentuk. “What you do in the first trimester lays the building blocks for your baby’s growth, because this is when all key organ and skeletal development takes place”.
Biasanya kehamilan baru disadari setelah tanggal menstruasi berikutnya terlambat, dan saat dikatakan positif, usia kehamilan sudah sekitar 4 atau 5 minggu. Dengan kata lain, proses perkembangan janin bahkan sudah terjadi sebelum kehamilan itu sendiri diketahui.
Problem umum yang paling sering terjadi saat awal kehamilan dikenal dengan istilah “morning sickness” Perubahan metabolisme tubuh yang terjadi saat kehamilan diduga sebagai penyebab morning sickness ini. Tidak semua wanita dan tidak semua kehamilan harus mengalami morning sickness, dan rasa tidak enak yang terjadi juga tidak harus di pagi hari, ada yang siang atau bahkan malam hari. Intinya, “every pregnancy is different….just enjoy it!”.

-----
Semoga artikel ini berguna bagi yang membutuhkan. Dulu saya membeli bukunya untuk menambah pengetahuan saya dalam mempersiapkan kehamilan, tapi belum sempat dibaca sudah hamil duluan. Jadinya artikel ini (part I-IV) semua dibuat dalam masa kehamilan, dan saya seperti belajar sambil praktek langsung jadinya hehehe. OK, sampai ketemu di artikel berikutnya ya!

Salam sehat
Kathryn-Tokyo